Minggu, 20 November 2016

Sumber :https://fanficskpopindo.wordpress.com/2015/09/26/oneshoot-playgirl-aries-love-story/#more-8070


(ONESHOOT) PLAYGIRL (Aries Love Story)

chunniest1
chunniest1
Poster by : leesinhyo@posterchannel
Title : (Aries Love Story) PLAYGIRL
Story by Chunniest
Genre : Romance, Sad
Lenght : Oneshoot
Cast :
* Lee Hoya (INFINITE)
* Kim Sowon (G-FRIEND)
* Lee Hongbin (VIXX)
Zodiak Love Story kedua dah nongol….. Silahkan dibaca, jangan lupa komen n likenya ya….
Happy reading^-^
      DON’T BE A SILENT READERS!!!!!
.
.
.
Tatapan bosan terlihat di manik mata seorang gadis yang mengenakan seragam Hanyoung high School. Rambut hitamnya yang tergerai melambai-lambai saat angin bertiup. Gadis bernama Kim Sowon itu menatap lelaki di hadapannya yang marah karena dia pergi bersama lelaki lain.
Sama saja, pikir Sowon kesal. Dia melihat lelaki bernama Lee Hongbin terus berceloteh. Dengan malas telinga Sowon seperti jendela terbuka lebar.
“Apa kau sudah selesai?” Tanya Sowon saat Hongbin menghentikan ucapannya. Hongbin menatap gadis itu tak percaya. “Dengar Lee Hongbin, aku tak pernah sekalipun menerimamu menjadi kekasihku. Aku mengijinkanmu berteman denganku. Jadi status hubungan kita hanyalah sebatas teman. Tidak masalah aku pergi bersama teman-temanku yang lain bukan?”
“Tapi kita selalu bersama-sama Sowon-ah.”
“Kita memang bersama tanpa ada kata pacaran diatasnya Hongbin. Apa kau tidak ingat apa yang kukatakan saat kau menyatakan perasaanmu? ‘Aku akan berteman denganmu tapi jangan berharap lebih’. Sepertinya kau melupakan kata-kataku itu. Aku jadi mulai bosan. Sampai jumpa Hongbin.”
Sowon berbalik pergi tanpa memperdulikan panggilan Hongbin yang memintanya kembali.
.
.
.
“Kau memutuskan Hongbin? Aigoo…. Apa kau tidak waras Sowon-ah? Apa yang kurang dari Hongbin coba? Sudah tampan, kaya, ketua OSIS dan dia tergila-gila padamu. Jika aku jadi kau, aku tidak akan meninggalkannya Sowon-ah.” Omel Yerin.
“Tidak ada kata putus Yerin. Kami hanya berteman. Salah dia sendiri mulai bawel karena aku pergi bersama lelaki lain.”
“YA!! Kim Sowon sampai kapan kau akan mempermainkan perasaan lelaki? Kau bisa mendapatkan balasannya Sowon.”
“Tidak akan. Justru aku yang ingin membalas mereka.”
Nde?”
“Tidak. Lupakan.”
“Memang Hongbin, sang raja sekolah tidak cukup untuk memikat hatimu Sowon-ah?”
“Hatiku tidak bisa dipikat dengan ketampanan atau kekayaan Yerin-ah. Aku tahu Hongbin menyukaiku tapi dia tidak menyayangiku sepenuhnya. Dia sama saja dengan lelaki lainnya, menginginkanku untuk menjadi pajangan yang selalu berada disampingnya.”
“Aku tidak mengerti dengan dirimu Sowon-ah. Mengapa bukan aku saja yang menjadi ratu sekolah?”
Sowon tidak terlalu mendengar celotehan Yerin. Karena tatapannya tertuju pada lelaki yang sedang tertawa dengan teman-temannya. Entah mengapa Sowon menyukai senyuman imut lelaki itu.
“Siapa dia?” Tanya Sowon menghentikan ucapan Yerin. Seketika Yerin melihat kearah yang ditunjuk oleh Sowon.
“Ohhh… Tidak.. Jangan mendekatinya.”
