Obviously On (明明就 Míng Míng Jiù)
americadoo @ Poster Channel
Title :Obviously On (明明就 Míng Míng Jiù)
Chunniesthttp://fandreamstory.wordpress.com/
Genre : Romance, Friendship
Length : Oneshoot
Cast :
* Nam Jihyun (4minute)
* Kim Woobin
* Lee Minhyuk (BTOB)
Terinspirasi dari lagunya Jay Chou. Artinya keren banget dan lagunya coba saja readersdeul dengarkan. Mianhae jika gak bagus soalnya author gak terlalu pintar bikin cerita dengan alur yang cepet. Jangan lupa komennya ya. Happy reading^-^
DON’T BE A SILENT READERS!!!!!
~~~ 明 明 就 ~~~
Tawa Jihyun terdengar tatkala Woobin menceritakan hal yang lucu padanya. Wajah Jihyun tampak ceria menambah aura kecantikan diwajahnya yang membuat semua gadis iri padanya. Tanpa mereka sadari seorang laki-laki tengah mengawasi mereka.
“Ke pantai? Kapan?” Laki-laki bernama Minhyukpun mendengar ucapan Jihyun.
Woobin menyanggah kepalanya dengan kedua tangannya seraya menatap gadisnya itu.
“Bagaimana dengan hari minggu? Hari minggu aku bebas kerja.”
“Hari minggu? Baiklah aku juga tidak ada acara.”
“Baguslah karena aku ingin memberi kejutan untukmu.”
“Kejutan apa Oppa?” Tanya Jihyun antusias.
Woobin tersenyum dan mencubit lembut hidung Jihyun.
“Jika aku mengatakannya sekarang itu bukan kejutan namanya.”
Keduanyapun tertawa berbeda sekali dengan Minhyuk yang tidak senang sama sekali.
~~~ 明 明 就 ~~~
Minhyuk melepaskan earphone setelah selesai membawakan acara di sebuah radio. Diapun keluar ruangan dan disambut oleh rekan kerjanya.
“Kau tampak tidak bersemamgat hari ini Minhyuk-ah? Apa kau sedang ada masalah?” Tanya Eunkwang Khawatir.
Minhyuk menggeleng. “Aniyo. Aku tidak apa-apa.”
TTUKK….
Sebuah sentilan mendarat di dahi Minhyuk.
“Jangan membohongiku. Aku adalah sahabatmu. Jadi aku tahu perasaanmu..”
“Tapi aku benar-benar tidak apa-apa Eunkwang-ah.”
“Apa karena Jihyun?”
Tubuh Minhyuk membeku karena Eunkwang dapat menebak dengan jitu.
“Jadi benar karena gadis itu?”
Minhyuk menghela nafas sehingga secara tidak langsung membenarkan ucapan Eunkwang
“Kenapa kau tidak mengungkapkan perasaanmu padanya Minhyuk-ah?”
Minhyuk menggeleng.
“Tidak semudah itu Eunkwang-ah. Jihyun sudah memiliki kekasih yang jauh lebih hebat dari aku. Dia bisa membahagialan Jihyun dan aku tak ingin merusak kebahagiaannya.”
Eunkwang menepuk kedua bahu Minhyuk.
“Tapi setidaknya Jihyun harus tahu perasaanmu Minhyuk-ah.”
“Ani. Aku sudah memutuskan untuk memendam perasaanku ini.”
Eunkwang menghela nafas menghadapi Minhyuk yang keras kepala.
“Jika itu keputusanmu sepertinya aku tak bisa mengubahnya. Sampai jumpa besok Minhyuk-ah.” Ucap Eunkwang meninggalkan Minhyuk.
Sebelum Minhyuk meninggalkan tempat itu ponselnyapun berdering. Dia mengambil ponsel dan melihat nama ‘Jihyun’ dilayar ponselnya.
“Minhyukie…..” Panggil Jihyun dengan nada manja.
“Waeyo?”
“Aku imgin mengobrol dengamu. Jadi kapan kau pulang? Aku sudah berdiri didepan apartemenmu.”
Pasti Woobin lagi, kata Minhyuk dalam hati.
“Aku baru saja selesai siaran jadi ini aku mau pulang. Kau masuk saja dulu. Bukankah kau membaca kunci cadangannya?”
“Ne. Aku akan menunggumu.”
Minhyuk memasukkan kembali ponselnya dan tergesa-gesa pulang.
~~~ 明 明 就 ~~~
Jihyun mengambil kunci cadangan Minhyuk yang selalu dibawanya. Karena sering bermain di apartement sahabatnya itu jadi Minhyuk memberikan kunci cadangannya pada Jihyun. Setelah mendapat kunci gadis itupun segera membuka pintu apartement Minhyuk yang lebih kecil dibandingkan apartement Woobin.
Pintu terbika dan Jihyunpun langsung masuk dan menyalakan lampu. Meskipun apartement Minhyuk kecil tapi tempat itu begitu rapi sehingga membuat Jihyun betah berada di sana. Jihyun menyusuri apartement Minhyuk. Langkahnya terhenti saat melihat foto kelulusannya dengan Minhyuk. Mereka berdua tampak konyol saat berpose seperti koboi. Tawa Jihyunpun pecah mengingat masa itu.
Diapun kembali melangkah dan melihat fotonya dan Minhyuk saat berada dipantai. Setelah lelah berperang pasir merekapun berfoto dengan wajah yang berlumuran pasir. Dan masih banyak foto-fotonya bersama Minhyuk yang tergantung di sana.
Jihyunpun menghampiri meja belajar Minhyuk. Lalu bertingkah seperti Minhyuk yang sedang serius belajar dengan bibir yang selalu dimajukannya. Entah mengapa bagi Jihyun itu sangat lucu membuatnya tak berhenti tertawa.
Mata Jihyun tertarik dengan laci meja belajar Minhyuk. Senyuman iseng terlihat di wajahnya. Jihyunpun perlahan membuka laci itu dan menemukan sebuah buku berwarna coklat. Penasaran diapun mengambil buku itu.
“Buku apa ini?” Gumam Jihyun.
Gadis itupun mulai membuka buku itu. Terdapat tulisan Minhyuk tentang jadwal siarannnya. Jihyun membalikkan halaman dan hanya ada halaman-halaman kosong. Tangan Jihyun terhenti saat melihat sebuah gambar. Dalam gambar itu mirip sekali dengan Jihyun yang sedang tersenyum.
“Minhyukie pintar sekali menggambar.” Gumam Jihyun.
Jihyun membalikkan halaman dan memdapati tulisan tangan Minhyuk.
Hanya dengan melihat senyumanmu saja aku sudah bahagia Jihyun-ah. Karena kebahagiaanmu itulah yang tak ingin kurusak dengan perasaan sukaku ini. Teruslah tersenyum Nam Jihyun.
Jihyun tampak terpaku membaca surat singkat yang ditulis Minhyuk.
“Mi-Minhyukie menyukaiku?” Jihyun tampak tak percaya.
Terdengar pintu terbuka dan seruan Minhyik.
“Aku pulang Jihyun-ah.” Seru Minhyuk.
Langkahnya terhenti saat melihat Jihyun duduk si kursi belajarnya dan membaca bukunya. Dia yakin Jihyun tengah membaca rahasianya.
“Jihyun-ah.” Panghil Mimhyuk membuat gadis itu menoleh.
Jihyunpun berdiri dan menghampiri Mimhyuk. Tatapan keduanya bertemu dan kali ini tak ada canda tawa yang biasa mereka lakukan.
“Kenapa kau tak mengatakannya padaku?” Tanya Jihyun.
“Karena aku tidak ingin merusak kebahagianmu dengan Woobin hyung.”
“Tapi Minhyukkie…”
“Sudahlah. Kau tak perlu memilih, karena dengan sendirinya aku akan menjadi temanmu. Lupakan tulisan itu.”
“Kenapa?”
Minhyuk tersenyum pada Jihyun.
“Karena Woobin hyung bisa memberikan lebih daripada yang aku berikan. Dia bahkan selalu memberimu apa yang kauminta. Sedangkan aku tidak.”
“Minhyukie….”
Minhyuk memegang kedua tangan Jihyun.
“Jangan mengasihani aku Jihyun-ah. Aku tidak memerlukan itu. Yang kuperlukan hanyalah kau bahagia. Pulanglah ini sudah malam. Aku akan menelpon Woobin hyung untuk mengantarmu pulang.”
Jihyun masih terdiam saat Minhyuk meninggalkannya untuk menelpon Woobin. Gadis itu bahkan tidak tahu apa yang Minhyuk bicarakan dengan Woobin karena dirinya masih terlalu kaget dengan perasaan Minhyuk. Selama ini Jihyun yang tak menyadari perasaan sahabatnya itu justru bercerita tentang kebahagiaannya dengan Woobin yang pasti membuat hati Minhyuk sakit.
“Woobin hyung akan menjemputmu sebentar lagi.” Ucap Minhyuk menyadarkan Jihyun.
“Minhyukie…”
“Mianhae aku tak bisa mendengar ceritamu Jihyun-ah.” Ucap Minhyuk menghindari tatapan Jihyun membuat gadis itu sedih.
~~~ 明 明 就 ~~~
Woobin melirik kearah Jihyun yang sedari tadi diam dan melihat keluar jendela. Laki-laki itu mengulurkan tangan dan meremas lembut tangan Jijyun.
“Apa ada masalah? Apa kau bertengkar dengan Minhyuk?” Tanya Woobin.
Jihyun menoleh dan berusaha menyunggingkan senyumannya.
“Ani Oppa. Aku hanya lelah saja.”
“Kau yakin?”
Jihyun mengangguk.
“Ne. Oppa tak perlu khawatir.”
Jihyun kembali menatap jendela dan pikirannya kembali dipenuhi Minhyuk.
~~~ 明 明 就 ~~~
Minhyuk menatap sketsa wajah Jihyun yang digambarmya. Minhyuk mengelus gambar itu seakan sedang mengelus pipi Jihyun.
“Mianhae Jihyun-ah.”
Tangan Minhyuk memegang ujung kertas itu dan perlahan merobeknya. Minhyuk merobek-robek kertas itu hingga tak terlihat lagi sketsa wajah Jihyun.
“Aku menyukaimu Nam Jihyun. Tapi aku tidak bisa memilikimu.” Ucap Minhyuk menatap sobekan-sobekan kertas yang ada dimeja.
~~~ 明 明 就 ~~~
Jihyun menatap layar ponselnya yang menunjukkan fotonya dan Minhyuk. Dalam foto itu Minhyuk tampak lucu dengan menaruh kedua ice cream diatas kepalanya persis seperti tanduk. Jihyun ingat foto itu diambil saat Minhyuk tengah menghapus kesedihan Jihyun karena putus dengan kekasihnya dulu.
Saat sedih Minhyuk selalu hadir untuknya. Dan Jihyun tidak pernah tidak tertawa dengan tingah lucu Minhyuk. Tanpa sadar Jihyun selalu bergantung pada Minhyuk. Laki-laki itulah yang selalu menolongnya saat kesulitan. Jihyun menatap matanya mengingat perkataan Minhyuk.
“Karena aku tidak ingin merusak kebahagianmu dengan Woobin hyung.”
“Sudahlah. Kau tak perlu memilih, karena dengan sendirinya aku akan menjadi temanmu. Lupakan tulisan itu.”
“Karena Woobin bisa memberikan lebih daripada yang aku berikan. Dia bahkan selalu memberimu apa yang kauminta. Sedangkan aku tidak.”
“Memberi lebih?”
Jihyun tahu apa yang dimaksud Minhyuk. Woobin adalah seorang presiden direktur di Kim Group karena itu laki-laki itu bisa memberikan apapun yang Jihyun inginkan. Gadis itu memang bahagia tapi dia merasa tidak bahagia tanpa ada minhyuk. Meskipun Minhyuk hanya bekerja sebagai penyiar radio dan tak bisa memberikan apapun pada Jihyun tapi gadis itu merasa nyaman di dekat Minhyuk.
“Kenapa baru sekarang kau mengetahuinya Jihyun pabo.” Sesal Jihyun.
~~~ 明 明 就 ~~~
Semenjak kejadian itu Minhyuk selalu menghindari Jihyun. Diapun tak pernah menjawab telpon Jihyun maupu membalas pesannya. Jihyun bahkan tak bisa menemukan Minhyuk dirumahnya sendiir. Jihyun mulai merasakan kesepian tanpa kehadiran Minhyuk. Namun Jihyun tidak menyerah dia terus mencari dimana Minhyuk bersembunyi. Seperti saat ini dia tengah menunggu Minhyuk selesai siaran.
“Jihyun-ah.”
Jihyun menoleh dan tersenyum pada Eunkwang
“Eunkwang Oppa.”
“Apa yang kaulakukan disini?”
“Aku sedang menunggu Minhyuk apa Oppa tahu dimana Minhyuk?”
Eunkwang tampak terkejut mendengar Jihyun menanyakan Minhyuk. Jihyun bisa melihat kegelisahaan Eunkwang.
“Ada apa Oppa?”
“Hmm…. Minhyuk tidak masuk hari ini Jihyun-ah.”
“Mwo? Oppa jangan membohongiku. Apa Minhyuk yang memintamu menemuiku?”
“Ani. Minhyuk memang benar-benar tidak masuk hari ini.”
“Aku tidak percaya aku ingin melihatnya sendiri.”
Jihyun menerobos Eunkwang menuju ruang siaran.
“Keluarlah Minhyuk-ah. Tidak bisakah kau bersikap laki-laki dan menemuiku?”
Jihyun berhenti saat tak mendapati Minhyuk di ruang siaran. Gadis itu membungkuk meminta maaf pada staff lain karena sudah mengganggu siaran itu.
“Bukankah sudah kubilang Minhyuk tidak masuk hari ini.” Ucap Eunkwang berdiri di belakang Jihyun.
“Mianhae Oppa aku tidak percaya padamu.”
“Tidak apa-apa. Kenapa kau tidak menghubunginya saja?”
“Dia tidak mau mengangkat telpon ataupun membalas pesanku Oppa.”
“Bagaimana dengan apartementnya?”
Jihyun menggeleng.
“Aku sudah mencarinya kesana tapi tidak ada orang.”
“Memang ada apa dengan kalian? Apa kalian bertengkar?”
“Mianhae aku tidak bisa menceritakannya Oppa. Aku pergi dulu. Mianhae sudah menyita waktumu.”
“Gwaenchana. Hati-hati di jalan ne?”
“Ne.”
Dengan lunglai Jihyun berjalan keluar.
~~~ 明 明 就 ~~~
Woobin mengamati cincin putih dengan mata berlian berwarna pink menambah kesan indah. Woobin tersenyum membayangkan cincin itu melingkar di jari manis Jihyun.
“Semua sudah siap tuan Kim.” Ucap seorang pelayan menyadarkan Woobin.
“Ohh… Lee ahjushi. Bagaimana menurut ahjushi? Apa menurutmu Jihyun akan menyukainya?”
“Tentu saja tuan Kim. Nona Jihyun pasti sangat bahagia menerima cincin itu.”
“Aku juga berpikir begitu. Jihyun pasti akan menerimanya.” Pikir Woobin yakin.
~~~ 明 明 就 ~~~
“Kita mau kemana Oppa? Kenapa mataku harus ditutup?” Tanya Jihhyun saat berjalan dengan mata yang ditutupi oleh tangan Woobin. Jihyun merasakan kaki-kakinya tersiram pasir.
“Sebentar lagi kita sampai dan kau pasti menyukainya.”
Woobin terus menuntun Jihyun berjalan. Terdengar desiran ombak dan bau laut yang menerpa Jihyun.
“Oppa masih lamakah?” Tanya Jihyun tak sabar.
“Sabarlah sebentar lagi chagi.”
Jihyunpun menghela nafas dan kembali mengikuti Woobin.
“Stop.” Ucap Woobin menghentikan langkah Johyun.
Terasa tangan Woobin terlepas dari mata Jihyun.
“Kau boleh membuka mata.”
Jihyun membuka matanya dan terpana melihat pemandangan di hadapannya. Lilin-lilin menyala dan terjajar membentuk jalan menuju meja makan dan kursi putih. Empat tiang dengan lilin diatasnya sebagai penerangan membuat suasana sangat romantis.
“Cantik sekali Oppa.” Puji Jihyun.
“Senang mendengar kau menyukainya. Silahkan tuan putri.”
Woobin mempersilahkan Jihyun untuk berjalan terlebih dahulu. Jihyun melihat sekeliling tampak air laut menari-nari diatas pantai membuat suara yang indah. Jihyun sangat menyukai pemandangan pantai dimalam hari.
Sampai di meja, dengan gentle Woobin menarik kursi untuk Jihyun lalu mempersilahkan Jihyun duduk. Setelah itu Woobin duduk dihadapan Jihyun.
“Aku cemas jika kau tidak menyukainya chagi.”
“Mana mungkin aku tak menyukai pemandangan yang romantis seperti ini Oppa.”
Woobin tersenyum senang. Merekapun mulai makan hidangan yang sudah dipesan Woobin. Tanpa terasa mereka sudah menghabiskan banyak waktu di sana. Angin malam yang awalnya biasa saja kali ini benar-benar membuat tubuh Jihyun membeku. Melihat hal itu Woobinpun melepaskan jasnya dan menghampiri Jihyun untuk memyampirkan jasnya di bahu gadis itu.
“Jihyun-ah.”
“Nde?”
“Sebenarnya ada yang ingin kusampaikan untukmu.”
“Apa Oppa?”
Woobin berlutut di samping Jihyun dan mengulurkan kotak beludru merah yang berisi sebuah cincin.
“Aku tahu ini terlalu cepat untukmu Jihyun-ah. Tapi hatiku sudah yakin untuk memilihmu. Maukah kau menikah denganku?”
Jihyun terlihat kaget dengan lamaran Woobin. Benar bagi Jihyun ini terlalu cepat karena mengingat hubungan mereka yang menginjak tiga bulan dan sekarang Woobin sudah memintanya untuk menjadi pendamping hidupnya.
Perasaan Jijyun memang senang karena dirinya menyukai Woobin tapi entah mengapa perasaan Jihyun mengatakan ini tidak benar. Dirinya selalu teringat Minhyuk yang sudah 5 hari ini tak dapat ditemuinya.
“Jihyun-ah? Bagaimana jawabanmu?” Tanya Woobin memyadarkan Jihyun.
Gadis itu menghela nafas sebelum mengambil keputusan. Dia mendorong cincin itu.
“Mianhae aku tak bisa Oppa.”
Terlihat kekecewaan besar terpancar di wajah Woobin.
“Waeyo?”
“Aku…. Aku….” Jihyun tak bisa memberikan alasannya karena di pikirannya dipenuhi dengan Minhyuk.
“Apa karena Minhyuk?”
Mata Jihyun membesar mendengar tebakan Woibin yang tepat.
“Oppa…. Aku….” Jihyun tak ingin Woobin sakit hati hanya saja tebakan Woobin memang benar.
“Kau tak perlu menjelaskannya. Aku sudah menduganya saat kau tak bisa menemui Minhyuk. Tapi aku berusaha menyingkirkan dugaan itu dan optimis kau akan menerima lamaranku ini. Tapi ternyata dugaanku tepat.”
Jihyun menunduk menyesal karena sudah menyakiti hati Woobin.
“Mianhae Oppa.”
Woobin berusaha tersenyum dan mengacak lembut puncak kepala Jihyun.
“Gwaenchana. Aku akan mengantarmu menemuinya.”
Jihyun mendongak dan tersenyum.
“Gomawo Oppa.”
~~~ 明 明 就 ~~~
Mobil Woobin berhenti di depan gedung apartement Minhyuk. Diapun mematikan mesin mobil dan menoleh ke arah Jihyun.
“Pergilah.”
Jihyun mengangguk dan keluar dari mobil Woobin. Gadis itu langsung berlari menuju apartement Minhyuk. Di dalam mobil Woobin hanya menghela nafas melihat kepergian Jihyun. Diapun mengambil cincin yang hendak diberikan pada Jihyun.
“Aku berharap kau bisa memakai ini untukku Jihyun-ah.” Harap Woobin.
Woobin mendongak dan mendapati Jihyun tengah berbicara dengen seoarang wanita paruh baya. Wajah Jihyun berubah panik dan langsung berlari. Woobinpun merasa ada yang tidak beres.
“Oppa.”
Woobin bisa melihat Jihyun menahan tangisnya.
“Ada apa Jihyun-ah?”
“Min-Minhyukkie…. Dia…. Dia masuk rumah sakit Seoul.”
Woobin terkejut mendengar ucapan Jihyun.
“Masuklah. Aku akan mengantarmu.”
~~~ 明 明 就 ~~~
Jihyun berlari menuju ruang dimana Minhyuk dirawat. Langkahnya terhenti saat melihat Eunkwang menunduk sedih. Jihyunpun menghampiri Eunkwang.
“Jadi Oppa sudah tahu Minhyuk dirawat di rumah sakit?”
Eunkwang tampak terkejut melihat Jihyun sudah berdiri dihadapannya.
“Ji-Jihyun-ah…. Bagaimana bisa kau ada di sini.”
“Seorang ahjuma yang memberitahuku. Kenapa Oppa tidak memberitahuku?”
“Karena Minhyuk melarangku. Bocah itu bilang jika kau tahu dia mengidap kanker otak kau pasti akan menolak lamaran Woobin.”
“Kanker otak?”
“Ne stadium akhir.”
“Dan dia tahu Woobin Oppa akan melamarku?”
“Ne.”
“Aku harus menemuinya.”
Jihyun hendak masuk namun ditahan oleh Eunkwang.
“Lepaskan Oppa. Aku ingin menemui Minhyuk.” Jihyun meronta.
“Kau tak bisa menemuinya Jihyun-ah?”
“Wae? Apa kau ingin melarangku menemuinya lagi Oppa?”
“Bukan seperti itu Jihyun-ah. Tapi Minhyuk… Dia… Dia… Sudah meninggalkan kita.”
Hati Jihyun seakan hancur lebur mendengar ucapan Eunkwang.
“Kau bohong Oppa. Kau bercanda kan?”
Eunkwang menggeleng lemah.
“Baru saja dia menghembuskan nafas terakhirnya. Mianhae Jihyun.”
Air mata yang sudah ditahannya sejak tadi akhirnya keluar juga. Seketika kaki Jihyun melemas sehingga tubuhnya terduduk di lantai.
“Kenapa kau meninggalkanku Minhyukie… Kau benar-benar jahat.”
Eunkwang berlutut menatap Jihyun sedih. Diapun mengeluarkan sebuah surat dan menyerahkannya pada Jihyun.
“Ini surat Minhyuk untukmu. Mianhae Jihyun-ah.”
Jihyun mengambil surat itu dan membukanya.
To : My best friend
Maafkan aku harus meninggalkanmu seperti ini Jihyun-ah. Kau pasti sangat kesal karena tak bisa menemuiku. Tapi aku melakukannya karena tidak ingin hatimu goyah dan melepaskan Woobin hyung. Aku percaya Woobin hyung adalah namja yang cocok untukmu Jihyun-ah. Jadi saat dia bercerita dia akan melamarmu, ada perasaan sedih dan lega di hatiku. Aku sedih karena harus melepaskanmu tapi aku lega karena aku bisa tenang meninggalkanmu dengan Woobin hyung.
Tetaplah tersenyum dan menjadi Jihyun yang ceria. Aku hanyalah namja yang mampir sebentar dalam kehidupanmu. Meskipun tidak lama tapi aku tidak menyesal bisa mengenal Nam Jihyun, sang gadis yang ceria.
Aku harus pergi Jihyun-ah. Tapi untuk terakhir kalinya aku ingin mengucapkan sesuatu untukmu.
Saranghae Nam Jihyun
Tangis Jihyun semakin kencang setelah selesai membaca surat Minhyuk. Gadis itu memeluk surat itu.
“Minhyukie… Kembalilah Minhyukkie….. Kembalilah.”
Eunkwang memeluk Jihyun yang menangis tersedu-sedu. Tapi tak ada sesuatu yang bisa dilakukannya.
~~~ 明 明 就 ~~~
1 tahun kemudian
“Batalkan semua pertemuan hari ini.” Ucap Woobin hendak berjalan keluar ruangannya.
“Tapi Hwajanim. Ini adalah pertemuan penting.”
Woobin berhenti melangkah dan menoleh kearah sekertarisnya.
“Pertemuan itu tidaklah sepenting orang yang ingin kutemui.” Ucap Woobin keluar ruangannya.
Saat Woobin sudah berada dalam mobil yang menuju ke bandara. Senyuman tak menghilang dari wajah tamannya. Tatapannya pun beralih ke foto Jihyun yang ada di dashboard mobilnya.
“Aku tidak sabar bertemu denganmu Jihyun-ah.” Ucap Woobin.
Setelah kematian Minhyuk, Jihyun memutuskan untuk belajar ke Jepang demi melupakan Minhyuk. Dan ini sudah 1 tahun sejak kepergian Jihyun. Namun Woobin tak henti-hentinya menantikan gadis itu.
Tak butuh waktu lama Woobinpun akhirnya sampai di bandara. Dengan tergesa-gesa Woobin berlari ke dalam bandara. Dia mengedarkan pandangannya mencari sosok Jihyun. Banyak sekali orang-orang berlalu-lalng di bandara namun Woobin tak kunjung menemukan sosok Jihyun.
“Oppa.”
Woobin menyunggingkan senyuman mendengar suara yang sangat dirindukannya. Diapun berbalik dan mendapati Jihyun berdiri dengan koper di sampingnya. Woobinpun berlari dan memeluk Jihyun.
“Aku merindukanmu Jihyun-ah.”
“Oppa menungguku?”
Woobin melepaskan pelukannya dan tersenyum pada Jihyun tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya.
“Aku akan selalu menunggumu Jihyun-ah.”
“Gomawo Oppa. Aku punya satu hadiah untukmu Oppa.”
“Hadiah apa?”
Jihyun mengangkat tangannya dan menunjukkan cincin dengan mata merah muda yang cantik. Woobin terkejut sekaligus bahagia melihat cincin itu melingkar di jari manis Jihyun.
“Seperti yang kukatakan aku akan memakai cincin ini jika aku sudah melupakan Minhyuk. Tapi sebenarnya aku tidak akan pernah bisa melupakan Minhyuk tapi Setelah meninggalkan Seoul aku selalu mengingatmu Oppa. Tanpa sadar Oppa juga sudah mengisi hatiku.”
Woobinpun memeluk Jihyun erat seakan tak ingin membiarkan gadis itu pergi meninggalkannya lagi.
~~~THE END~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar