[ONESHOT] DOLLHOUSE
D O L L H O U S E
By Shoshana (Yoo Jangmi)
Horror, Fantasy, Family | PG | Oneshot
Cast
Kris — as the Father (Mr. Doll)
Jessica — as the Mother (Mrs. Doll)
BTS V — as the Brother
TWICE Mina — as the Sister
Red Velvet Yeri — as Kim Yerim (the girl)
Kris — as the Father (Mr. Doll)
Jessica — as the Mother (Mrs. Doll)
BTS V — as the Brother
TWICE Mina — as the Sister
Red Velvet Yeri — as Kim Yerim (the girl)
All the cast featured here belongs to God and themselves. Inspired by Melanie Martinez’s “Dollhouse” music video. Listen to the song while reading ^^
…
Hey girl, open the walls
Play with your dolls
We’ll be a perfect family
Play with your dolls
We’ll be a perfect family
…
Jam dinding besar di ruang tamu menunjukkan pukul 5:00 pagi, langit fajar bahkan belum terlihat. Bulan masih mengintip di sisa langit malam, seolah enggan pergi seperti penduduk kota yang masih terlelap dan tidak rela meninggalkan tempat tidur mereka. Hanya satu rumah yang sudah sibuk pagi-pagi begini. Rumah keluarga Kim memancarkan sinar terang dari setiap jendela-jendelanya, begitu kontras dengan rumah lainnya yang masih gelap gulita. Mrs. Kim sedang duduk di ruang keluarga sambil membungkus koleksi pajangan porselen-nya dengan bubble wrap lalu menyusun benda-benda itu dengan hati-hati di dalam kardus besar bertuliskan “Barang Pecah Belah”. Kardus-kardus lain bertebaran di setiap sisi rumah, isinya beragam. Mulai dari alat rumah tangga sampai mainan anak-anak.
Keluarga Kim akan pindah ke rumah baru di Seoul tiga hari lagi. Mr. Kim bahkan sudah menemukan orang yang akan membeli rumah lama mereka dengan harga tinggi. Karena kepindahan yang tiba-tiba dipercepat, mereka pun sibuk membereskan rumah tua yang cukup besar itu.
Keluarga Kim akan pindah ke rumah baru di Seoul tiga hari lagi. Mr. Kim bahkan sudah menemukan orang yang akan membeli rumah lama mereka dengan harga tinggi. Karena kepindahan yang tiba-tiba dipercepat, mereka pun sibuk membereskan rumah tua yang cukup besar itu.
“Yerim-ah, cepat bereskan loteng!” Seru Mrs. Kim sembari tangannya tetap bergerak mengisi kardus yang masih kosong.
Kim Yerim—putri satu-satunya keluarga Kim yang baru saja menginjak usia 16 tahun—berlari turun dari kamarnya ke ruang keluarga tempat ibunya berada. Mrs. Kim memberinya sebuah kardus untuk diisi barang-barang yang penting. Yerim hanya menganggukan kepalanya sambil mendengarkan instruksi Mrs. Kim mengenai barang apa saja yang sebaiknya tidak usah dibawa.
“Nanti eomma akan cek ke atas, oke?” Kata Mrs. Kim
Yerim membuat tanda oke dengan menautkan telunjuk dan jempolnya, “Oke! Aku akan kerjakan dengan baik.”
Sambil memeluk kardusnya, Yerim menaiki tangga perlahan-lahan menuju loteng rumah yang merupakan sebuah ruangan berdebu di bawah atap. Di sana penuh dengan barang-barang bekas, mainan lama Yerim, dan tentunya serangga-serangga yang tidak ia harapkan muncul saat ia berada di dalam sana. Yerim memutar kenop pintu loteng lalu mendorong pintu kayu reyot itu. Ia tidak ingat kapan terakhir kalinya ia masuk ke loteng, mungkin sudah bertahun-tahun. Dulu ada sesuatu yang membuatnya tidak mau datang ke sini lagi, tapi Yerim tidak tahu apa itu.
Gadis itu meletakkan kardusnya di lantai, lalu duduk bersila di sebelah kardus itu. Ia mengamati tumpukan barang di hadapannya, sarang laba-laba dan debu berjuntaian diantara barang-barang itu, membuat Yerim sedikit ngeri untuk memulai pekerjaannya. Tapi mau tidak mau ia harus melakukan ini. Di singkirkannya sarang laba-laba dan debu tadi menggunakan sapu, kemudian ia mulai memilah-milah barang untuk di simpan di dalam kardus.
Tak lama matanya menangkap suatu benda yang menarik di pojok ruangan. Benda itu adalah sebuah rumah boneka berwarna pink, dengan atap berwarna kehijauan yang terbuat dari plastik. Yerim merangkak mendekati rumah boneka itu lalu mengambilnya. Ia kembali duduk di posisi semula, setelah itu diletakkannya rumah boneka itu di hadapannya. Ia membukanya sambil memejamkan mata, takut kalau di dalam rumah boneka itu sudah diisi kecoa atau tikus. Tapi ternyata bagian dalamnya masih sangat bagus dan bersih, tak sedikitpun debu menyentuh perabotan mini ataupun boneka-boneka di dalamnya.
Gadis itu meletakkan kardusnya di lantai, lalu duduk bersila di sebelah kardus itu. Ia mengamati tumpukan barang di hadapannya, sarang laba-laba dan debu berjuntaian diantara barang-barang itu, membuat Yerim sedikit ngeri untuk memulai pekerjaannya. Tapi mau tidak mau ia harus melakukan ini. Di singkirkannya sarang laba-laba dan debu tadi menggunakan sapu, kemudian ia mulai memilah-milah barang untuk di simpan di dalam kardus.
Tak lama matanya menangkap suatu benda yang menarik di pojok ruangan. Benda itu adalah sebuah rumah boneka berwarna pink, dengan atap berwarna kehijauan yang terbuat dari plastik. Yerim merangkak mendekati rumah boneka itu lalu mengambilnya. Ia kembali duduk di posisi semula, setelah itu diletakkannya rumah boneka itu di hadapannya. Ia membukanya sambil memejamkan mata, takut kalau di dalam rumah boneka itu sudah diisi kecoa atau tikus. Tapi ternyata bagian dalamnya masih sangat bagus dan bersih, tak sedikitpun debu menyentuh perabotan mini ataupun boneka-boneka di dalamnya.
“Hei, aku lupa aku pernah punya rumah boneka,” pekik Yerim senang, jiwa anak-anaknya seakan tiba-tiba kembali untuk bermain.
Yerim meneliti boneka di dalam rumah itu satu demi satu. Boneka pertama yang dilihatnya adalah boneka seorang anak perempuan, boneka itu memakai blouse hijau turkis dan rokoverall biru tua di atasnya. Rambutnya pirang sebahu bergelombang, boneka itu manis sekali lengkap dengan pipi yang dicat pink merona. Yerim memutuskan boneka itu adalah favoritnya. Ia memberi nama gadis boneka itu “Mina” karena nama itu tersulam di baju mungilnya.
Selanjutnya ia mengambil boneka wanita cantik yang sedang duduk di sofa mini. Boneka itu pun memiliki rambut pirang yang digelung ke atas dengan anggun, hiasan rambut yang berkilauan memperindah gelungannya. Pakaian yang dikenakannya adalah sebuah mini dress hitam dan blazer berwarna cream, gelang plastik yang berkilauan melingkar di pergelangan tangan plastiknya. Boneka itu juga mengenakan sepasang anting-anting yang dibuat serupa permata. Karena ia terlihat anggun maka Yerim memutuskan wanita boneka itu adalah sang ibu. Tersisa dua boneka laki-laki di dalam rumah itu, keduanya mengenakan jas hitam, kemeja putih, dan dasi merah. Salah satunya yang memiliki rambut hitam terlihat lebih tua, sudah pasti dia adalah sang ayah. Yerim tersenyum senang melihat boneka laki-laki yang satu lagi, boneka itu sangat tampan dengan rambut cokelat lurus dan senyum yang memukau.
Selanjutnya ia mengambil boneka wanita cantik yang sedang duduk di sofa mini. Boneka itu pun memiliki rambut pirang yang digelung ke atas dengan anggun, hiasan rambut yang berkilauan memperindah gelungannya. Pakaian yang dikenakannya adalah sebuah mini dress hitam dan blazer berwarna cream, gelang plastik yang berkilauan melingkar di pergelangan tangan plastiknya. Boneka itu juga mengenakan sepasang anting-anting yang dibuat serupa permata. Karena ia terlihat anggun maka Yerim memutuskan wanita boneka itu adalah sang ibu. Tersisa dua boneka laki-laki di dalam rumah itu, keduanya mengenakan jas hitam, kemeja putih, dan dasi merah. Salah satunya yang memiliki rambut hitam terlihat lebih tua, sudah pasti dia adalah sang ayah. Yerim tersenyum senang melihat boneka laki-laki yang satu lagi, boneka itu sangat tampan dengan rambut cokelat lurus dan senyum yang memukau.
“Wah Mina, yang ini pasti kakakmu kan? Senangnya, aku juga ingin punya kakak laki-laki. Kau punya keluarga boneka yang sempurna,” ucap Yerim pada si boneka anak perempuan, Mina.
Pintu loteng tiba-tiba dibuka oleh Mrs. Kim membuat perhatian Yerim teralih dari boneka-bonekanya sehingga ia bahkan tidak menyadari ekspresi wajah Mina yang berubah masam setelah ia mengatakan “keluarga boneka yang sempurna”.
“Yerim-ah, kau sedang apa? Sudah selesai beres-beresnya?” Tanya Mrs. Kim, matanya langsung tertuju pada rumah boneka milik Yerim.
“Um aku- eomma, aku boleh menyimpan rumah boneka ini ya?”
Mrs. Kim meletakkan kedua tangannya di pinggang, ia melihat rumah boneka itu dengan tatapan menyelidik sambil berusaha mengingat kapan ia membelikan rumah boneka untuk Yerim. Karena rasanya ini pertama kalinya ia melihat benda itu.
“Kau sudah 16 tahun Kim Yerim, untuk apa main boneka? Kita jual saja di garage sale,” Kata Mrs. Kim.
Yerim terlihat sedikit kecewa dengan perkataan ibunya, tapi ia tidak pernah sekalipun membantah perkataan ibunya apalagi untuk hal sepele seperti mainan anak anak. Gadis itu hanya mengangguk sedih sambil meletakkan kembali boneka Mina di dalam rumahnya. Setidaknya ia punya waktu tiga hari lagi untuk bermain dengan rumah boneka itu sebelum ia harus meninggalkannya atau menjualnya digarage sale seperti kata Mrs. Kim.
“Baiklah, ayo ke bawah. Kita istirahat dulu setelah itu eomma akan menyiapkan sarapan,” ujar Mrs. Kim sambil tersenyum.
Yerim membalas senyuman ibunya, dan mengangkat kardus yang sudah ia isi tadi. Ia mengucapkan selamat tinggal pada keluarga boneka plastik lalu mengikuti Mrs. Kim melangkah ke luar dari loteng.
Sesaat setelah pintu loteng di tutup, ekspresi manis dan ceria di wajah Mina si boneka berubah menjadi datar dengan kesan dingin dari sorotan matanya. Ia sudah tidak tahan lagi mempertahankan wajah tersenyum. Dengan sedikit kaku ia berjalan menuju rumah plastiknya dan menghampiri boneka ibunya yang masih duduk diam di sofa.
Sesaat setelah pintu loteng di tutup, ekspresi manis dan ceria di wajah Mina si boneka berubah menjadi datar dengan kesan dingin dari sorotan matanya. Ia sudah tidak tahan lagi mempertahankan wajah tersenyum. Dengan sedikit kaku ia berjalan menuju rumah plastiknya dan menghampiri boneka ibunya yang masih duduk diam di sofa.
“Eomma, ia sudah pergi,” kata Mina pelan.
Wanita yang Mina sebut eomma itu menaikkan sudut kanan bibirnya, tersenyum licik. Kemudian ia mengambil botol minuman yang ia letakkan di bawah sofa dan meneguk isinya seolah ia sedang minum air.
“Akhirnya, seseorang membuka rumah ini. Penantian kita sudah selesai,” katanya.
Mina tidak mempedulikan kata-kata ibunya, ia menuju ke sisi rumah yang lain untuk mencari ayahnya. Tapi ia tidak bisa menemukan pria itu di ruang manapun.
“Appa ke mana?” Tanya Mina pada kakaknya yang sedang duduk santai sambil merokok.
“Appa? Entahlah, sedang menjadi ayah yang baik mungkin,” jawab Taehyung sang kakak dengan nada mengejek.
Mina mengibaskan tangannya di depan wajahnya untuk menyingkirkan asap rokok yang mulai menganggu, “Oppa, berhentilah merokok.”
Hanya gadis itu yang tahu betapa busuknya keluarga boneka ini. Ia melihat apa yang anak-anak kecil polos itu tidak lihat. Ketika anak-anak menemukannya dan keluarganya, mereka akan bilang kalau keluarga boneka itu sangat sempurna. Mereka hanya melihat wajah-wajah boneka yang terpoles sempurna, pakaian-pakaian kecil yang indah dan senyuman palsu mereka setiap saat. Tidak ada satupun anak yang hidup untuk menceritakan boneka macam apa mereka ini sebenarnya.
“Kalian semua, cepat ke sini. Kita harus rapat keluarga,” kata Mrs. Doll sambil menyembunyikan botol minumannya lalu berjalan menuju ruang makan.
Di ruang makan itu ada sebuah meja plastik bundar lengkap dengan empat buah kursi plastik untuk masing-masing boneka. Mrs. Doll duduk di salah satu dari dua kursi yang lebih besar dari dua kursi lainnya. Kedua anaknya segera menyusul, dan yang terakhir datang adalah Mr. Doll.
“Kris! Dari mana saja kau?!” Pekik Mrs. Doll dengan nada marah.
Pria itu tidak menjawab pertanyaannya dan langsung duduk di sebelahnya. Mrs. Doll ingin sekali membunuh suaminya itu, tapi saat ini ada suatu hal yang lebih penting dan harus diurus.
“Setelah tujuh tahun, akhirnya anak itu membuka rumah ini lagi. Akhirnya kita bisa melakukan apa yang seharusnya kita lakukan sejak dulu,”
Mendengar perkataan ibunya, Taehyung tertawa kecil. “Tapi ia sekarang sudah remaja, ia bukan anak-anak lagi. Memangnya akan berhasil?”
“Remaja atau pun anak-anak, asal jiwanya masih murni itu bisa dilakukan. Yerim itu polos, ini akan sangat mudah,” tukas Mrs. Doll sambil tersenyum jahat.
Mr. Doll dan Taehyung ikut tersenyum lalu mereka tertawa bersama, namun Mina segera memotong momen itu.
Mr. Doll dan Taehyung ikut tersenyum lalu mereka tertawa bersama, namun Mina segera memotong momen itu.
“Tak ada waktu, keluarga Kim akan segera pindah dari rumah ini. Mrs. Kim juga tidak mengijinkan Yerim membawa rumah boneka. Kita lepaskan saja dia.”
Dengan geram Mr. Doll memukul meja dengan kedua tangannya lalu berjalan menghampiri anak perempuannya yang tetap duduk tenang tanpa ekspresi apa pun. Pria itu mencengkram bahu Mina kuat-kuat dan menatapnya tajam.
“Kita butuh jiwanya untuk tetap hidup seperti ini, kita sudah semakin lemah. Kau mengerti?”
“Lakukan saja tugasmu dengan benar Mina, gunakan wajah manismu dan tubuh mungilmu itu untuk menarik hatinya lalu bawa dia ke rumah kita supaya kita bisa melakukan ritualnya!” Tambah Mrs. Doll.
Mina tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia tidak akan bisa menghentikan semua ini. Maka yang bisa ia lakukan hanyalah mengikuti perintah ayah dan ibunya, melakukan tugas yang tidak pernah ia sukai. Tugas yang memang diberikan oleh orang yang membuatnya.
Kim Yerim jelas-jelas menunjukkan rasa tertarik pada dirinya, itu artinya cepat atau lambat gadis itu akan menaruh hatinya pada Mina. Dan itu artinya Mina lah yang harus melakukan sebuah pekerjaan kotor.
Kim Yerim jelas-jelas menunjukkan rasa tertarik pada dirinya, itu artinya cepat atau lambat gadis itu akan menaruh hatinya pada Mina. Dan itu artinya Mina lah yang harus melakukan sebuah pekerjaan kotor.
9:00 P.M –
Suara langkah kaki terdengar dari arah tangga, lama kelamaan semakin terdengar jelas mendekati pintu loteng. Keluarga boneka plastik sedang duduk bersama di ruang keluarga, menonton TV yang tidak ada gambarnya ataupun mengeluarkan suara. Mina yang pertama menyadari suara langkah kaki itu. Ia tahu betul siapa yang akan datang ke loteng. Hal itu membuatnya merasa sedikit murung, seharian ia berharap agar Kim Yerim tidak kembali lagi ke loteng. Terutama pada malam hari.
“Ia kembali ke loteng, cepat kembali menjadi plastik!” Kata Mina panik.
Mr. Doll segera duduk di belakang meja makan sambil membaca koran, Mrs. Doll dengan cepat mengambil posisi di sebelah tempat cuci piring, Taehyung kembali ke kamarnya dan duduk diam di atas tempat tidurnya. Sedangkan Mina berdiri diam di depan rumah, tidak lupa memasang senyuman manis.
Tak lama pintu loteng dibuka oleh Yerim, gadis itu terlihat agak muram. Kedua pipinya dibasahi air mata dan mulutnya menggumamkan sesuatu yang tidak jelas. Yerim menghampiri rumah boneka lalu duduk di lantai, tepat di depan rumah plastik itu. Ia memandangi boneka Mina dengan heran, seingatnya ia meletakkan Mina di dalam rumahnya tadi pagi. Tapi sekarang boneka perempuan itu berdiri di depan rumah boneka sambil tersenyum. Yerim menggelengkan kepalanya, tidak mungkin bonekanya bisa berjalan sendiri bukan? Sesekali ia mengusap air mata yang masih mengalir ke pipinya, lalu ia meraih boneka Mina dan mulai mengajaknya bicara.
“Kami baru saja pulang dari mall, seharian ini semuanya baik-baik saja. Tapi tiba-tiba sesampainya di rumah eomma dan appabertengkar. Aku tidak tahu soal apa, tapi mereka sering sekali begitu,” kali ini Yerim sudah berhenti menangis tapi matanya bengkak dan bicaranya terdengar seperti gumaman.
“Aku tidak mau dibilang cengeng karena menangisi hal seperti ini tapi aku takut,”
Yerim memainkan rambut pirang Mina dengan jarinya sambil menatap wajah ceria gadis boneka itu. Ia pun tersenyum. Satu-satunya hal yang dapat membuatnya tersenyum saat ini hanyalah boneka plastik kecilnya yang manis.
“Aku ingin punya keluarga seperti keluarga bonekamu Mina, pasti sangat menyenangkan.”
Kau yakin?
Sebuah suara kecil samar-samar terdengar oleh Yerim. Melihat ke sekelilingnya dengan hati-hati, Yerim berusaha mencari sumber suara itu. Ia yakin ia sendirian di dalam loteng, lalu dari mana datangnya suara itu? Diletakkannya boneka Mina di lantai, kemudian ia berdiri dan menghampiri setiap sudut ruangan gelap yang tidak terlalu besar itu. Tidak ada siapa pun di sini kecuali dirinya sendiri.
Ia berusaha melupakan suara-suara tadi dan kembali mendekati rumah bonekanya, ia menunduk untuk mencari Mina tapi boneka itu hilang. Tak ada apa pun di lantai tempat ia meninggalkan boneka itu. Bulu kuduknya meremang, ruangan itu tiba-tiba terasa dingin dan mencekam. Yerim kembali berdiri tegak, perlahan ia melangkah mundur, menyapukan pandangannya ke setiap sisi ruangan dengan siaga.
Ia berusaha melupakan suara-suara tadi dan kembali mendekati rumah bonekanya, ia menunduk untuk mencari Mina tapi boneka itu hilang. Tak ada apa pun di lantai tempat ia meninggalkan boneka itu. Bulu kuduknya meremang, ruangan itu tiba-tiba terasa dingin dan mencekam. Yerim kembali berdiri tegak, perlahan ia melangkah mundur, menyapukan pandangannya ke setiap sisi ruangan dengan siaga.
Dan tiba-tiba saja rumah boneka itu menyala. Kemudian ia mendengar suara langkah kaki kecil.
Tuk, tuk, tuk
Suara plastik mengetuk lantai kayu loteng. Suara itu semakin dekat ke arah Yerim namun gadis itu hanya berdiri diam, tubuhnya tidak mau bergerak mengikuti keinginannya: lari dari loteng.
“Kau ingin keluarga seperti keluargaku? Kalau begitu datanglah, main dengan kami, kita akan jadi keluarga yang sempurna,”
Mina si boneka perempuan berdiri tepat di depan Yerim, walaupun gelap, gadis itu bisa melihat jelas senyum masam di wajah Mina. Bukan senyum manis yang ia ketahui, bukan Mina yang ia lihat tadi pagi. Yerim ingin berteriak namun ia tidak bisa menemukan suaranya, ia melangkah mundur sambil gemetaran. Setiap ia melangkah mundur, Mina melangkah maju semakin mendekatinya.
“Kau lihat ibuku? Dia cantik bukan? Ha! Kau sudah tertipu dengan perhiasannya. Tentu saja kau tidak bisa melihat wanita jahat dibalik riasan itu,” ucap Mina mengiringi setiap langkahnya mendekati Yerim.
“Oh lihat ayahku, dia tampan ya? Tentu saja dia pasti tukang selingkuh.”
Yerim menggelengkan kepalanya tidak percaya, ia mulai menangis lagi. Menangis ketakutan. Tubuhnya gemetaran, matanya melihat ke arah Mina yang sedang berjalan mendekatinya sambil bicara dengan tatapan penuh horor. Ia berharap dirinya sedang bermimpi, tapi semua ini terasa sangat nyata.
Ia terus melangkah mundur sampai punggungnya menyentuh pintu loteng, ia cepat-cepat memutar kenop pintu dan berusaha menariknya agar terbuka. Pintu itu terkunci.
Ia terus melangkah mundur sampai punggungnya menyentuh pintu loteng, ia cepat-cepat memutar kenop pintu dan berusaha menariknya agar terbuka. Pintu itu terkunci.
“Kau bilang kau ingin punya kakak seperti kakakku, ya? Tentu saja dia tampan, mungkin kau suka seorang kakak yang merokok setiap hari dan berlaku kasar pada adiknya,” kata Mina, seolah ia sedang bercerita tentang sesuatu yang menyenangkan dari nada bicaranya.
Gadis boneka itu tersenyum melihat Yerim yang panik berusaha membuka pintu loteng.
“Sudah terlambat Kim Yerim, sudah terlambat.”
Yerim pun jatuh pingsan sembari bersandar pada pintu loteng.
.
Yerim terbangun entah setelah berapa lama ia pingsan sebelumnya. Ia duduk di sebuah kursi plastik, tangannya diikatkan ke kursi itu dengan sebuah tali berwarna merah. Ia bisa melihat lotengnya namun tempat itu terlihat lebih luas dari seharusnya. Ruangan tempat ia duduk bukan lah lotengnya, melainkan sebuah kamar tidur. Dengan dinding berwarna pink, ada sebuah ranjang dan meja rias serta lemari pakaian. Semuanya terbuat dari plastik. Ia sedang berada di dalam rumah boneka. Hal berikutnya yang ia lihat adalah Mina. Boneka perempuan itu berdiri di hadapannya, ukuran mereka sama sekarang, bahkan Mina sedikit lebih tinggi darinya. Mina memasang wajah datar, tatapannya tajam. Di tangan kanan-nya ada sebilah pisau daging yang berkilau, sangat tajam dan mengancam.
“Apa kau akan membunuhku?” Tanya Yerim, suaranya serak, nyaris seperti berbisik.
“Ya, aku harus membunuhmu.” Jawab Mina santai.
“Tapi kenapa? Apa salahku?” Yerim gemetaran melihat kilauan pisau di tangan Mina.
“Karena ini yang harus kulakukan. Rumah ini dan kami keluarga boneka dibuat oleh seorang wanita biasa yang depresi dan putus asa akan kehidupannya. Ia membuat kami sebagai cerminan keluarganya. Kemudian ia memasukkan kutukan di dalam kami. Setiap keluarga yang menyimpan rumah boneka ini akan berantakan, dan salah satu anaknya akan mati. Karena kami butuh jiwa murni anak-anak untuk bisa hidup dan bergerak seperti ini,”
Mina tertawa kecil mendengar ceritanya sendiri, “menyedihkan bukan? Apa kau ingat terakhir kali kau datang ke loteng tujuh tahun lalu? Apa yang membuatmu takut?”
Yerim terkesiap mendengar perkataan Mina, sekarang ia ingat kejadian tujuh tahun yang lalu…
Gadis kecil itu memakai sepasang piyama biru, sudah siap untuk menuju dunia mimpi. Namun dunia mimpi bukan tujuannya malam ini. Yerim punya rencana lain, ia ingin pergi ke loteng dan bermain dengan boneka-boneka kecilnya.Sebentar saja, eomma tidak akan marah. Yerim menyelinap keluar dari kamarnya lalu mengendap-ngendap menuju loteng. Sesampainya di sana, ia membuka pintu loteng perlahan-lahan. Pintu kayu yang mulai melapuk itu mengeluarkan suara mendecit tertahan. Yerim melangkah masuk ke loteng tanpa menyadari pintu di belakangnya terkunci sendiri. Keadaan loteng sangat gelap tetapi ia berlari menghampiri rumah bonekanya dengan yakin. Rumah itu mulai menyala terang, keempat boneka di dalamnya bergerak dan melihat ke arahnya sambil tersenyum—lebih terkesan mengerikan daripada manis. Yerim terlalu terkejut sampai-sampai tubuhnya membeku di tempat. Salah satu boneka mendekatinya dan ia pun pingsan.
Ketika ia bangun, tubuhnya menjadi seukuran boneka-boneka plastik itu. Ia dipegangi oleh Mr. Doll dan anak laki-lakinya.
Ketika ia bangun, tubuhnya menjadi seukuran boneka-boneka plastik itu. Ia dipegangi oleh Mr. Doll dan anak laki-lakinya.
“Yerim-ah ayo ke sini kita main bersama!” Seru Mrs. Doll sambil menyeringai.
Yerim kecil menangis ketakutan dan berusaha kabur dari rumah boneka itu. Di sekelilingnya ada lilin dan bubuk hitam aneh. Ke mana pun ia lari, salah satu dari keluarga boneka itu akan menghalanginya lalu berusaha menangkapnya. Mr. Doll telah berhasil menangkap lengannya dan menyeretnya kembali ke dapur, dimana ada lilin dan bubuk hitam itu. Yerim kecil menjerit namun tidak seorang pun mendengarnya. Gadis kecil itu menutup matanya ketika sebuah boneka perempuan—Mina—hendak menusukkan pisau daging ke dadanya.
Tapi hal itu tidak pernah terjadi. Ketika ia membuka matanya, tubuhnya telah kembali ke ukuran semula dan ia tidak terluka sedikit pun. Yerim berlari keluar loteng dengan sangat cepat, ia menghambur masuk ke kamar ayah dan ibunya sambil menangis.
Tapi hal itu tidak pernah terjadi. Ketika ia membuka matanya, tubuhnya telah kembali ke ukuran semula dan ia tidak terluka sedikit pun. Yerim berlari keluar loteng dengan sangat cepat, ia menghambur masuk ke kamar ayah dan ibunya sambil menangis.
“Jadi itu…”
“Ya, kami hampir melakukannya dulu dan keluargaku ingin menyelesaikannya sekarang.”
Mina memotong tali yang mengikat Yerim ke kursi, lalu menyeret gadis itu keluar dari kamarnya. Ia membawa Yerim ke dapur, di mana Mrs. Doll, Mr. Doll, dan Taehyung sedang mempersiapkan ritual. Begitu melihat Yerim, Mrs. Doll menyeringai bagai hyena yang melihat mangsanya. Ia menghampiri Yerim, dengan ekspresi ramah yang dibuat-dibuat. Disentuhnya pipi gadis itu dengan tangan bonekanya yang dingin.
“Lihat siapa yang kembali,” ujarnya lembut. “Kau akan menyukai ini Yerim sayangku, kita akan jadi keluarga yang sempurna. Jangan kabur lagi,”
Mrs. Doll tertawa seperti maniak lalu memberikan kode pada Mina untuk membawa Yerim ke tengah lingkaran lilin. Mina tidak berkata apa-apa. Ia menuruti ibunya, menyeret Yerim yang gemetaran ketakutan dengan paksa menuju ke lingkaran lilin dan garam hitam yang sudah disiapkan.
Yerim melangkah mundur perlahan, mencoba untuk keluar dari lingkaran lilin itu. Tentu saja tidak semudah itu. Di belakangnya berdiri Taehyung, siap menangkapnya jika ia berusaha untuk kabur. Boneka laki-laki itu tersenyum padanya.
Yerim melangkah mundur perlahan, mencoba untuk keluar dari lingkaran lilin itu. Tentu saja tidak semudah itu. Di belakangnya berdiri Taehyung, siap menangkapnya jika ia berusaha untuk kabur. Boneka laki-laki itu tersenyum padanya.
“Mengapa berusaha kabur Yerim? Kau tidak mau main dengan bonekamu?”
Yerim menggelengkan kepalanya, mendorong tubuh plastik Taehyung kuat-kuat, lalu ia berlari. Tidak tahu harus lari ke mana, ia membiarkan kakinya memimpin seolah kakinya memiliki pikiran sendiri. Ia berlari ke lantai dua rumah boneka, di sana ada sebuah kamar. Kamar itu persis seperti kamar Mina sebelumnya namun tempat tidur plastiknya berwarna gelap, tidak ada meja rias, hanya sebuah lemari pakaian plastik. Aroma rokok yang menyesakkan dada menyeruak dari setiap sisi ruangan. Yerim menahan diri agar tidak batuk dan menimbulkan suara, lalu bersembunyi di balik lemari. Keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya saat suara langkah kaki plastik semakin terdengar jelas.
“Aku tahu kau di sini nona,” Mr. Doll terdengar marah dan tidak sabaran. “Sudah cukup main-mainnya.”
Pria itu bisa melihat rambut cokelat Yerim mencuat dari balik lemari. Ia tersenyum penuh kemenangan. Melangkah perlahan mendekati lemari, ia mencengkram bahu Yerim yang gemetaran. Ditariknya gadis itu dari balik lemari dengan kasar. Yerim tidak menyangka tangan plastik bisa sekuat ini.
“Lepaskan aku!” Yerim menjerit putus asa sambil menendang Mr. Doll.
Pria itu terkejut karena perlawanan Yerim, cengkramannya terlepas dan ia pun jatuh terjerembab ke lantai. Wajah tampannya kini sudah tertutupi oleh amarah. Ia semakin lemah, ia butuh jiwa gadis itu segera. Tetapi gadis itu terus saja kabur.
Yerim meninggalkan Mr. Doll dan berlari ke ruangan berikutnya, berharap menemukan jalan keluar. Namun melainkan jalan keluar, ia malah berhadapan dengan Mrs. Doll. Wanita itu, dengan senyum jahatnya yang sangat Yerim kenal, melangkah mendekatinya sambil membawa seutas tali berwarna merah. Wanita itu tidak mengatakan apa-apa, ia hanya sesekali tertawa melihat Yerim yang kebingungan mencari jalan untuk kabur dari rumah boneka terkutuk itu.
Sambil menjaga jarak aman dengan Mrs. Doll, Yerim memperhatikan sekitarnya. Barulah ia sadar, tidak ada dinding yang membatasi setiap ruangan. Satu-satunya harapan adalah melompat ke bawah dan kalau ia beruntung, mungkin ia bisa langsung ke luar dari rumah boneka langsung menuju loteng rumahnya.
Maka Yerim memberanikan dirinya. Ia mendorong Mrs. Doll untuk menghambat wanita itu, lalu ia berlari ke sisi kamar yang menghadap ke loteng. Belum ia sempat melompat, sebuah tangan plastik menangkap pergelangan kakinya, membenamkan kuku-kuku tajam menembus kulitnya. Yerim menjerit ngeri.
Yerim meninggalkan Mr. Doll dan berlari ke ruangan berikutnya, berharap menemukan jalan keluar. Namun melainkan jalan keluar, ia malah berhadapan dengan Mrs. Doll. Wanita itu, dengan senyum jahatnya yang sangat Yerim kenal, melangkah mendekatinya sambil membawa seutas tali berwarna merah. Wanita itu tidak mengatakan apa-apa, ia hanya sesekali tertawa melihat Yerim yang kebingungan mencari jalan untuk kabur dari rumah boneka terkutuk itu.
Sambil menjaga jarak aman dengan Mrs. Doll, Yerim memperhatikan sekitarnya. Barulah ia sadar, tidak ada dinding yang membatasi setiap ruangan. Satu-satunya harapan adalah melompat ke bawah dan kalau ia beruntung, mungkin ia bisa langsung ke luar dari rumah boneka langsung menuju loteng rumahnya.
Maka Yerim memberanikan dirinya. Ia mendorong Mrs. Doll untuk menghambat wanita itu, lalu ia berlari ke sisi kamar yang menghadap ke loteng. Belum ia sempat melompat, sebuah tangan plastik menangkap pergelangan kakinya, membenamkan kuku-kuku tajam menembus kulitnya. Yerim menjerit ngeri.
“Kau tidak boleh kabur lagi Kim Yerim!” Seru Mrs. Doll.
Cengkraman wanita itu semakin menguat, kakinya mulai terasa perih. Yerim memejamkan matanya dan menarik paksa kakinya dari tangan Mrs. Doll. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada kakinya sekarang. Ia tidak perduli lagi dan langsung melompat ke bawah, mendapati dirinya berada di ruang keluarga. Ia mulai merasa lelah karena terus saja berlari.
“Berhentilah kabur terus, kau hanya memperburuk keadaan,” ujar Mina pelan.
Dengan sigap Mina menangkap Yerim dari belakang, ia menempatkan pisau dagingnya di leher gadis itu. Yerim bisa mencium bau logam dari benda tajam yang bisa mengiris lehernya kapan saja. Perlahan Mina menggiringnya menuju dapur, di sana masih ada Taehyung yang hanya menunggu sejak tadi. Terlalu malas untuk ikut mengejar Yerim.
“Tangkapan bagus adikku tersayang! Sebaiknya kau cepat bunuh dia sebelum ia mencoba kabur lagi,” kata Taehyung semangat.
Mina tersenyum pada saudaranya, “Tentu, tapi tunggu sebentar.”
Gadis pirang itu terus melangkah sampai ia dan Yerim hampir keluar dari rumah boneka. Tepat saat Mr. dan Mrs. Doll datang, Mina melemparkan pisau dagingnya ke lantai dan melepaskan Yerim yang terkejut sekaligus bingung.
“Mina, apa yang sedang kau lakukan?” Tanya Mrs. Doll, tidak bisa menyembunyikan perasaan geram dan tidak percaya dari nada bicaranya.
“Aku tidak mau melakukan ini lagi. Kita ini boneka, jadi lah seperti boneka,” tukas Mina. Lalu ia melihat ke arah Yerim. “Aku berubah pikiran. Pergilah. Jangan lupa bakar rumah boneka ini.”
“Tapi…t-tapi…” Walaupun Mina hampir membunuhnya, gadis boneka itu tidak jahat seperti anggota keluarganya. Mendengar Mina menyuruhnya membakar rumah boneka itu membuat Yerim sedih, bagaimana pun juga Mina adalah boneka favoritnya.
“Aku sedang menyelamatkanmu. Cepat pergi!”
Yerim mengangguk pelan, segera setelah kakinya menyentuh lantai loteng tubuhnya kembali ke ukuran semula. Ia tak bisa berlari lagi karena luka di pergelangan kakinya. Ia berjalan perlahan menuju pintu loteng, menuju kebebasan. Pintu itu kini tidak terkunci lagi, dengan mudah Yerim membuka pintu loteng. Ia melangkah ke luar dan ditutupnya pintu reyot itu untuk selamanya.
Mina menyaksikan pintu loteng ditutup oleh Yerim, dengan bunyi ‘klik’ yang menandakan pintu itu sudah terkunci. Ia sudah bisa menduga apa yang akan terjadi selanjutnya. Gadis boneka itu membalikkan badannya, siap untuk menghadapi apa pun yang akan keluarganya lakukan.
Dan hal terakhir yang ia lihat adalah kilauan pisau daging serta seringai kejam ibunya.
Don’t let them see what goes down in the kitchen
Asap abu-abu membumbung dari tempat sampah besar di pojok gang, aroma plastik terbakar dan sesuatu yang berada di atas tumpukan sampah kotor lainnya itu sulit untuk tidak menarik perhatian orang. Apalagi perhatian anak-anak kecil yang kebetulan melewati gang.
“Eomma, lihat itu rumah boneka!”
“Itu sudah jelek nak, tinggalkan saja di situ.”
“Tapi bonekanya masih bagus!”
D-O-L-L-H-O-U-S-E
Tidak ada komentar:
Posting Komentar