Sowon menoleh ke arah temannya mendengar penolakan Yerin. “Mengapa aku tidak boleh mendekatinya?”
Andwae Sowon-ah. Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti lelaki polos seperti dia.”
“Polos? Aku suka kata-kata itu.”
“YA!!! Sowon-ah… Andwae!!!” Seru Yerin saat melihat Sowon berdiri dan menghampiri lelaki yang menarik perhatiannya.
Annyeong.” Sapa Sowon dengan menunjukkan ekspresi imutnya.
Lelaki itu tampak bingung dengan sapaan Sowon.
“Bisakah kita bicara sebentar?” Tanya Sowon.
“Denganku?” Tanyanya masih tak percaya.
“Tentu saja.”
Lelaki itu tampak berbicara sebentar dengan beberapa temannya sebelum akhirnya mengikuti Sowon pergi ke kantin.
“Apa yang ingin kau bicarakan denganku?” Tanyablelaki itu.
Sowon menunjukkan senyuman manisnya seraya mengulurkan tangannya. “Aku Kim Sowon.”
Lelaki itu menyambut uluran tangan Sowon. “Aku Lee Hoya.”
“Hoya maukah kau berteman denganku?”
Hoya tampak terkejut dengan permintaan Sowon. Hingga gadis itu melambaikan tangan tepat didepan matanya menyadarkan lelaki itu.
“Apa kau mendengarku Hoya?”
“Iya. Aku hanya tidak percaya sang ratu sekolah ingin berteman denganku.”
“Memang sang ratu sekolah tidak boleh berteman denganmu?”
“Tentu saja boleh.”
“Kalau begitu sepulang sekolah maukah kau menemaniku pergi? Aku ingin makan ice creamdengan seseorang.”
Hoya tersenyum lebar, entah mengapa senyuman itu menggetarkan hati Sowon. Dengan semangat Hoya mengangguk menyetujui ajakan Sowon.
.
.
.
Menunggu, kata itu tak pernah ada di kamus Sowon. Biasanya gadis itulah yang akan membuat lelaki menunggunya. Tapi lihatlah sekarang gadis itu tengah berdiri di depan gerbang sekolah menunggu Hoya yang tak kunjung datang. Gadis itu terus menunggerutu karena sudah 30 menit berlalu.
Akhirnya Sowon memutuskan kembali ke dalam sekolah dan berniat ingin menyembur Hoya dengan amarahnya. Dia bertanya pada salah satu lelaki untuk menanyakan keberadaan Hoya. Lelaki itu berkata Hoya sedang berada ruang latihan.
Setelah mengetahui keberadaan Hoya, Sowon berjalan dengan wajah yang kesal. Dia pasti akan membuat Hoya menyesal karena dirinya harus menunggu. Mendekati ruang latihan terdengar musik yang berdentum hingga keluar ruangan. Sowon membuka pintu dan benar saja dia melihat Hoya menari sendirian di ruang latihan.
Melihat bayangan Sowon dikaca, tarian Hoyapun terhenti. Dia berbalik dan melihat wajah Sowon yang memerah karena kesal. Hoya mematikan musiknya lalu menghampiri Sowon.
“Ada apa Sowon-ssi?” Tanya Hoya dengan polosnya.
“Ada apa? Apa kau lupa bukankah kau berjanji akan menemaniku makan ice cream sepulang sekolah?”
Seketika Hoya menepuk dahinya karena melupakan hal penting itu. Terlihat jelas rasa bersalah di wajah Hoya. “Maafkan aku Sowon-ssi. Aku benar-benar lupa. Bisakah kau menunggu sebentar? Aku akan mengganti bajuku.”
Shirreo. Aku sudah kesal karena harus menunggumu setengah jam.” Sowon berbalik pergi.
Hoya segera mengejar gadis itu dan menahan tangannya.”Maafkan aku Sowon-ssi, aku benar-benar lupa. Kau bisa menghukumku setelah kita makan ice cream. Aku mohon maafkan aku.”
Sowon kesal pada dirinya sendiri karena tidak tega melihat wajah Hoya yang begitu polos dan imut. Mata bening dengan bibir yang begitu imut membuat amarah Sowon lenyap seketika.
“Baiklah. Tapi aku tetap akan menghukummu.” Sowon merutuki dirinya sendiri karena luluh terhadap Hoya.
Lagi-lagi Hoya mengeluarkan senyuman khasnya yang membuat hati Sowon terasa aneh.
.
.
.
Hoya terus tersenyum melihat Sowon yang sibuk dengan ice cream berbagai rasanya. Merasa diperhatikan Sowonpun mendongak. “Mengapa kau menatapku seperti itu?”
“Melihat kau makan sangat menarik jadi aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.”
Sowon terdiam mendengar ucapan Hoya. Biasanya lelaki lain akan sibuk memuji wajahnya yang cantik, matanya yang cantik atau rambutnya yang indah. Tetapi Hoya justru tertarik dengan cara makannya.
“Berhentilah menatapku dan makan ice creammu.” Mendengar perintah Sowon, Howon langsung mengangguk dan memakan ice creamnya.
Senyuman tipis akhirnya keluar dari bibir merah muda Sowon saat melihat betapa lahapnya Howon. Setelah mangkuk itu habis Hoya kembali menatap gadis di hadapannya.
“Jadi apa hukumanku?” Tanya Hoya yang terlihat semangat.
Sowon memegang dagunya dan memikirkan hukuman apa yang akan di berikan pada Hoya. “Karena aku sedang bosan, kau harus menemaniku pergi.”
“Hanya itu?”
“Kau tidak mau?”
“Tentu saja aku aku mau.” Keduanyapun pergi meninggalkan kedai ice cream itu.
Sowon mengajak Hoya menuju Myeongdeong. Langit sudah gelap saat mereka sampai di tempat yang ramai dikunjungi itu. Hoya dengan antusias mengajak Sowon mencicipi makanan yang dijajakan.
“Sowon-ah.”
Sowon dan Hoya menoleh mendengar suara lelaki memanggilnya. Mereka melihat Hongbin tak jauh dari mereka. Tatapan tidak suka ditujukan Hongbin pada Hoya.
“Aku mengirim pesan dan mencoba menghubungi tetapi tidak bisa.” Suara Hongbin terdengar putus asa.
“Batreiku habis.” Jawab Sowon santai.
“Sowon-ah, berikan aku kesempatan. Tidak masalah hanya berteman asalkan kau tidak menjauhiku. Aku mohon Sowon-ah.”
Sowon menatap Hongbin yang memohon padanya. “Aku akan memikirkannya. Ayo Hoya.” Sowon menarik Hoya pergi meninggalkan Hongbin yang menghela nafas berat. Suasana menjadi hening karena Sowon tak kunjung mengucapkan kata-kata sedikitpun. Hoya mengamati wajah Sowon yang terdiam dan terlihat marah.
“Jadi kau sudah putus dengan Hongbin?” Tanya Hoya memecahkan keheningan.
Langkah Sowon terhenti dan menatap lelaki itu. “Aku tidak berpacaran dengannya. Jadi tidak ada kata putus.”
“Jadi benar rumor jika sang ratu sekolah adalahplaygirl?” Tanya Hoya.
Wae? Jadi sekarang kau menyesal karena sudah terperangkap dalam permainanku?”
Hoya mencondongkan tubuhnya dan tersenyum polos. “Aniyo. Aku justru senang terperangkap di dalam permainanmu.”
“Kau yakin? Karena aku hanya menganggapmu sebagai teman saja. Jadi jangan marah jika teman lain mengajakku pergi.”
“Tidak masalah.”
Sowon terkejut dengan jawaban Hoya. Namun sang penjawab memberikan senyuman yang membuat hati Sowon tak menentu. “Asalkan kau masih ingin bersamaku itu sudah membuatku senang.”
Itu adalah jawaban yang tak pernah Sowon dengar dari lelaki lain. Biasanya lelaki lain akan menuntut Sowon untuk menjadi milik mereka satu-satunya, tapi berbeda dengan Hoya yang tidak masalah hanya menjadi temannya.
.
.
.
“Sowon-ah…. Sowon-ah….” Sowon yang sedang berjalan menuju kelasnya menoleh dan mendapati Yerin berlari kearahnya. Wajah gadis itu menunjukkan kepanikan.
“Ada apa Yerin-ah? Apa kau habis melihat hantu.”
Rambut panjang Yerin bergerak seiring gelengan kepalanya. “Tidak. Tadi aku melihat Hongbin memukul Hoya.”
MWO? Dimana?”
Yerin segera menarik tangan Sowon berlari menuju ruang olahraga. Sesampainya di ruangan yang luas itu terlihat sudah banyak siswa lain berdatangan. Yerin terus menarik Sowon hingga memecah lingkaran manusia itu.
“Apa kau sudah menyerah? Jadi sebaiknya kau jauhi Sowon. Kau mengerti?” Sowon bisa mendengar suara Hongbin. Hingga akhirnya gadis itu bisa melihat pusat perhatian di ruangan itu. Dia melihat Hongin menarik kerah Hoya. Sowon merasa miris melihat wajah Hoya sudah lebam karena pukulan Hongbin.
“Tidak. Aku tidak akan menyerah. Selama Sowon tidak memintaku pergi aku tidak akan menjauhinya.”
Hongbin kesal dengan jawaban Hoya dan diapun hendak melayangkan tinjunya lagi. Namun sayang sebuah suara menghentikan tangan lelaki itu diudara. Suara itu tak lain tak bukan berasal dari gadis yang menjadi pokok permasalahan itu. Dengan wajah dingin Sowon menghampiri kedua lelaki itu.
Dia menatap Hoya yang tersenyum tipis padanya lalu beralih kepada Hongbin. Tanpa sepatah katapun Sowon melepaskan tangan Hongbin pada kerah Hoya lalu menarik tangan lelaki itu pergi dari keramaian itu. Yerinpun memandang Hongbin yang tertunduk sedih. Dia menghampiri lelaki itu namun sebelum Yerin bisa menyentuh bahunya, Hongbin sudah berbalik pergi.
Di ruang kesehatan, Sowon membersihkan darah di ujung bibir Hoya. Gadis itu sedari tadi diam tanpa mengatakan apapun. Tatapan Hoya tak lepas dari gadis itu yang beralih menjadi dokter.
“Mengapa kau tak melawannya?” Tanya Sowon masih mengobati Hoya.
“Aku tidak bisa berkelahi.”
“Lalu mengapa kau tak menyerah saja?”
Shirreo.”
Akhirnya Sowon menatap Hoya mendengar penolakan lelaki itu. “Waeyo?”
“Karena aku menyukaimu. Jadi aku tidak akan menyerah untuk mendekatimu Sowon-ah.”
Sowon sering mendengar kata suka dari berbagai lelaki yang dianggapnya teman tapi pengakuan Hoya berbeda. Ucapan lelaki itu terdengar polos namun bisa membuat hati Sowon terasa aneh.
“Selesai. Ini biar meredakan lebam di pipimu.” Sowon menyerahkan kantong es pada Hoya.
“Sowon-ah.”
Sowon hanya bergumam menjawab panggilan Hoya.
“Maukah kau datang ke dance competition yang diadakan sekolah minggu depan? Aku akan tampil di sana.”
“Apakah aku harus datang?”
“Tidak harus sih tapi jika kau datang aku jadi semakin bersemangat.”
“Akan aku pikirkan.” Hoya melihat Sowon berjalan pergi menjauhinya. Tarikan dikedua sudut bibirnya menandakan betapa bahagianya dirinya.
.
.
.
Seminggu berlalu, Sowon dan Hoya semakin dekat bahkan gadis itu bingung mengapa dia tak bosan bersama Hoya. Bahkan terkadang Sowon menemani Hoya berlatih. Ini bukanlah kebiasaan sang ratu sekolah, dia selalu bosan bersama satu lelaki dalam waktu seminggu. Tapi entah mengapa bagi Sowon bersama dengan Hoya sangat menyenangkan.
Yerin, sang sahabatnya terpana melihat perubahan dalam diri Sowon. Gadis itu selalu melihat Sowon lebih sering tersenyum dan terus membicarakan kencannya bersama Hoya. Bahkan saat ini Sowon tampak bersemangat menarik Yerin menuju aula untuk melihat dancecompetition yang akan segera di mulai.
“Sowon-ah.”
Sowon bergumam dan menoleh menunjukkan wajah cerianya.
“Apa kau menyukai Hoya?” Pertanyaan itu sukses membuat Sowon membeku.
“Kenapa kau bertanya seperti itu?”
“Kulihat kau berubah setelah bersama dengan Hoya. Kau jadi lebih ceria.”
“Benarkah? Apa seperti itu jika menyukai seseorang?”
“JADI BENAR KAU MENYUKAINYA?” Sowon langsung membungkan mulut Yerin yang sudah membuat mereka menjadi pusat perhatian.
“YA!! Tidak bisakah kau tidak berteriak.” Kesal Sowon.
Mianhae.” Yerin tersenyum tanpa dosa. “Tak kusangka sang playgirl di taklukkan lelaki polos seperti Hoya.”
“Memang apa yang salah dengan Hoya?”
“Tidak ada. Hanya tidak menyangka saja. Bahkan lelaki perfect seperti Hongbin, kau tolak.”
“Hatikan tidak bisa di tentukan Yerin-ah. Aahh… Sudah dimulai.”
Hakyeon sang MC nya pun langsung membuka acara itu. Setelah mendengarkan acara terimakasih yang membosankan bagi Sowon, akhirnya kompetisipun dimulai. Setiap kelas mengajukan perwakilan mereka untuk kompetisi ini. Bahkan Sowon tidak tertarik dengan group kelasnya sendiri. Dia lebih bersemangat menunggu Hoya tampil.
Setelah 6 peserta berlalu akhirnya tim Hoya yang tampil. Sowon begitu bersemangat melihat penampilan Hoya. Musik hip hop mengalun diiringi dengan dance freestyle yang ditampilka Hoya dan teman-tenannya. Sorakan penonton begitu riuh melihat penampilan mereka yang penuh energik.
Tatapan Hoya bertemu dengan Sowon dan diapun mengerlingkan satu matanya membuat semua penonton histeris. Sedangkan Sowon tampak tersipu-sipu. Melihat tingkah Sowon, Yerinpun terkekeh geli.
Musik berakhir dan penampilan tim Hoyapun juga berakhir. Tepuk tangan riuh membanjiri aula itu. Tim Hoya kembali ke belakang untuk memberi kesempatan tim lain menunjukkan kemampuan mereka.
“Kau bisa menemuinya di belakang panggung.” Usul Yerin mengetahui isi pikiran Sowon.
Gadis itu mengangguk dan langsung meninggalkan sahabatnya itu. Bibirnya tak henti-hentinya melengkung senang. Diapun memasuki pintu yang menghubungkan belakang panggung.
“Kau melakukannya dengan baik Hoya. Sowon sudah tertarik denganmu. Sesuai perjanjian aku akan membiarkan timmu tampil di kompetisi ini dan kau bisa memutuskan gadis itu. Aku ingin gadis itu merasakan apa yang sudah dilakukannya padaku.”
Langkah Sowon terhenti mendengar suara Hongbin. Mendengar Hoya hanya mempermainkannya membuat hati Sowon mendidih. Diapun berbalik dan mengurungkan niat menemui Hoya. Dia membenci perasaan yang baru saja muncul. Dia sudah berjanji untuk tidak memiliki perasaan ini tapi Hoya sudah menumbuhkan perasaan ini dalam hatinya. Dan sekarang dia harus kembali merasakan luka di hatinya semakin melebar.
.
.
.
Seorang gadis dengan kacamata tebal memasuki sebuah caffe dan matanya langsung mengitari seluruh ruangan itu. Matanya terasa panas saat melihat seorang lelaki bersama seorang gadis tengah bercanda tawa. Diapun menghampiri lelaki itu membuat sepasang kekasih itu menoleh.
“Apa yang Oppa lakukan di sini?” Tanya Sowon pada lelaki bernama Oh Sehun.
“Apa kau tidak melihat aku sedang berkencan?”
Hati Sowon terasa tertusuk saat mendengarbucapan dingin Sehun. “Tapi bukankah kita berpacaran Oppa? Bagaimana bisa kau berkencan dengan gadis lain?”
Sehun berdiri dan menatap Sowon berdiri. “Sejak kapan aku mau berpacaran dengan gadis culun sepertimu? Aku hanya memanfaatkanmu saja agar kau bisa mengerjakan PRku. Sulli-ah, sebaiknya kita pergi. Di sini mulai tidak nyaman.” Sehun menarik tangan gadis bernama Sulli pergi meninggalkan Sowon yang menangis.

Sowon berjalan lunglai menyusuri jalanan kota Seoul. Ingatan masa lalu yang menyakitkan itu terkuak kembali dari dalam otaknya. Ingatan itulah yang membuat Sowon tak mempercayai cinta. Bagi gadis itu lelaki sama saja hanya menginginkan kecantikannya. Jika kecantikan itu hilang, dia hanya bisa dimanfaatkan saja.
Dan sekarang Sowon harus merasakan sakit itu kembali dan itu semua karena Hoya. Gadis itu jadi semakin membenci spesies lelaki. Gadis itu bertekad menutup pintu hatinya, menguncinya dan membuang kunci itu jauh-jauh hingga tak ada yang menemukannya.
“Kim Sowon.” Gadis itu mendongak dan melihat lelaki dengan rabut blonde tengah tersenyum padanya.
“Oh Sehun.” Panggil Sowon dengan nada dingin.
“Lama tidak bertemu. Kau semakin cantik.” Puji Sehun namun hal itu tak membuat Sowon tersenyum.
“Apakah lebih cantik dari gadis itu?”
Sehun tahu Sulli lah yang dibicarakan Sowon. “Maafkan aku Sowon-ah. Aku menyesal dengan perbuatanku. Maukah kau memaafkanku?”
Sowon menatap tangan Sehun yang terulur. Keinginan balas dendam pada lelaki itu menggiurkan hati Sowon. Diapun menyunggingkan senyuman manisnya dan membalas tangan Sehun.
“Baiklah Oppa.”
“Bagaimana jika kita jalan-jalan? Kau tidak ada acara bukan?”
“Tidak. Baiklah ayo Oppa.”
.
.
.
Sowon memainkan ice cream dengan sendoknya. Entah mengapa selera makan Sowon menghilang.
“Kudengar kau bersekolah di Hannyoung high school.”
Sowon hanya mengangguk lemah tidak bersemangat menanggapi pertanyaan Sehun.
“Kau berbeda sekali Sowon-ah. Awalnya aku ragu memanggilmu tapi aku masih ingat wajahmu. Kau semakin cantik Sowon-ah. Kau bahkam tak memakai kacamata lagi.”
Selalu itu yang dilontarkan setiap lelaki pada Sowon. Gadis itu jadi ingat kata-kata Hoya yang tertarik dengan cara makannya bukan wajahnya.
Terdengar pintu terbuka dan Sowon terdiam saat melihat Hoya memasuki kedai itu. Tatapan mereka bertemu namun Sowon tak mau berlama-lama terlarut dalam tatapan hoya. Diapun menatap Sehun dan tersenyum lalu mengobrol dengannya tak memperdulikan Hoya yang duduk tak jauh dari mereka.
Sowon bisa merasakan Hoya masih menatapnya. Gadis itu menoleh membuat tatapan mereka bertemu kembali. Gadis itu bisa melihat kesedihan di mata lelaki itu membuat Sowon bingung seharusnya dirinya yang sedih bukan lelaki itu.
“Kau ingin ke mana lagi Sowon-ah?” Tanya Sehun membuyarkan Sowon.
“Aku ingin pulang Oppa. Aku lelah hari ini.”
“Baiklah. Aku akan mengantarmu.”
“Tidak perlu Oppa. Aku ingin pulang sendiri.”
Sowon berdiri meraih tasnya lalu pergi meninggalkan Sehun. Padahal tadi gadis itu bersemangat ingin membalas Sehun tapi semangat itu lenyap begitu saja. Mungkin karena sedang dalam mood yang tidak baik, pikir Sowon.
Langkah Sowon terhenti saat merasakan sebuah tangan menahan lengannya. Dia melihat Hoya sudah berdiri di hadapannya. Sowon membuang muka tak ingin melihat wajah polos Hoya.
“Apa kau mendengar pembicaraanku dan Hongbin?”
“Sangat jelas.” jawab Sowon sinis.
“Sowon-ah, aku tidak….”
“Kau tak perlu menjelaskannya. Lagipula kita hanya berteman dan tentu saja aku tidak memiliki perasaan apapun padamu.” Sowon melepaskan tangan Hoya dan berbalik pergi.
“Aku menyukaimu. Kalimat itu benar-benar tulus kuucapkan Sowon-ah.” Langkah Sowon terhenti mendengar ucapan Hoya. Terdengar suara langkah kaki menghampirinya dan sepasang tangan menyelimuti tubuhnya dari belakang.
“Hongbin mengancamku akan mengeluarkan timku jika aku tak membantunya. Kau boleh membenciku karena aku menuruti Hongbin tapi aku tak pernah berbohong dengan perasaanku Sowon-ah.”
“Aku tahu Oh Sehun sudah menyakitimu hingga kau tak percaya dengan cinta. Karena itu saat kau mendekatiku, kupikir ini satu-satunya kesempatanku memberitahumu apa itu cinta. Cinta tidak harus dipandang dari wajah yang cantik ataupun kepopuleran tapi dari hati Sowon-ah. Dari dari lubuk hatiku yang terdalam ada kalimat tertulis ‘Aku mencintaimu Kim Sowon’.”
Sowon tersentuh dengan kata-kata Hoya, tapi tetap saja ada ketakutan dalam diri gadis itu. Dia takut akan merasakan sakit untuk ketiga kalinya. Hoya melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh Sowon.
“Aku tidak akan menyakitimu lagi. Aku akan menggunakan jemariku untuk menghapus air mata ini, aku akan menggunakan mata ini hanya untuk memandangmu,aku akan menggunakan mulut ini untuk selalu mengatakan aku mencintaimu, dan aku akan menyerahkan seluruh diriku untukmu Sowon-ah. Bisakah kita memulai lagi dari awal?”
Air mata Sowon terus mengalir dan gadis itupun langsung memeluk Hoya. Mulai sekarang Sowon akan menanggalkan gelar Playgirlnya dan menambatkan hatinya pada seorang lelaki bernama Lee Hoya.
.
.
.
“Sejak kapan aku mau berpacaran dengan gadis culun sepertimu? Aku hanya memanfaatkanmu saja agar kau bisa mengerjakan PRku. Sulli-ah, sebaiknya kita pergi. Di sini mulai tidak nyaman.” Sehun menarik tangan gadis bernama Sulli pergi meninggalkan Sowon yang menangis.
Hoya yang sedang membeli minuman langsung menoleh mendengar keributan yang terjadi. Dia melihat seorang gadis berkucir kuda tampak menangis. Diapun terduduk dan melepaskan kacamatanya. Seketika Hoya terpesona melihat gadis itu. Dibalik kacamata tebalmya, gadis itu menyembunyikan pesona cantiknya. Hoya menatap ice cream coklat di tangannya lalu berjalan menghampiri gadis itu.
“Makanlah. Ini akan membuatmu lebih baik.” Hoya meletakkan mangkuk ice cream coklat di hadapan gadis itu. Tanpa menoleh gadis itu langsung memakan ice cream itu penuh emosi. Hoya tersenyum melihat gadis itu.
“Kau akan lebih cantik tanpa kacamata itu. Tapi kau lebih cantik lagi jika kau bisa menunjukkan kegembiraanmu.”
Gadis itupun mendongak dan melihat punggung Hoya dari belakang. Karena tak mengenakan kacamata, gadis itupun tak bisa melihat jelas wajah Hoya.
~~~THE END~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar