[FF] Winter Snow
Genre : Oneshoot, Romance, School Life
Cast :
- Jo Yoonmi
- Kim Sunggyu (Infinite)
- Shin Harin
- Kim Myungsoo (Infinite) – cameo
- Jo Yoonjae (Yoonmi’s brother) – cameo
Short Message
Hai hai~ aku balik lagi dgn membawa ff Infinite :3 muehehehe..
Sebenernya ini ff pngin ditujukan ke tmenku yang ngebiasin Granpa-gyu hahaha, iya ini buat kmu gabby dongsaengku~ *tunjuk gabby*
Tapi gak tw ya, si gabby suka dibuatin ff romance kyk gini atau nggak, soalnya dia gak dpet request sma aku -___- *trus author ngapain buatin gabby ff?* (author lgi kurang kerjaan+pngin buat ff cast-nya Granpa-gyu lagi ^^) *gubraaak! -___-“*
STAY TUNE~
Sebenernya ini ff pngin ditujukan ke tmenku yang ngebiasin Granpa-gyu hahaha, iya ini buat kmu gabby dongsaengku~ *tunjuk gabby*
Tapi gak tw ya, si gabby suka dibuatin ff romance kyk gini atau nggak, soalnya dia gak dpet request sma aku -___- *trus author ngapain buatin gabby ff?* (author lgi kurang kerjaan+pngin buat ff cast-nya Granpa-gyu lagi ^^) *gubraaak! -___-“*
STAY TUNE~
WARNING: Don’t bashing and siders!
——————————————————————————————————————————————————————————-
……
“Ya?”
“Ehm… halo.. sudah lama aku tidak mendengar suaramu, oppa…”
“Oh, ternyata kau. Ada apa malam-malam begini menelpon?”
“Tidak ada apa-apa.. aku hanya ingin tahu keadaanmu. Ah, memangnya aku mengganggumu, ya?..”
“Sama sekali tidak. Sekarang aku sedang istirahat sebelum schedule-ku mulai lagi. Aku sehat-sehat saja, yah.. meskipun hari ini kondisi badanku tidak begitu baik.”
“Yang benar!? Jangan terlalu memaksakan diri! Istirahat yang cukup, makan yang teratur, perbanyak minum vitamin! Aku akan sangat cemas kalau oppa jatuh sakit!”
“Ya, ya. Aku sudah punya banyak vitamin disini, belakangan ini juga aku tidak pernah telat makan, ah! Sebentar lagi schedule-ku akan mulai! Kututup teleponnya ya, jaga dirimu baik-baik. Aku mencintaimu.”
TUT! TUT!
Yoonmi menghela nafas panjang. Ia perhatikan layar ponselnya sekali lagi, sebelum akhirnya ponsel itu ia masukkan ke dalam saku mantel. Kecewa, itu yang ia rasakan saat ini. Sudah hampir 3 bulan ia tak pernah menghubungi orang itu, tapi sekalinya dihubungi, mereka hanya dapat mengobrol selama kurang dari 5 menit. Orang itu selalu terdengar datar jika Yoonmi menanyakan keadaannya, terkesan seperti tidak rindu terhadap gadis itu.
Berbeda dengan Yoonmi, ia selalu cemas karena terlalu rindu dengan orang itu. Sudah beberapa kali Yoonmi hendak memprotes sikap dinginnya, namun hal itu selalu gagal karena ia takut disalahi dan dianggap kekanak-kanakkan. Karena itulah Yoonmi lebih memilih untuk menahan diri.
“Oppa.. Sesibuk itukah kau disana? Apa kau tidak merindukanku?” gumamnya lirih. Wajahnya terlihat sangat kusut dan tak bergairah, semenjak hubungannya merenggang dengan sang kekasih.
Tak lama kemudian, tubuhnya mulai menggigil. Diatas kepalanya tertumpuk banyak salju, dan ia semakin merapatkan mantelnya. Karena tidak tahan lagi, Yoonmi akhirnya bangkit dari bangku taman yang ia duduki tadi dan memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
“Aku pulang..” salam Yoonmi begitu ia sampai di rumahnya. Ia membuka sepatunya dengan malas, lalu berjalan memasuki ruang santai.
“Kemana saja kau?” tanya Yoonjae —adik laki-laki Yoonmi— yang sedang belajar di ruang santai. “Ini sudah musim dingin, jangan terlalu lama berkeliaran di luar, kalau kau tidak mau terkena flu!” omelnya kemudian.
“Iya, iya, aku tahu.. tadi cuma main ke taman dekat sini kok..” sahut Yoonmi cari-cari alasan. “Ibu dan ayah mana?”
“Mereka baru saja berangkat ke Busan, ada meeting penting katanya.”
“Sampai kapan mereka diam di Busan?”
“Selama 3 minggu, jadinya sampai Hari Natal.”
“Oh…”
Yoonmi hanya bisa menghela nafas berat. Natal tahun ini sepertinya adalah natal yang paling buruk baginya. “Ya sudah, berarti hanya kita berdua yang bertugas menghias rumah saat Natal.” katanya singkat. Kemudian ia hendak berjalan lagi ke tangga menuju kamarnya.
“Tunggu, noona!”
Sebelum Yoonmi menginjak anak tangga pertama, Yoonjae telah menahannya terlebih dahulu. “Ada apa, Yoonjae?” tanya Yoonmi sembari membalikkan badannya lagi.
Yoonjae menatap Yoonmi dengan tatapan khawatir, ia kemudian meletakan pensilnya. “Kau kenapa? Ada masalah?” tanyanya curiga.
“Ke.. Kenapa kau bertanya begitu?”
“Daritadi kau tampak murung. Akhir-akhir ini kau juga selalu begitu.”
Ucapan Yoonjae itu membuat Yoonmi terdiam. Sebenarnya ia ingin menceritakan keresahannya terhadap orang itu, tapi ia juga takut kalau Yoonjae nantinya akan mengatakan hal yang tidak berkenan setelah mendengar ceritanya. “Tidak ada, aku hanya kelelahan karena tugas sekolah..” dustanya.
Tanpa pikir panjang, Yoonmi menaiki tangga dengan cepat dan langsung masuk ke kamarnya. Ia melempar tasnya ke sembarang arah, mantel yang tadi ia pakai digantung sembarangan. Badannya dihempaskan ke atas tempat tidur. “Haahhh…” lenguhnya sambil melepaskan kacamata minusnya. Yoonmi memperhatikan langit-langit rumahnya, lalu menghela nafas panjang.
“Natal tahun ini tidak akan berarti lagi..” gumamnya dalam hati. Beberapa menit kemudian, ia sudah terlelap dengan posisi yang tidak berubah.
“Jadi, replikasi virus yang paling mematikan adalah saat menggunakan daur litik. Itu karena virus memecah sel-sel inangnya setelah berhasil memproduksi virus-virus baru disana.”
Yoonmi tak merespon ucapan teman sebangkunya tersebut. Ia hanya memanggut dagu sambil melihat ke luar jendela. Ia cukup lama merenung, masih mengingat kejadian yang kemarin. “Hei, Yoonmi! Kau dengar tidak, sih!?” protes Harin, nama teman sebangkunya Yoonmi.
“Akh! Tidak.. aku dengar, kok.. aku dengar semua…” dalih Yoonmi yang baru saja tersadar dari renungannya.
Harin menatap Yoonmi dengan tatapan heran. “Hei, Yoonmi.. kau kenapa? Belakangan ini kau sering melamun, dan tampangmu juga sering terlihat murung. Kau ada masalah?” tanya Harin khawatir.
“Tidak.. aku tidak apa-apa..”
“Ah, apa kau lapar? Lebih baik kita kerjakan tugas ini nanti saja ya. Mumpung sekarang masih jam istirahat, kau makan dulu sana..”
“Tidak, aku tidak lapar. Mending kita selesaikan tugas ini selagi ada waktu.”
Harin terdiam, ia masih khawatir dengan keadaan Yoonmi. Tapi karena gadis itu berkata ia tidak apa-apa, tak ada cara lain selain melanjutkan tugas mereka. “Ya sudah kalau itu maumu, kita lanjutkan lagi..”
“Harin!”
Sebelum mereka berdua kembali mengerjakan tugas, suara berat yang cukup keras itu membuat Yoonmi dan Harin terkejut. Dengan cepat, mereka menoleh ke depan pintu kelas dimana suara itu berasal. “Lho? Myungsoo?” ujar Harin kaget ketika mendapati sesosok laki-laki tinggi berambut hitam sedang berdiri di depan pintu. Ia langsung berlari ke arah laki-laki yang memanggilnya itu.
“Kau.. kau kenapa ke kelasku?..”
“Bodoh! Kau menjatuhkan ini di trotoar! Ceroboh sekali, sih!” Myungsoo menjitak pelan kepala Harin seraya memberikannya buku catatan yang tadi ia jatuhkan di trotoar jalan.
“Ah.. ma-maaf… terima kasih banyak…”
Tanpa membalas ucapan Harin, Myungsoo langsung menarik dagu gadis itu dan memberikan ciuman singkat di dahinya. Setelah itu ia pergi dari kelas Yoonmi tanpa pamitan. Harin melongo, wajahnya semakin lama semakin berwarna merah. “Aissshhh… dasar….” gerutu Harin sambil memegang dahinya dengan malu. Ia kemudian kembali ke tempat duduknya.
“Maaf ya, Yoonmi… tadi sempat tertunda gara-gara Myungsoo..”
Yoonmi masih tercengang. Mata kecilnya yang ada dibalik kacamata minus itu tak berhenti memandang Harin. Entah mengapa, gadis itu merasa terhibur melihat hubungan Harin dengan kekasihnya itu. Mereka konyol, sering beradu mulut, dan sering bertengkar. Namun terkadang mereka juga terlihat mesra sekali, sampai-sampai membuat Yoonmi iri sendiri.
“Hari ini kalian mesra sekali, ya~” kata Yoonmi dengan mata yang berbinar-binar.
“Hah!?!… Ti.. tidak kok!.. apanya yang mesra, dia judes begitu!..” kilah Harin malu-malu.
Yoonmi tak henti-hentinya menggoda Harin sampai membuat wajah gadis itu semakin merah seperti tomat. Akan tetapi, beberapa saat kemudian Yoonmi berhenti berbicara. Teringat kembali bayangan kekasihnya sendiri, kata-kata datarnya kemarin, dan hubungan mereka yang semakin renggang tiap harinya. Semua itu membuat hati Yoonmi sesak. “Coba saja.. ia juga seperti Myungsoo..” gumamnya pelan.
Harin sedikit terkejut melihat perubahan tingkah laku teman sebangkunya itu. “Yoonmi.. kau tidak apa-apa?” tanya Harin bingung.
Yoonmi tidak menjawab. Perlahan tubuhnya bergetar, dan tak lama setelah itu airmatanya mengalir deras di pipinya. “Sunggyu-oppa… Sunggyu-oppa…” racau Yoonmi disela-sela tangisannya.
Yoonmi tidak menjawab. Perlahan tubuhnya bergetar, dan tak lama setelah itu airmatanya mengalir deras di pipinya. “Sunggyu-oppa… Sunggyu-oppa…” racau Yoonmi disela-sela tangisannya.
Dengan cepat, Harin memeluk temannya itu dan sebisa mungkin menenangkannya. “Sssstt… jangan menangis, jangan menangis,” ujar Harin.
“Harin… dia—”
“Tenangkan dulu dirimu, Yoonmi. Begini saja, sepulang sekolah nanti aku akan ke rumahmu dan saat itu kau bisa ceritakan semua masalahmu padaku, oke?”
Yoonmi menurut. Beberapa saat kemudian ia meredakan tangisnya dan tenang kembali. Namun Harin masih memeluknya dengan erat, berusaha agar Yoonmi bisa mengontrol emosinya lagi dan tidak menangis untuk yang kedua kalinya.
“Jadi.. selama 3 bulan terakhir ini kalian hampir tidak pernah berkomunikasi?”
“Ya, terakhir aku menghubunginya kemarin, itu pun tak sampai 5 menit kami mengobrol…”
Harin mengangguk paham, kemudian duduk di tepi tempat tidur Yoonmi sambil mencerna kembali pokok permasalahan yang baru saja diceritakan oleh Yoonmi. “Menurutku, saat ini kalian berada di masa-masa yang sulit.” ujar Harin sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
“Su-sulit?… maksudmu??..” Yoonmi mulai tidak tenang begitu mendengar komentar dari Harin itu.
“Ya, sulit. Aktivitas kalian sangat berbeda, prioritas kalian sangat berbeda, dan pikiran kalian sangat berbeda juga. Inilah yang membuat kalian sangat jarang berinteraksi satu sama lain.”
Yoonmi langsung tak berkutik. Satu detik kemudian, ia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ya, ini salah satu resiko yang harus ia tanggung karena telah menjalin hubungan dengan Kim Sunggyu, salah satu soloist yang baru saja debut. Umur mereka terpaut sangat jauh, yaitu 9 tahun. Apa yang dikatakan Harin tadi benar. Prioritas, aktivitas, dan pemikiran mereka tentunya sangat berbeda karena perbedaan umur tersebut.
“Ya… mungkin ini karena umur kami yang terpaut terlalu jauh..” kata Yoonmi sedih.
Harin semakin iba mendengar perkataan temannya itu. Ia lalu bangkit dan menghampiri Yoonmi. “Sudahlah, jangan terlalu berkecil hati. Toh, Sunggyu-sunbae dan kau saling mencintai. Umur tidak menjadi masalahnya, kan?” hiburnya seraya merangkul pundak Yoonmi.
“Kau benar… tapi lama-kelamaan aku jadi meragukan perasaannya padaku…” elak Yoonmi.
“Hush! Kau tidak boleh pesimis begitu!” Harin berpikir sejenak, lalu mendapat sebuah ide yang bagus. “Nah, sebentar lagi kan Natal, bagaimana kalau kau pikirkan saja kado apa yang cocok untuk diberikan ke Sunggyu-sunbae?”
Yoonmi mendongakan kepalanya, kemudian menatap Harin dengan kedua alis yang terangkat. “Kado?”
Harin tersenyum sumringah melihat ekspressi bingung Yoonmi itu. “Ya, kado. Sebagai kekasihnya kau harus memberikannya kado Natal, kan?”
Yoonmi masih menaikkan kedua alisnya. “Tapi… tapi.. bagaimana caranya? Dia sedang berada di Seoul, aku tidak bisa mengirim kadonya karena aku tidak tahu asramanya dimana..”
“Itu mudah, aku dan Myungsoo akan membantumu mencari alamatnya, Myungsoo juga sudah bisa bawa mobil!”
Yoonmi berpikir dulu sejenak. Mungkin usul Harin kali ini bagus juga. Siapa tahu dengan kado yang ia berikan nanti, hubungannya dengan Sunggyu akan kembali membaik. “Baiklah.. aku setuju, tapi—”
“Tapi apa?” Harin mulai jengkel melihat Yoonmi yang masih ragu-ragu itu.
“Aku tidak tahu… kado apa yang cocok untuknya..”
Harin menghela nafas lega, ia bersyukur karena Yoonmi ternyata bersedia mengikuti usulnya. “Itu tidaklah sulit, Yoonmi. Kau tinggal mengisi beberapa pertanyaan yang sesuai dengan sikap Sunggyu-sunbae disini!” Harin kemudian merongoh tas sekolahnya dan mengeluarkan sebuah majalah remaja edisi terbaru.
“Pertanyaan di majalah itu?” tanya Yoonmi ragu.
“Ya, di majalah ini!” lalu Harin membuka membuka halaman demi halaman di majalah tersebut sampai akhirnya menemukan sebuah halaman yang terdapat banyak hiasan kado di sekitarnya. “Baca halaman ini!”
Yoonmi menajamkan pandangannya. Ia membaca judul halaman yang tercetak tebal itu dan tercengang perlahan. “Steps to choose your boyfriend’s gift?…”
Siang hari yang tak terasa di musim dingin itu, Yoonmi berjalan sambil merapatkan mantelnya menelusuri trotoar salah satu jalan yang sangat padat di Jeonju. Ia membawa tas selempang kesukaannya yang sudah diisikan semua barang yang ia perlukan, mulai dari dompet, headset, ponsel, buku catatan, dan majalah yang dipinjamkan Harin kemarin. Begitu ia menemukan sebuah café minimalis di tikungan jalan, Yoonmi langsung masuk ke dalamnya dan mencari sosok Harin disana. Ternyata gadis itu sudah menunggunya di meja paling pojok.
“Maaf aku terlambat!” ucap Yoonmi ketika menghampiri meja tempat Harin menunggunya.
“Tidak apa, aku belum lama menunggu disini. Oh’ya, bagaimana? Kau sudah dapat jawabannya?” tanya Harin antusias.
Yoonmi mengangguk kecil, lalu duduk di kursi sebelah Harin. “Di majalah bilang, syal paling cocok karena sesuai dengan kepribadiannya.” sahut Yoonmi seraya mengeluarkan majalah Harin yang kemarin dipinjamnya.
“Serius?! Wah, kalau Myungsoo cocoknya sweatermalah!”
Mereka berdua lalu terdiam. Beberapa detik kemudian, Yoonmi tersenyum sumringah. “Bagaimana kalau kita berdua belajar merajut untuk membuat kado-kado itu?” usulnya.
“Ide bagus! Aku suka itu!”
Yoonmi tertawa geli. Karena tiba-tiba merasa lapar, mereka akhirnya memesan makanan di café itu juga. Berhubung ini masih jam makan siang, mereka memanfaatkan waktu yang ada untuk mengisi perut karena seharian ini mereka belum makan. Setelah perut mereka terisi, keduanya pergi ke toko kerajinan terdekat untuk membeli beberapa benang wol dan alat untuk merajut.
“Akh… aduh!…”
“Kenapa?”
“Kok susah, sih!?!”
Beberapa kendala mulai muncul saat mereka memutuskan untuk membuat sendiri hadiah-hadiah Natal yang akan diberikan ke kekasih mereka masing-masing. “Ha? Kau tinggal mengikuti apa yang dicontohkan olehku, kan?” ujar Yoonmi yang masih asyik merajut syal untuk Sunggyu.
“Tapi malah semrautan jadinya, ah! Yoonmi!! Gyaaa! tolong aku!!”
Yoonmi menghentikan kegiatannya sejenak. Ia menoleh ke arah Harin, lalu menghela nafas berat. “Ya ampun, Harin! Itu sih rajutannya sudah salah dari awal!” seru Yoonmi sambil membantu Harin membenarkan rajutan yang ia buat. “Harusnya menyilang dulu, baru masukkan!”
“Aissh! Payah, aku memang tidak bisa merajut! Manalagi Myungsoo suka sweater warna hitam dengan motif plaid! Ah, dasar!! Itu kan susah sekali!!” gerutu Harin sembari mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.
TRRRRTT!
Tak lama kemudian, ponsel Harin bergetar hebat di atas meja belajar Yoonmi. Dengan cepat, Harin meraihnya dan mengangkat telpon yang masuk. “Ya? Halo?” ucap Harin dengan tergesa-gesa.Mood gadis itu sedang tidak baik karena masalah merajut tadi.
“Hah!?! Kau sudah ada di depan rumahnya??”
“Kenapa kau menjemputku!!?”
“… ya.. ya, aku keluar sekarang!..”
Harin mematikan ponselnya. Wajahnya sangat merah dan ia terlihat gugup ketika mengemas peralatan merajutnya. “Aku… aku pulang dulu ya, Yoonmi. Si bodoh Myungsoo itu tiba-tiba menjemputku begini!” dengus Harin kesal, sekaligus malu.
“Ya, aku tahu. Selamat bermesra-mesraan, ya~” goda Yoonmi usil.
“Heeiii, Yoonmi!..”
Masih dengan salah tingkah, Harin meninggalkan kamar Yoonmi dan menemui Myungsoo yang sedang menunggu di depan. Iseng, Yoonmi melirik keluar jendela dan melihat kemesraan kedua pasangan itu. Ia menghela nafas sambil tersenyum tipis, lagi-lagi ia iri melihat hubungan mereka. Beberapa menit kemudian ia mengalihkan perhatiannya ke rumah sebelah. Ya, sebuah rumah sederhana yang banyak ditumbuhi pinus di halaman depannya. Di hadapannya terlihat sebuah balkon sebuah kamar yang ditutup rapat. Senyuman di bibir Yoonmi bertambah lebar.
“Oppa… aku merindukanmu di balkon itu…”
Tanpa disadari, mulut Yoonmi mengatakan hal itu. Secara tiba-tiba, otaknya seperti memutar ulang lagi kenangan indah dirinya bersama Sunggyu. Saat itu Sunggyu masih menjadi orang biasa, seorang laki-laki yang sangat suka bermain gitar di balkon kamarnya. Ia sangat menghayati lagu yang dimainkannya dengan gitar, dan suaranya pun begitu merdu dan mampu mencuri hati Yoonmi yang baru pertama kali mendengar suaranya. Ya, sebenarnya keluarga Yoonmi pindah dari Daegu ke Jeonju karena tuntutan pekerjaan orang tuanya. Meskipun saat itu Yoonmi masih kecil, tapi Sunggyu memperlakukannya dengan sangat baik dan sopan. Tak heran kalau mereka langsung menjadi akrab dalam waktu singkat, bahkan sampai menjalin hubungan yang lebih dari sekedar tetangga.
Akan tetapi, tampaknya hubungan mereka mulai mengalami kesulitan ketika Sunggyu telah memenangkan sebuah audisi pencarian bakat dan dikontrak untuk menjadi penyanyi solo di Seoul.
“Asssh! Kenapa malah memikirkan hal itu lagi!?! Ugh, fokus Yoonmi!” rutuk Yoonmi begitu terjaga dari lamunannya.
Ia menampar pelan kedua pipinya, lalu kembali ke meja belajarnya dan melanjutkan kegiatan merajut syal untuk Sunggyu. Sesekali Yoonmi menoleh lagi ke balkon kamar Sunggyu, tersenyum sebentar seakan sosok laki-laki itu hadir di balkon tersebut, padahal kenyataannya balkon itu tetap kosong dan tidak bergeming.
“Oppa… aku akan menunggumu… aku akan menunggumu…” batin Yoonmi berulang kali.
Tiga minggu berlangsung dengan cepat, tak terasa kalau sebentar lagi akan Natal. Cuaca di Jeonju pun semakin dingin dan mematikan. Untunglah penduduknya cepat beradaptasi sehingga tidak ada korban berjatuhan karena perubahan suhu yang terlalu ekstrim ini.
“Harin!”
Yoonmi berteriak riang ketika menemukan Harin di kelas setelah kegiatan klub selesai. “Bagaimana, sukses sweaternya?”
Harin tersenyum malu-malu sembari merajut sweaternya lagi sedikit. “Yah… tinggal sedikit lagi..” jawabnya tersipu-sipu, kedua pipinya mulai memerah.
Kedua mata Yoonmi berbinar-binar ketika melihat hasil sweater rajutan Harin yang sebentar lagi akan selesai itu. “Woahh! Hebat! Sweaterbuatanmu bagus sekali!~” pujinya kagum. Ia tidak menyangka kalau hasilnya akan sebagus itu, padahal awalnya sweater buatan Harin hancur-lebur.
“Pasti Myungsoo akan senang menerima hadiahmu besok!”
“Akh… belum tentu, dia kan suka mencemooh hasil karyaku…”
“Aihh~ Kau malu-malu, ya?~”
“Hei!… ehm, kau sendiri bagaimana?.. syalnya sudah jadi?!..”
Kini giliran pipi Yoonmi yang memerah. Dengan canggung, ia mengeluarkan sebuah kotak yang sudah dibungkus kado berwarna putih dengan motif gitar akustik di atasnya. “Sudah, sih…” jawab Yoonmi malu-malu.
Kini giliran pipi Yoonmi yang memerah. Dengan canggung, ia mengeluarkan sebuah kotak yang sudah dibungkus kado berwarna putih dengan motif gitar akustik di atasnya. “Sudah, sih…” jawab Yoonmi malu-malu.
Cepat-cepat, Harin membuka kotak kado itu dan melihat syal yang ada di dalamnya dengan mata terbelalak. “Astaga!! Indah sekali syal ini!!”
“Ehm… oh’ya? Menurutku biasa aja…”
“Ahh… pasti Sunggyu-sunbae menyukai hadiahmu, semangat Yoonmi!!”
Selesai berbincang-bincang dengan Harin—seputar kado Natal buatan mereka—, Yoonmi berjalan pulang ke rumahnya dengan perasaan senang. Meskipun cuaca di sekitarnya sangat dingin, namun ia bisa merasakan hangat di tubuhnya. Ya, ini berkat debaran jantungnya yang kencang sekali.
“Natal tinggal sebentar lagi, jadi tidak sabar!!~” pekik Yoonmi kegirangan.
“Natal tinggal sebentar lagi, jadi tidak sabar!!~” pekik Yoonmi kegirangan.
Ia lantas berhenti di ujung trotoar jalan, menunggu lampu hijau berganti warna menjadi merah agar ia bisa menyebrang jalan. Sambil menunggu, Yoonmi memilih untuk menonton di televisi raksasa yang terpasang di gedung seberang. Yoonmi memicingkan matanya, ia langsung was-was ketika melihat wajah yang familiar dimatanya sedang terpampang besar di televisi tersebut.
“HOT NEWS! PENYANYI SOLO YANG SEDANG NAIK DAUN SEMENJAK DEBUTNYA, KIM SUNGGYU, DIRUMORKAN TENGAH MENJALIN HUBUNGAN DENGAN LEADER DARI GIRLBAND ‘FIESTAR’, JEI!”
Yoonmi membelalakkan matanya ketika tak sengaja menyimak berita tersebut. “Apa!?! Oppadirumorkan sedang pacaran dengan Jei?! Bagaimana bisa!?” batin Yoonmi mulai gelisah.
Belum sempat ia menenangkan dirinya, Yoonmi kembali dikejutkan oleh foto-foto bukti yang menunjukan hubungan khusus antara Sunggyu dan Jei. Ada foto yang melihatkan mereka berdua seperti berpelukan mesra di backstage suatu acara musik, ada juga foto yang memperlihatkan mereka seperti berciuman, dan masih banyak lagi foto yang memperlihatkan kemesraan mereka berdua. Cemburu, itu yang dirasakan Yoonmi saat ini. Ia sangat kesal dan tidak terima dengan rumor yang menimpa Sunggyu alias kekasihnya itu.
“Dasar!!!” rutuk Yoonmi benar-benar emosi.
Yoonmi sangat gelisah di kamarnya. Ia berulang kali menelpon Sunggyu sejak baru datang dari sekolah, tapi kenyataannya Sunggyu belum mengangkat teleponnya sampai malam hari begini. Yoonmi mondar-mandir di dekat meja belajarnya, sambil tetap berusaha menelpon sang kekasih.
“Oppa, angkatlah! Aku butuh penjelasanmu!” gumam Yoonmi gelisah.
……
“Ada apa?”
Suara dingin itu terdengar di dalam telepon. Yoonmi menelan ludahnya, sebelum akhirnya angkat bicara. “Oppa! Jelaskan padaku mengenai rumor itu!” seru Yoonmi.
“Rumor? Oh, tentang aku dan Jei itu?”
“Tentu saja!”
“Hei, itu hanya karangan netizen. Kami hanya berteman biasa.”
“Yang… yang benar?”
“Ya. Memangnya kenapa? Kau cemburu?”
“Aku… aku hanya—”
“Berhenti bersikap kekanak-kanakan, Yoonmi. Itu memuakkan.”
Yoonmi tercekat. Barusan Sunggyu mengatakan hal itu dengan dingin padanya. Hati gadis itu mencelos, tangannya bergetar hebat, dan matanya langsung berkaca-kaca. Kali ini Yoonmi tak sanggup lagi menahan dirinya.
“O.. oppa jahat!!”
“Hei, kau—”
“Aku khawatir padamu, bodoh!! Selama 3 bulan terakhir ini aku sangat khawatir padamu, kau tidak pernah menghubungiku, sekalinya aku menghubungimu, kau hanya bicara kurang dari 5 menit dengan nada yang dingin! Dan sekarang kau mengataiku terlalu kekanak-kanakkan hanya karena aku ingin kau menjelaskan rumor itu!?!Oppa, aku sangat sakit mendengarnya! Sangat sakit!”
Yoonmi mengeluarkan amarahnya yang selama ini terpendam, baru kali ini ia bisa membentak orang seperti itu. “Aku gelisah melihat kau berubah seperti ini! Aku takut kalau kau ternyata selingkuh disana! Aku sangat merindukanmu, dan selama ini aku menahan diri agar tidak terjadi pertengkaran di antara kita! Tapi kau malah memperlakukanku seperti ini! Oppa jahat!!”
Tak ada jawaban dari dalam telepon, yang terdengar hanyalah suara helaan nafas panjang. Yoonmi semakin frustasi menghadapinya. “Mungkin benar… aku kekanak-kanakan, aku tidak bisa mengerti posisimu, dan umurku terlalu muda untukmu… ya, lebih baik.. kita akhiri saja hubungan ini…”
Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Yoonmi. Namun Sunggyu tetap tidak menjawabnya, juga tidak menutup telepon itu. Ia masih diam. Karena tak sanggup lagi, Yoonmi mematikan teleponnya dan menaruh ponselnya di atas meja belajar. Airmatanya menetes, tubuhnya merosot dan akhirnya ia menangis dalam keadaan tersungkur.
“Bahkan….. dia tidak mengelak saat aku mengakhiri hubungannya….” rutuk Yoonmi ditengah-tengah tangisannya.
Christmas Eve
Impian Yoonmi untuk menikmati malam Natal dengan bahagia harus ia lupakan cepat-cepat. Ya, karena tahun ini ia merayakannya hanya bersama dengan Yoonjae, tanpa orang tua, dan tanpa kekasih. Setelah putus dengan Sunggyu, Yoonmi jadi semakin murung dan lesu. Ia tidak nafsu makan, sehingga wajahnya tampak lebih pucat dari yang biasanya. Ia juga bersikap aneh, seharian ini gadis itu hanya berkeliling di sekitar distrik rumahnya, memperhatikan pasangan-pasangan yang menikmati malam Natal, dan terkadang melamun.
“Malam Natal yang paling buruk.” gumam Yoonmi ketika hendak pulang ke rumahnya, merasa lelah karena seharian sudah berkeliling distrik sekitaran sana.
Ditengah-tengah perjalanan, ia berpapasan dengan café minimalis bergaya Italia yang sedang ramai akan pengunjung. Yoonmi melirik café itu sebentar, dan menemukan sosok Harin yang sedang makan malam bersama Myungsoo di dalam café. Wajah mereka sama-sama berwarna merah, terlihat malu-malu satu sama lain. Yoonmi juga melihat Myungsoo sedang memakai sweaterhitam bermotif plaid yang tak asing lagi di matanya. Ya, sweater tersebut adalah hadiah Natal yang dibuat Harin untuk laki-laki itu.
“Usahamu berhasil, Harin. Tidak sepertiku..” gumam Yoonmi lirih.
Yoonmi cepat-cepat menghapus airmatanya sebelum dilihat oleh orang lain, lalu ia setengah berlari menuju rumahnya. Sesampainya disana, ia tak menemukan sosok Yoonjae. Semua lampu padam, kecuali lampu pohon Natal yang ada di ruang santai. Mungkin Yoonjae sedang tidur karena kelelahan mengurus rumah, begitu pikirnya. Dengan lemas, Yoonmi mengunci rumahnya dan langsung mengurung diri di kamar. Ia membuang tas jinjingnya ke sembarang arah, mantelnya ia buang begitu saja, dan tatapannya kosong.
Mendadak ia merasa kesepian dan sedih, jadi ia putuskan untuk melihat keluar jendela kamar sebentar. Saat melewati meja belajarnya, tergeletak sebuah kotak kado bermotif gitar akustik di bagian atasnya. Yoonmi melihat benda itu sambil menghela nafas panjang, lalu membuka lebar jendela kamarnya dan memandang keluar. Belum ada 1 menit ia melihat keluar, matanya sudah membelalak seketika.
“Sung… Sunggyu-oppa!?”
Yoonmi sangat terkejut melihat laki-laki itu bersender di balkon kamarnya yang sudah beberapa bulan ini tidak dihuni. Rambut coklatnya dihiasi oleh banyak salju, serta telinga dan hidungnya berwarna merah. Sepertinya ia sudah lama berada di luar sana.
“Kau datang juga akhirnya.” sahut Sunggyu datar.
“Ke… kenapa bisa!? Kenapa kau ada disini!?”
Sunggyu tetap diam. Ia kemudian melompat ke atas pagar balkon lalu melompat lagi ke jendela Yoonmi. Begitu sampai, ia langsung masuk ke dalam kamar Yoonmi dan berdiri tepat di hadapan gadis itu. “Hei!..” seru Yoonmi kaget melihat aksi nekat laki-laki itu.
“Aku minta izin dengan bos-ku untuk pulang sebentar ke Jeonju. Aku bilang, ada masalah penting yang harus kuselesaikan.” kata Sunggyu yang menjawab pertanyaan Yoonmi tadi.
Yoonmi masih memandang Sunggyu dengan heran. Ia masih tak percaya kalau orang ini hadir lagi di hadapannya, secara langsung. “Lalu… kau kenapa masuk ke kamarku!? Dan… urusan penting apa yang harus kau selesaikan?” tanya Yoonmi bertubi-tubi. Begitu sadar akan apa yang ia katakan, Yoonmi langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Sial, rupanya ia masih peduli dengan laki-laki itu.
“Ya, itu sebuah urusan yang amat penting bagiku.” jawab Sunggyu singkat. Ia kemudian merengkuh tubuh Yoonmi dan memeluknya dengan erat.
“Merry Christmas, Jo Yoonmi.”
Mata Yoonmi terbelalak. Wajahnya memerah seketika, dan jantungnya berdetak semakin kencang. Ia sempat melirik ke arah jam dindingnya, dan mengetahui bahwa sekarang sudah jam 12 malam. Sudah hari Natal.
“He… hei! lepas!..” elak Yoonmi sambil meronta-ronta di pelukan Sunggyu. Ia tidak ingin memperlihatkan perasaan sesungguhnya pada orang itu.
“Dengarkan aku dulu, Yoonmi. Sebentar saja.” tukas Sunggyu tegas, membuat Yoonmi terdiam seketika.
Sunggyu menghela nafas lega, lalu mulai merangkai kata-kata yang harus ia ucapkan pada gadis yang sangat berarti baginya itu. “Aku minta maaf, Yoonmi. Aku selalu tak sempat menghubungimu karena jadwalku yang padat, aku juga tidak bisa mengekspressikan rasa senangku saat kau menghubungiku, dan maaf karena aku terlalu tua untukmu..”
Yoonmi tercengang. Ia sebenarnya kurang mengerti dengan ucapan Sunggyu barusan. “Mak.. maksudmu!?!”
“Aku sangat mencintaimu, Yoonmi. Aku tahu kalau aku salah, aku selalu terdengar datar saat bicara denganmu, padahal sebenarnya waktu itu aku sangat senang mendapat telpon darimu. Tapi karena kebodohanku, kau jadi mengira kalau aku tidak rindu padamu. Dan untuk rumor kemarin, aku dan Jei benar-benar hanya berteman. Di semua foto itu kalau kau perhatikan baik-baik, latar tempatnya hanya di backstage, tahu! Saat itu aku sedang membantunya mengusir kecoa yang menempel di punggungnya, sehingga di foto terlihat kami seperti bermesraan. Padahal itu salah besar!”
Sunggyu merenggangkan pelukannya sejenak, lalu merongoh saku celananya. Dikeluarkannya sebuah cincin platina yang berhias batu intan murni, terlihat sangat indah. Cincin itu ia sematkan di jari manisnya Yoonmi, dan ternyata ukurannya sangat pas. “Yoonmi, terimalah hadiah Natal-ku ini. Dan.. jadilah pacarku sekali lagi. Aku tidak bisa melakukan apa-apa tanpamu..” pinta Sunggyu dengan nada lembut, disertai ketulusan yang terlukis di wajahnya.
Yoonmi terdiam sejenak, ia melirik kearah kotak kado berwarna putih di meja belajarnya. Ia tersenyum perlahan, lalu mengambil isi kotak kado tersebut. “Ini juga, terimalah. hadiah Natal-ku untukmu.” ucapnya sembari memakaikan syal putih buatannya di leher Sunggyu.
“Itu kubuat sendiri. Selama ini aku terus merindukanmu, dan bohong bila aku bisa melupakanmu dengan cepat. Ya… aku masih memiliki rasa padamu… dan—” Yoonmi menatap Sunggyu dengan tatapan teduhnya.
“Aku juga minta maaf karena terlalu egois..”
Sunggyu tersenyum tipis. Ia mendekatkan dirinya pada Yoonmi, lalu melepaskan kacamata gadis itu. Begitu terlepas, Sunggyu langsung mencium bibir Yoonmi dengan lembut, dan ciuman itu berlangsung cukup lama.
“Yoonmi..”
Sunggyu menatap Yoonmi dalam-dalam setelah ciuman itu selesai. “Apa itu artinya, kau mau menjadi pacarku lagi?” tanyanya serius.
Dengan yakin, Yoonmi menganggukan kepalanya. “Ya.”
“Kau.. tidak mempermasalahkan perbedaan umur kita lagi, kan?” tanya Sunggyu masih ragu.
“Tidak, asalkan kita berdua akan memperbaiki kesalahan masing-masing.”
Sunggyu melebarkan senyumannya. Ia kembali mencium bibir Yoonmi dan memeluk gadis itu. Ia sangat gembira karena bisa bersatu lagi dengan gadis yang sangat dicintainya. “Terima kasih.”
“Ya… Merry Christmas, oppa..” ucap Yoonmi di dalam pelukan Sunggyu.
(The End)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar