[ Freelance Oneshot ] Long Time No See
Title : Long Time No See
Scriptwriter : Noranitas [sidooney.wordpress.com]
Main Cast : Song Yunhyeong [iKON], Han Yeonseo [OC]
Genre : Romance, Angst
Duration : Oneshot, 1.711 words
Rating : PG-15
Disclaimer : Inspired by iKON’s song “Long Time No See”. The story based on my imagination only, not Yunhyeong’s real experience.
Summary :
Kehilangan seseorang yang ia cintai demi mencapai mimpi yang telah lama ia idamkan.
Seberapa pun ia meminta untuk sang gadis mengerti akan dirinya,
sang gadis tak mampu.
Inilah kisah seorang Song Yunhyeong.
Member ke-5 grup iKON.
Dan kisah cintanya.
***
-6 tahun yang lalu, akhir Maret, 2012-
“Kau yakin akan bergabung dengan agency itu?” Tanya Yeonseo entah kesekian kalinya pada Yunhyeong
“Tentu saja Yeonseo-ah. Itulah mimpiku!” jawab Yunhyeong mantap
“Walaupun kita sedang pacaran? Kau yakin Oppa?”
“Yeonseo, Han Yeonseo.” Yunhyeong diam sebentar “Masuk dan bergabung dengan YGEnt adalah mimpiku sejak kecil. Masalah hubungan kita, kita masih bisa menjalani nya. Asal mereka tidak mengetahuinya, semuanya akan aman. Percayalah padaku Yeonseo.”
“Tapi Oppa, kau sudah murid tahun terakhir! Bagaimana dengan ujianmu? Kau mau membuang cita-cita mu untuk masuk Yonsei?” nada bicara Yeonseo kian naik, seiring dengan amarah yang semakin tak bisa ia bendung.
“Sebegitu menginginkannya aku terhadap Yonsei, aku masih bisa melepasnya. Tapi YGEnt? Kesempatan ini tak datang dua kali Yeonseo. Tolong, percaya lah padaku”
“Oppa, kau sudah berjuang mati-matian untuk merebut medali emas mu bahkan belajar dengan giat dan sekarang? Kau ingin melepasnya begitu saja?!” amarah Yeonseo semakin memuncak
“Sudah kubilang Yeonseo, aku masih bisa mengejar Yonsei. Tetapi YGEnt tak memberikan kesempatan kedua layaknya Yonsei. Kau tahu itu kan?!” Yunhyeong tetap bersikeras pada keputusan yang diambilnya
“OPPA!” Yeonseo akhirnya berteriak
“Yeonseo tolong mengerti keadaanku. Aku tak ingin kita bertengkar hanya karena masalah ini” Kata Yunhyeong sambil menggenggam erat kedua tangan Yeonseo
“Tolong Yunhyeong Oppa, pikirkan lagi tentang ini semua”
“Inilah jalanku Yeonseo. Tolong mengerti mimpiku. Tolong..”
“Kau mengecewakan ku Oppa.”
Yeonseo mengakhiri perdebatan mereka dan pergi menjauh dari hadapan Yunhyeong yang masih terdiam atas kata-kata terakhir yang diucapkan olehnya.
***
“Yeonseo! Yeonseo! Dengarkan aku sekali ini saja Yeonseo!!” Suara Yunhyeong terdengar jelas mengisi lorong kelas yang tidak terlalu ramai keesokan harinya.
“Yeonseo! HAN YEONSEO!”
Yunhyeong tetap berteriak memanggil Yeonseo, yang sedikitpun tak ingin memalingkan wajahnya menuju Yunhyeong. Namun langkah cepat Yeonseo dapat diimbangi oleh Yunhyeong. Sepersekian detik kemudian, pergelangan tangan Yeonseo telah digenggam erat oleh Yunhyeong yang penuh dengan emosi.
“Yeonseo dengarkan aku. Tolong sekali ini saja”
Yeonseo akhirnya mengalah dan memilih untuk menundukkan kepalanya sambil menunggu Yunhyeong mengeluarkan kata-kata.
“Maaf atas malam tadi, aku tak bermaksud untuk bersikeras denganmu. Aku hanya sedikit emosional. Maafkan aku”
Yeonseo masih terdiam, tak sedikit pun memberi respon terhadap omongan Yunhyeong.
“Baiklah jika kau ingin mengabaikanku. Itu hak mu Yeonseo, tetapi soal malam tadi. Aku tak akan menyerah tentang YGEnt. Dan aku telah menyetujui kontrak itu, Yeonseo.” Yunhyeong terdiam sebentar sebelum melanjutkan kalimat nya “Mulai minggu depan, aku akan mengambil kelas terpisah untuk fokus terhadap jadwal trainee ku. Dan itu artinya sangatlah susah untuk kita bisa bertemu dan bersama seperti sekarang…..”
Belum Yunhyeong menyelesaikan ucapannya, Yeonseo akhirnya angkat bicara
“Jadi menurutmu kita harus putus, Oppa? Itukan yang kau inginkan?”
Kalimat yang dilontarkan oleh mulut Yeonseo membuat Yunhyeong terdiam.
Memang, segala sesuatu yang berhubungan dengan jadwal traineenya sangat menyita waktu, fisik, bahkan mental nya. Tetapi, tak pernah sekali pun ia terpikir untuk mengakhiri hubungannya dengan Yeonseo. Yeonseo bagaikan harta karun terbesar yang pernah ia miliki disepanjang hidupnya. Dan oleh karenanya, Yunhyeong tak ingin sedikit pun melepaskan sosok perempuan keras kepala namun perhatian itu dari sisinya.
Ini sudah terlalu salah, pikir Yunhyeong. Yeonseo sudah salah faham dengan keputusan yang ia ambil.
“Aku tak pernah terpikir akan hal itu Yeonseo! Aku hanya bilang bahwa waktu kita untuk bertemu mungkin akan berkurang, itu saja!”
“Bukan” Yeonseo merendahkan suaranya
“Apanya yang bukan?”
“Bukan, kau pasti terpikir akan hal itu Oppa…” Yeonseo berusaha melanjutkan kalimatnya walaupun butiran air mata telah lolos dari matanya “Ketika jadwal trainee mu semakin padat, dan berbagai kelas harus kau ikuti untuk memenuhi kriteria sebagai entertainer, ini semua bagaikan keajaiban jika kita masih bisa berkencan dengan keadaanmu saat itu nanti”
“Hentikan Yeonseo!!”
“Yah dan kau Oppa, kau pasti malu untuk mengakui perempuan seperti ku sebagai kekasihmu nanti nya….”
“HENTIKAN HAN YEONSEO! CUKUP!”
“Hentikan apa? Bukan kah apa yang kuucapkan itu semua benar Oppa?”
“Salah. KAU SALAH YEONSEO KAU SALAH”
Yunhyeong tak dapat membendung lagi apa yang hati kecil nya ingin katakan
“Kau tak pernah tahu bahwa aku mencintaimu disegala kondisi di kehidupan kita. Hanya karena kita akan terpisah beberapa saat, maka aku akan putus darimu? Tidak Yeonseo, Aku tetap mencintaimu walaupun intensitas waktu kita bersama tak sebanyak yang kita punya dulu. Dan malu akan mu? Tak sedikit pun aku merasa malu dengan keberadaan mu Yeonseo. Justru kau lah semangat hidupku. Kau lah yang membuat ku bersikeras untuk mengejar mimpiku…”
Yunhyeong terdiam lalu menatap Yeonseo tepat dimatanya, lalu berkata “Dan aku ingin kau bisa mendampingi ku selagi aku mengejar mimpi itu…”
“Dan berdiri disampingku dengan bangga saat mimpi itu telah kita raih bersama…”
Yunhyeong kini menggenggam erat kedua belah tangan Yeonseo seiring melanjutkan kalimatnya
“Jadi, tolonglah aku Yeonseo. Temani lah aku hingga saat itu tiba.”
Yeonseo terdiam kaku. Ia tak tahu harus membalas semua pernyataan yang datang dari Yunhyeong dengan apa. Akhirnya, ia sadar bahwa selama ini ia terlalu egois hingga tak pernah menyadari akan betapa besar dan berharganya mimpi seorang Yunhyeong untuk menjadi penyanyi. Seketika ia merasa sangat malu akan perkataan yang ia ucapkan sebelumnya.
“Yeonseo, gwenchana?”
[“Yeonseo, kau baik-baik saja?”]
Yeonseo tak menjawab pertanyaan dari Yunhyeong. Yunhyeong terlihat khawatir dengan Yeonseo yang diam dan bahkan menghindari tatapan matanya.
Perlahan, Yeonseo melingkarkan kedua tangannya dipinggang Yunhyeong. Membenamkan wajahnya didada sang lelaki dan kemudian terisak pelan. Yunhyeong terkejut dengan apa yang Yeonseo lakukan, namun ia hanya membalasnya dengan menepuk bahu Yeonseo dengan pelan sebagai tanda penenang. Isakan Yeonseo semakin jelas terdengar hingga terdengar kata-kata keluar dari mulutnya
“……maafkan aku Oppa…”
Dengan nada yang sangat rendah dan pelan, Yeonseo mengungkapkan perasaan yang baru saja ia sadari. Yunhyeong hanya bisa tersenyum dan memeluk Yeonseo lebih erat didekapannya.
***
-4 tahun yang lalu, November, 2014-
‘141105: iKON’s 5TH MEMBER IS SONG YUNHYEONG!’
‘iKON’S CONFIRMED 5TH MEMBER : YUNHYEONG’
‘SONG YUNHYEONG IS OFFICIALLY THE 5TH MEMBER OF iKON’
Yeonseo kembali men-scroll layar telepon genggamnya. Headline news di semua halaman web terlihat mengupdate berita tentang grup rookie dari YGEnt yang mengumumkan member ke lima nya itu.
Sambil kembali men-scroll berita tentang iKON-grup rookie itu, sebuah nama mencuri semua perhatian Yeonseo.
“Akhirnya, kau berhasil Oppa..”
Yeonseo menutup tab web nya dan langsung menuju kontak. Mengetikkan sebuah nama secepat yang ia bisa lalu menekan tombol hijau.
Cukup lama Yeonseo menunggu panggilan tersebut. Hingga beberapa saat kemudian terdengar suara dari arah seberang .
“Yoboseyo…”
[“Hallo…”]
“Oppa! Chukhae! Kau berhasil Oppa!!!!”
[“Oppa! Selamat! Kau berhasil Oppa!!!!”]
“Terima kasih atas ucapannya Yeonseo”
“Tak masalah Oppa. Tapi, ada apa denganm? Suaramu terdengar tak seperti biasanya?”
“Ah.. aku tidak apa-apa”
“Oppa, kau sakit?”
“….”
“Oppa…”
“….”
“Oppa, wae geurae?”
[“Oppa, ada apa?”]
“Amugeotto aniya.. Aku baik-baik saja”
[“Tidak apa-apa.. Aku baik-baik saja”]
“Oppa.. Jika kau sakit, bilang saja. Aku khawatir”
“Yeonseo..”
“Heum?”
“Bisakah kita bertemu di taman dekat training centre building?”
“Huh? Ada apa Oppa? Tumben kau ingin menemuiku”
“Ada yang ingin kubicarakan”
“Tentang??”
“Akan kujelaskan nanti. Jam 11 malam, aku menunggu mu”
“Baiklah Oppa..”
Yeonseo mengeratkan coatnya melawan angin malam yang semakin gigih menerpa badannya. Diliriknya layar handphone. Pukul telah menunjukkan 11.15 pm. Ia terlambat, lantas ia berlari kecil menuju taman di dekat building itu, bergegas dan berharap bahwa orang yang sedang menunggunya tidak marah karena telah bosan menunggu kedatangannya.
“Oppa mian, aku terlambat. Sudah lama?”
[“Oppa maaf, aku terlambat. Sudah lama?”]
“Tidak juga. Duduklah Yeonseo”
Yunhyeong mengisyaratkan Yeonseo agar duduk disampingnya. Taman malam itu terlihat sepi, hanya ada mereka berdua yang sedang duduk berdampingan di bangku taman. Yeonseo masih terlihat merasa bersalah karena sudah membuat Yunhyeong menunggunya.
“Yeonseo..”
“Wae Oppa?
[“Kenapa Oppa?”]
Yunhyeong terlihat ragu untuk melanjutkan kalimatnya.
“Oppa, kenapa? Apa yang ingin kau katakan padaku?”
“Yeonseo-ah.. Mianhae”
[“Yeonseo-ah.. Maaf”]
“Oppa kenapa?”
“Yeonseo maafkan aku”
“Ada apa Oppa?”
Yunhyeong menitikkan air mata nya. Ia tak tahan lagi untuk membendungnya.
“Maafkan aku Yeonseo…”
“Oppa! Ada apa denganmu Oppa, cepat katakanlah. Mengapa kau menangis Oppa”
“….Kita akhiri saja semua ini Yeonseo..”
“Oppa…”
“Mereka mengetahuinya Yeonseo. Kita sudah berakhir”
“….”
“Yeonseo maafkan aku.. Aku tak bermaksud…”
Belum Yunhyeong menyelesaikan kalimatnya, Yeonseo telah bangun dari tempat duduknya dan bergegas menjauh dari Yunhyeong.
Yunhyeong membeku. Ia kehabisan kata-kata, ia tak dapat berbuat apa-apa seolah-olah otaknya kosong. Ia tak tahu apakah ia harus mengejar Yeonseo dan menahannya atau hanya membiarkannya pergi dan melihat punggung perempuan itu kian menjauh dari pandangannya. Yunhyeong tak tahu lagi tentang semua ini.
Pandangannya semakin buram. Air mata semakin memenuhi ruang matanya, bahkan mengalir cepat menuruni permukaan wajahnya.
Semuanya telah berakhir, pikir Yunhyeong untuk kesekian kalinya.
Ia tutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan yang dimilikinya, seakan malu untuk mengakui bahwa ialah yang mengakhiri semua ini. Yunhyeong merasa sebagian hidupnya pergi saat itu. Ia marah dan juga kecewa pada dirinya sendiri karena tak bisa berbuat apa-apa dengan semua ini.
Malam itu dihabiskan Yunhyeong dengan tangis dan teriakan kekecewaan, marah terhadap dirinya yang lemah.
***
-Oktober, 2018-
Yunhyeong tengah menikmati masa liburan pasca berakhirnya promosi album ke-4 nya bersama iKON.
Daun maple kian berguguran menghiasi pinggir jalan. Yunhyeong kembali mengatur ulang scarf nya. Melilitnya dan melilit lagi kesekitar lehernya.
Yunhyeong melakukan itu karena ia harus menutupi dirinya-setidaknya seperempat dari bagian wajahnya agar terhindar dari kejaran fans. Itulah mengapa ia tak dapat berjalan-jalan lebih jauh dari daerah sekitar agency building atau training centre nya. Karena para fans pasti akan mengenalinya dalam sekejap, bahkan dari kejauhan.
Dengan secup caramel macchiato hangat ditangan kanannya-yang barusan ia beli, Yunhyeong berencana untuk menenangkan diri dengan duduk santai ditaman dekat gedung YGEnt itu. Setelah sampai, ia kebingungan mencari bench yang kosong di sekitar pusat taman.
Karena tak menemukan bench kosong di taman, Yunhyeong memutuskan untuk pulang kembali ke gedung YGEnt.
Saat berjalan pulang sambil mengesap caramel macchiato, tepat didepan coffee shop-tempat ia membeli caramel macchiato sebelumya pandangan Yunhyeong tak sengaja mengarah kedepan. Orang yang berada dihadapannya pun kini tersadar akan kehadirannya dan juga menatapnya balik.
Langkah mereka terhenti.
Dengan cup caramel macchiato yang masih berada dimulutnya.
Dua pasang manik mata itu bertemu.
Mereka saling berhadapan.
Mereka saling menatap.
Yunhyeong lantas berhenti meminum minumannya dan melepas cup itu dari gigitannya. Dan menatap serius orang yang ada dihadapannya.
Seorang wanita yang lebih muda setahun dari dirinya tengah menggendong seseorang, seorang anak perempuan.
Yunhyeong terdiam sejenak ditempatnya berada.
Realita seakan menusuknya tepat dijantung. Ia telah memiliki anak, pikir Yunhyeong sontak.
Beberapa detik selanjutnya tatapan serius Yunhyeong berangsur melemah hingga sirna akibat senyuman yang terpampang diwajah anak perempuan itu.
Ia merindukan sosok perempuan yang tengah berdiri dihadapannya.
Telah 4 tahun ia tak pernah menjumpainya.
Setelah menghela nafas yang dalam. Yunhyeong men-set sebuah untaian senyum hangat diwajahnya.
“Yeonseo.. Jeongmal oraenmaniya..”
[“Yeonseo.. Long time no see..”]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar