[FF] Meal & Love Series: Onigiri
Author: leehyunmi (trishaanindya98)
Cast: [Twice] Hirai Momo, [Seventeen] Kwon Soonyoung (Hoshi)
Genre: Romance, Fluff, School Life, Friendship |Length: Series/Chapter, Vignette | Rating: T
Disclaimer:
THE PLOT BELONG TO ME, CASTS BELONG TO THEIR FAMILY AND THEIR AGENCY.
A/N:
Dance-machine couple!! Yeah!~ Nginget tgl comebacknya SVT sm Twice barengan tgl 25 april tu bkin jingkrak” sendiri Kyaa! Gakuku author~~
Seri Momo x Hoshi ini terinspirasi dari film Step Up 3D, gombalan Hoshi di K-Pop Planet radio, dan imajinasi absurd dari author enjoy~
WARNING: NO FANWAR! NO BASHING! NO SIDERS!
Previous:
***
Seorang gadis baru saja keluar dari rumahnya dengan berbalut mantel super tebal. Rambutnya yang berwarna gading tampak bersinar di dalam kegelapan malam. Ia berlarian di sepanjang gang rumahnya, membuat kunciran ekor kudanya bergoyang ke sana kemari. Salah satu tangannya sedang membawa sekantong plastik penuh berisionigiri.
Gadis itu bernama Hirai Momo, atau yang biasa dipanggil Momo. Ia warga asli Jepang yang tiga tahun yang lalu pindah ke Korea Selatan karena tuntutan pekerjaan orang tuanya. Sudah menjadi rutinitas Momo keluar malam-malam begini sambil membawa sekantong plastik penuh berisionigiri, berlarian di sepanjang gang rumah, dan pergi ke suatu tempat yang ia sebut ‘basecamp’.
Basecamp yang ia maksud adalah studio latihan milik klub tari angkatannya di sekolah. Tempat itu berada di ujung gang rumah Momo, bisa ditempuh dalam waktu lima menit dengan berjalan kaki dari rumah gadis itu. Studio latihan tersebut dibangun dua tahun yang lalu atas usulan dan ide cemerlang dari seorang teman sekolah Momo yang tinggal tak jauh dari rumahnya.
Latar belakang mereka membangun studio latihan sendiri karena pelitnya pihak sekolah untuk merenovasi ulang ruang latihan klub mereka yang sempit dan miskin listrik. Sedangkan, perlombaan yang harus mereka ikuti sangatlah banyak, tentu mereka tidak bisa latihan dengan maksimal karena minimnya sarana.
Karena itu, mereka memutuskan untuk merombak bengkel tua—yang terletak di ujung gang rumah Momo— menjadi studio latihan pribadi mereka. Dengan memanfaatkan relasi yang dimiliki, akhirnya mereka berhasil menyulap bagian dalam bengkel tersebut menjadi studio latihan tari yang cukup luas. Studio latihan mereka kini dilengkapi beberapa sarana yang mendukung, seperti cermin sebesar dinding—yang berfungsi untuk melihat refleksi gerakan tarian agar selaras, tembok yang kedap suara, music-player dan speaker yang lengkap, serta yang paling penting, pasokan listrik yang memadai. Mungkin jika kalian melihat tempat ini secara langsung, kalian akan teringat dengan The Vault yang ada di film ‘Step Up 3D’, versi minimalisnya.
Sementara bagian luar bengkelnya, mereka sepakat tidak merenovasinya sama sekali. Ini merupakan trik mereka untuk mengelabui orang-orang agar tidak ada yang tahu bahwa bengkel tua tersebut telah berubah menjadi studio latihan menari yang memiliki fasilitas lengkap. Mereka juga menyebarkan rumor ke warga sekitar kalau tempat itu angker, tidak ada yang boleh masuk masuk ke dalam bangunan tersebut atau sekedar lewat di depannya pada malam hari. Kedua trik itu sukses membuat studio mereka tidak pernah mengalami kecolongan sampai sekarang. Cukup kreatif, bukan?
Setelah sampai di depan bengkel—tepatnya studio latihan klubnya, Momo membuka pintu depan yang tidak dikunci dan menyelinap masuk perlahan. Dentuman musik aliran hip-hopmemekak telinga Momo begitu ia berada di dalam bengkel. Kedua manik matanya menangkap sosok laki-laki dengan rambut pirang kehijauan sedang latihan menari di tengah-tengah ruangan. Laki-laki itu tampak fokus dengan gerakan badannya yang terpantul di cermin besar di hadapannya, sampai tidak menyadari kehadiran Momo.
Gadis itu tersenyum seraya menaruh kantong plastik yang dibawanya ke sudut ruangan. Ia mengatur suaranya sejenak, kemudian berteriak dengan sangat kencang,
“KWON HOSHI!!!!!!”
Teriakan Momo itu berhasil mendapatkan atensi si laki-laki berambut pirang kehijauan. Ia langsung menoleh ke arah Momo dengan ekspressi kaget, lalu buru-buru mematikan music-player yang sedang memainkan lantunan musik hip-hoptersebut.
“Kau hampir membuatku jantungan, gadis Jepang! Sejak kapan kau ada di sini!?” umpat laki-laki itu sambil berlari menghampiri Momo.
Momo tertawa keras menanggapi reaksi lucu laki-laki itu. Tubuhnya bermandikan keringat, kaos lengan panjang yang ia pakai basah sebagian, dan wajahnya tampak mengilat akibat peluh yang melapisi seluruh permukaan kulit pucatnya. Namun satu hal yang ganjil, ia tetap terlihat keren di mata Momo.
Laki-laki yang Momo panggil ‘Hoshi’ itu sesungguhnya bukanlah orang Jepang. Ia berasal dari Korea Selatan, tepatnya Gyeonggi-do. Namanya aslinya Kwon Soonyoung, namun Momo lebih sering memanggilnya dengan sebutan ‘Hoshi’ (dalam bahasa Jepang, artinya ‘bintang’). Ya, mungkin sebutan tersebut sebagai bentuk kekaguman Momo terhadap Soonyoung. Ia adalah sosok yang menjadi bintang di hati gadis itu. Soonyoung, atau sebut saja Hoshi, adalah ketua klub tari angkatan Momo. Laki-laki itulah yang mencetuskan ide cemerlang untuk merombak bengkel tua ini menjadi basecamp. Momo menyukainya secara diam-diam.
“Aku bawakan onigiri.” ujar Momo setelah puas menertawai reaksi Hoshi tadi.
“Oh!?! Benarkah!?!”
Mata sipit Hoshi mendadak jadi bertambah besar begitu mendengar hal itu. Ia langsung mengubek-ubek isi kantong plastik yang Momo bawa demi mendapatkan makanan khas Jepang tersebut. Sekedar informasi, Hoshi menyukai onigiri buatan Momo sejak gadis itu diberi tanggung jawab membawa konsumsi latihan oleh anggota yang lain.
“Terima kasih banyak, gadis Jepang! Kebetulan aku lapar sekali!” kata Hoshi kegirangan. Sedetik kemudian, ia sudah lesehan di lantai sambil melahap onigiri yang dibawa Momo.
Gadis itu menyusul Hoshi dan ikut lesehan di sampingnya. Mereka menyantap onigiri bersama-sama. “Dimana Jungyeon, Jun, dan Jihoon?” tanya Momo sembari melihat ke sekitar ruangan.
“Mereka sudah pulang daritadi. Jungyeon ada kencan dengan Junghan-sunbae, Jihoon mendadak diare, dan Jun mesti belanja bulanan katanya,” jawab Hoshi dengan mulut penuh berisi makanan. “Jadi, kita habiskan saja semua onigiriini, bagaimana?”
“Hahahaha! Aku suka idemu, Hoshi!”
Momo mempercepat makannya dan mengambil satu onigiri lagi dari kantong plastik. Perutnya melolong karena belum sempat makan, tadi ia sibuk membantu ibunya membuatkanonigiri–onigiri ini. Karena terlalu asyik makan, Momo tidak sadar kalau Hoshi menghentikan kegiatan makannya setelah menghabiskan satuonigiri. Kini laki-laki itu menatap Momo sambil tersenyum.
“Kau ini makannya banyak juga, ya?” sahut Hoshi sembari terkekeh.
Momo hampir tersedak ketika mendengar ucapan Hoshi itu. Ia lantas berhenti makan. Sungguh, gadis itu malu sekali karena kepergok makan dengan rakus oleh laki-laki yang disukainya. “Ah.. eh.. maafkan aku..” ujar Momo malu, masih terselip aksen Jepang dalam bahasa Korea-nya.
“Kenapa minta maaf? Lanjutkan makanmu! Aku bukannya menyindirmu, kok!” kilah Hoshi seraya tertawa geli melihat tingkah Momo.
Momo sudah terlanjur malu dan tidak ingin melanjutkan makannya. Gadis itu menyembunyikan wajahnya di lengan mantel yang ia pakai sekarang. Ia merutuki dirinya sendiri dalam hati.
“Kalau sudah selesai makan, kemarilah,”
Hoshi lantas bangkit dari duduknya dan menarik tangan Momo hingga gadis itu bangkit. “Lepaskan mantelmu dan bantu aku mempelajari gerakan satu lagu lagi!” pinta Hoshi.
Dengan kikuk, Momo melepas mantel super tebalnya dan menaruhnya di dekat kantong plastik berisi onigiri, menyisakan sweater putih melekat di badannya. Hoshi kembali memegang tangan Momo dan membawa gadis itu ke tengah ruangan. Ia menghidupkan music-player lagi, tetapi kali ini lagu slow yang dimainkan.
Momo tahu lagu ini, judulnya ‘A Thousand Years’ yang dinyanyikan oleh Christina Perri. Lagu tersebut merupakan lagu favoritnya.
Begitu bait awal lagu itu mengalun, Hoshi langsung memeluk pinggang Momo dengan erat. Satu tangan Momo ia letakkan di bahunya, sementara satu tangannya lagi ia tautkan dengan tangan kanannya sendiri. Gadis itu tampak bingung dengan posisi mereka sekarang. Bukankah mereka sedang melakukan.. gerakan dansa?
“Hoshi.. kau serius ini gerakannya?..” tanya Momo.
“Tentu saja, gadis Jepang.”
Panggilan ‘gadis Jepang’ itu kini membuat jantung Momo berdegup kencang, padahal seharusnya ia sudah terbiasa dengan panggilan yang diberikan Hoshi tersebut. Rasa gugup mulai mengganggu Momo, ini aneh sekali karena semestinya ia sudah terbiasa melakukan tarian yang melibatkan kontak fisik dengan Hoshi. Hampir dua tahun lamanya mereka menjadi ‘partner-yang-melakukan-gerakan-akrobatik-di-klimaks-lagu’ selama mengikuti lomba menari perwakilan sekolah. Tapi, mengapa semuanya sulit Momo lakukan saat ini? Beradu mata dengan laki-laki itu saja sudah membuat lututnya lemas.
“Hirai Momo,” panggil Hoshi tiba-tiba.
Momo tersentak mendengarnya. Kontan saja ia menengadahkan kepalanya dan memandang laki-laki itu dengan tidak percaya. Barusan, Hoshi memanggil nama aslinya? Bukan ‘gadis Jepang’ lagi?
“Terima kasih, ya. Selama ini kau bersedia menyiapkan onigiri sebagai konsumsi anggota klub setiap latihan. Aku selaku ketua merasa tidak enak karena terus-terusan membuatmu repot.”
“Ah.. eh, tidak apa-apa, kok!.. Justru aku senang karena bisa berguna di klub ini..” Momo malah ikut merasa tidak enak setelah Hoshi menyatakan permintaan maafnya.
Hoshi tersenyum melihat Momo yang kini berusaha menyembunyikan wajahnya. “Mungkin setelah lomba Jumat depan, kita akan jarang bertemu, Momo.”
Kedua mata Momo membelalak ketika mendengar hal itu. Ia kaget setengah mati. “Ke.. Kenapa?!..”
“Sehari setelah perlombaan kita, aku akan resmi menjadi trainee Pledis. Jadi, otomatis aku akan jarang mengikuti kegiatan di sekolah.”
Momo tak bisa berkata apa-apa. Pikirannya melayang-layang memikirkan nasibnya yang sebentar lagi akan jarang bertemu dengan laki-laki yang disukainya. Momo seketika tidak konsentrasi mengikuti irama lagu. Gerakan badannya kini 100% berada di bawah kendali Hoshi.
“Kau penasaran tidak, kenapa aku memutarkan lagu ini?” tanya Hoshi tiba-tiba lagi, mengundang rasa ingin tahu Momo.
“Ya, aku penasaran.” ungkap Momo jujur. “Kenapa kau memutarnya, Hoshi?”
Hoshi tersenyum. “Kau tahu arti lagu ini?” Hoshi kembali bertanya, membuat Momo semakin penasaran.
“Seseorang yang sangat mencintai lawan jenisnya dan cintanya akan bertahan sampai ribuan tahun.” Momo menjawabnya dengan sangat yakin. Ia tahu betul arti lagu berbahasa Inggris tersebut, secara lagu itu adalah lagu favoritnya.
“Ya, tepat sekali!” sorak Hoshi. “Aku sengaja memutar lagu ini karena cocok dipakai untuk lagu dansa, arti lagunya juga mewakili perasaanku sekarang.”
Momo nyaris terjungkal begitu mendengar pernyataan Hoshi itu. “Maksudmu.. kau.. kau sedang mencintai seseorang?..”
“Ya, dan aku berencana menyatakan perasaan padanya lewat lagu ini. Sebelum aku menjaditrainee.”
Hati Momo seakan dicabik-cabik. Ternyata alasan Hoshi mengajaknya berdansa dan memutarkan lagu favoritnya ini hanya untuk latihan semata. Laki-laki itu ingin menyatakan perasaannya pada gadis lain, dan Momo dianggap sebagai partnerlatihannya saja. Di dalam pikirannya kini muncul spekulasi-spekulasi tentang gadis yang akan menerima pernyataan cinta dari Hoshi. Pasti gadis itu adalah gadis Korea yang feminim dan imut, kebalikan darinya. Momo ingin menangis saja. Hilang sudah harapannya, ia tidak bisa memiliki hubungan lebih dari sekedar teman satu klub dengan Hoshi.
“Si-siapa? Siapa yang kau sukai itu?”
Saat Momo melontarkan pertanyaan itu, Hoshi tak langsung menjawab. Ia hanya menyengir sambil menatap lurus ke arah Momo. Mereka terus berdansa mengikuti irama, hingga akhirnya lagu berhenti, gerakan mereka juga ikut terhenti. Hoshi masih memeluk pinggang Momo dengan erat, membuat Momo semakin merasa sesak di dalam dada.
“Kau.”
Momo tersentak mendengarnya. Ia langsung menjauhkan diri dari Hoshi. Barusan, apa ia tidak salah dengar? Orang yang Hoshi maksud adalah dirinya?
“Ya, lagu tersebut mewakili perasaanku terhadapmu, Hirai Momo.” ulang Hoshi sembari tersenyum sumringah.
Ia kemudian berjalan beberapa langkah sampai jaraknya dengan Momo hanya tinggal beberapa senti. Hoshi lalu memegang bahu gadis itu dengan erat. “Ayo, kita berhenti menjadi teman! Aku ingin kau jadi kekasihku!” ujar Hoshi dengan ceria.
Jantung Momo terasa hampir melompat dari tempatnya. Tubuhnya bergetar hebat, dan semburat merah mulai menghiasi pipinya yang berwarna kuning langsat. Ia tak bisa berkata apa-apa, ini semua terjadi begitu cepat. Selang beberapa menit kemudian, Momo akhirnya memeluk Hoshi dengan erat. Gadis itu mulai menangis terharu.
“Aku mau, Hoshi.. Sangat mau, malah..” ucap Momo di sela-sela tangisnya.
Mata Hoshi menjadi segaris, senyumnya bertambah lebar. Ia bersorak kegirangan sambil membalas pelukan Momo. Hari ini, onigiri yang dibawa Momo ternyata membawa berkah yang istimewa bagi mereka berdua.
-The End-
Muup gaje ya ff-nya ko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar