Love is Not Over
Title: Love is Not Over
Author: Kim Jaemi (@iimwae)
Cast: Kim Tae Hyung (Bts)
*Im Jaemi or You
Support Cast: Find them when you read it!!
Genre: Romance and Merried Life
Length: Oneshoot
~~~~
Hari-hariku menjadi seorang istri, euumm… tidaklah menyenangkan, hanya saja aku berusaha agar terlihat dan terdengar menyenangkan. Aku seorang wanita pekerja kantoran, bukan orang kaya tapi cukup mampu. Sejak kecil aku hidup bersama keluarga kayaku, aku tidak pernah merasa kekurangan. Dan kini aku sudah berkeluarga, memiliki satu anak perempuan bernama Kim Tae Mi. aku sangat menyayangi anakku, Taemilah penyemangatku dan senyumku di rumah sederhana yang aku bangun bersama suamiku delapan belas tahun yang lalu. Ia sudah duduk di kelas dua SMP baru beberapa bulan yang lalu. Putriku sangat cantik, manis dan tinggi seperti ayahnya. Beruntunglah aku memiliki suami seperti suamiku. Hanya saja…. eum maksudku aku tidak bahagia. Maafkan aku suamiku! Sekali lagi maafkan aku!
Aku membuka mata, tidurku sangat lelap kemarin malam. Mungkin aku kelelahan karena di kantor banyak pekerjaaan. Suamiku tersenyum hangat padaku, aku pun membalas senyumnya dengan sehangat mungkin. Aku menghembuskan napas dengan kencang, aku beranjak lalu membenarkan dasi suamiku. Ia memang tidak begitu pandai dalam mengenakan dasi, selalu saja terlihat tidak rapi. Suamiku bukan lelaki yang manja, ia tidak pernah menyuruhku melakukan apapun. Akulah yang selalu datang padanya, selalu tersenyum padanya dan memandang wajah tampannya. Semua itu aku lakukan karena rasa bersalahku yang sangat besar. Maafkan aku! Maafkan aku! aku memandang dasi, mulai menyimpul dan mengikat dasi di kerah suamiku. Aku menghembuskan napas lalu tersenyum dengan menyentuh pipi suamiku. “Sayang apa kau masih ingin pergi ke kantor? Aku tidak ingin kau kelelahan. Kau mengurus rumah, anak dan juga aku.” Aku tersenyum pada suamiku, ia meraih pinggangku untuk memelukku. Menghilangkan jarak di antara kami, betapa bahagianya kami bukan? Apa lagi yang kurang? Keluarga kami cukup, tidak ada kekurangan sama sekali.
“Gwaenchana, aku tidak ingin menjadi wanita manja lagi.” Ucapku dengan masih berusaha tersenyum manis. Suamiku tidak pernah melarangku, ia ingin melarangku bekerja tapi aku tetap ingin bekerja. Gaji suamiku memang sangat besar, tapi aku tidak ingin menghabiskan waktu hanya di rumah saja. Suamiku melarangku bukan karena dirinya ingin menguasaiku tapi kerena dirinya peduli padaku. Setelah mengecup keningku suamiku meraih tas kantornya, ia bersiap-siap berangkat bekerja. Pagi ini aku kesiangan, mungkin suami tampan dan sempurnaku itu sudah memasak sarapan untuk dirinya dan putriku dan juga… ‘untukku’. Aku berjalan di belakang suamiku, berniat mengantarnya sampai depan pintu. Hal yang selalu aku lakukan di setiap pagi harinya, melambaikan tangan, mengatakan hati-hati di jalan dan kembalilah dengan selamat. “Pagi ini aku tidak ke kantor, aku akan memasakan makanan untuk putri tercantikku.” Sebelum berangkat kerja, suamiku akan mengantar putriku ke sekolah terlebih dahulu, mengecup kening putriku lalu mengantarku pergi ke kantor. Orang-orang di kantor merasa iri dengan kebahagiaan kami, meskipun aku tidak pernah sesumbar. Aku tidak pernah menunjukan betapa bahagianya keluarga kami pada semua orang. Rumput tetangga memang terlihat jauh lebih hijau, namun ketika diamati dengan seksama bukan rumput hijau yang kau lihat melainkan rumput kering yang layu. Bahkan suamiku sendiri juga menganggap bahwa keluarga kami sangat bahagia. Keluarga terbahagia di dunia, putriku juga beranggapan begitu. Hanya aku, hanya aku yang selalu merasa tidak bahagia. Lebih baik begitu, biarlah semua orang menganggap seperti itu. Aku, aku tidak akan menunjukan pada siapapun perasaan tidak bahagiaku. Hanya aku, hanya aku yang akan tahu, hanya untukku sendiri. Tidak putriku, tidak suamiku dan tidak untuk kedua orang tuaku.
“Kau tidak memasakan untukku juga istriku?”
“Oh tentu saja, pulanglah dengan cepat!” Suamiku mengecup keningku di depan putriku yang menginjak remaja. Seharusnya ia tidak melakukan hal itu di depan Taemi. Terlalu berbahaya, bagaimana jika Taemi meniru kelakuan kami? Aku tersenyum membayangkan putri kami memiliki kekasih, memperkenalkan kekasihnya pada kami. Aku harap kau tidak sepertiku nak! Kau harus bahagia, kau harus dan berkewajiban menerima dan mencintai suamimu kelak siapapun itu.
Aku memandangi punggung suamiku, ia membukakan pintu mobil untuk putriku dan putrinya. Mereka berdua terlihat sedang tertawa satu sama lain, mungkin sedang membicarakanku. Mereka memang sangat dekat sebagai seorang putri dan seorang ayah. Aku tersenyum lagi ketika suamiku melambaikan tangan padaku. Setelah mobil melaju meninggalkan halaman rumah, aku memejamkan mata. Setelah lama memejamkan mata, aku melangkah memasuki rumah. Air mataku terjatuh, aku menangis membuat kedua pipiku basah oleh air yang rasanya asin. Kenapa kau menangis Jaemi? Dia suamimu. Kata-kata itu seakan menjadi boomerang, ‘dia suamimu’.
Aku menikah dengan seorang lelaki, lelaki tampan, mapan namun sederhana. Semua wanita akan merasa iri dan cemburu padaku. Kim Tae Hyung, itu adalah nama suamiku yang menikahiku dulu. Maafkan aku! Sudah ribuan, jutaan bahkan trilliunan kali aku mengatakan kata-kata itu dalam hatiku. Selama tujuh belas tahun, setelah aku mulai bersikap manis pada suamiku. Aku menikah dengan orang yang tidak aku cintai. Aku tidak pernah mencintai suamiku. Itu terjadi dulu sekali ketika aku masih gadis. Aku dipaksa menikah dengan Kim Tae Hyung, lelaki yang selalu didamba-dambakan oleh wanita manapun. Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku tidak bisa mencintai suamiku, sejujurnya aku tidak tahu apa alasannya. Taehyung terlalu sempurna, aku tidak membenci suamiku tapi aku juga tidak mencintainya. Bayangkan kau harus bertahan hidup dengan lelaki yang sama sekali tidak kau cintai. Delapan belas tahun dan sekarang aku sudah memiliki anak, putrinya dan putriku. Setiap malam aku menangis, aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa mencintaimu Kim Tae Hyung. Apa yang salah denganmu? Apa yang salah denganku? Cinta, apa itu cinta? Bisakah orang menjelaskan kenapa aku tidak bisa mencintai suamiku padahal kami sudah belasan tahun hidup berumah tangga? Aku belum menemukannya, bukankah cinta datang tanpa alasan? Mungkin aku tidak mencintai suamiku juga tanpa alasan. Orang-orang pernah bertanya, “kenapa kau mencintaiku?” Tidak ada jawaban dan tidak ada alasan, jikapun ada itu karena dirimu, aku mencintaimu dan itu karena dirimu. Alasan yang kuat bagiku untuk mencintaimu bukan? Begitu juga aku, jika aku ditanya, “kenapa kau tidak mencintai suamimu?” Aku akan menjawab, tidak ada alasan. Taehyung terlalu sempurna, Taehyung terlalu baik jadi mustahil jika aku tidak mencintainya. Namun pada kenyataannya, aku memanglah tidak mencintai suamiku. Siapa yang bisa memaksakan cinta? Tidak ada, cinta bukan karena kebaikan, ketulusan dan keseriusan. Aku tidak tahu cinta karena apa, hanya saja aku merasa aku tidak mencintai Taehyung.
Semua orang mengira keluargaku bahagia, memang itu benar. Tapi aku… aku sama sekali tidak bahagia. Rasa sesak, rasa yang tidak bisa aku jelaskan bagaimana detailnya terkadang membuat hatiku membeku seperti balokan es di kutub utara. Aku berusaha, aku selalu berusaha menjadi istri yang baik meskipun aku tidak mencintainya. Taehyung terlalu baik, terlalu sempurna untuk disakiti. Ia adalah sosok suami yang sangat sabar, sangat pengertian dan sangat penyayang. Mana mungkin aku tega membuat Taehyung terluka. Tidak… aku tidak akan membuat Taehyung bersedih, jadi selamanya aku akan berbohong. Mungkin suatu saat, suatu saat aku bisa tulus mencintaimu Kim Tae Hyung. Meskipun aku tidak mencintai suamiku aku tidak pernah menyakitinya, aku tidak pernah berselingkuh di belakangnya, dan aku tidak pernah meminta bercerai darinya. Janji, aku sudah terikat dengan janji. Taehyung akan menjadi pasanganku sampai aku mati, aku tidak ingin bercerai dan menjadi janda. Terlebih lagi aku tidak mau menghancurkan masa depan putriku.
Aku cukup baik menjadi seorang istri, jika itu kau apa yang akan kau lakukan? Membenci suamimu karena telah menikahimu atau malah seperti aku, berpura-pura mencintai suamimu demi kebaikan semua tapi hatimu merasa gelisah. Hidup dalam bayang-bayang kebohongan dan kepura-puraan. Pernah suatu malam, aku mengamati wajah tampan Taehyung. Tidak diragukan lagi, suamiku adalah lelaki tertampan yang pernah aku temui. Aku mengamatinya dengan lamat, menghafalkan setiap inci di wajahnya berharap aku bisa mencintainya. Taehyung mengira jika aku sangat mencintainya, ia tersenyum dan mengatakan “Jangan melihatiku seperti itu! Mendekat dan lihatlah dari dekat, kau akan tahu seberapa tampan suamimu ini.” Aku hanya tersenyum, suamiku memang sering mempergokiku tengah memandanginya. Pernah juga aku memeluknya dengan erat. Katanya jika kau bertemu dengan belahan jiwamu atau orang yang kau cintai jantungmu akan berdegup dengan kencang, tapi aku tidak merasakan apa-apa. Jantungku berdetak normal, Taehyung mengira bahwa aku sedang merindukannya. Padahal aku berusaha keras agar aku bisa mencintainya.
Dulu sebelum kita menikah aku gadis yang cuek sekali, Taehyung sangat sabar bahkan sampai sekarang. Aku tidak pernah menganggap Taehyung ada, aku terlalu asyik dengan duniaku bahkan setelah satu tahun menikah dengannya. Aku tidak pernah memasakan untuknya, aku tidak pernah tersenyum padanya, dan aku selalu tidur membelakanginya. Satu tahun berlalu, aku sadar tidak sepantasnya aku menghukum Taehyung dengan sikapku yang tidak bakti pada suami. Saat itu aku ingin berteriak, AKU INGIN BERCERAI, AKU TIDAK MENCINTAIMU KIM TAE HYUNG. Seakan ada yang membungkam mulutku, aku tidak bisa mengatakannya meskipun hanya dengan suara lirih. Tidak… aku tidak mau bercerai, pernikahan bukan untuk coba-coba. Aku melakukan hubungan suami istri untuk pertama kalinya setelah menikah satu tahun lebih, bukan karena aku cinta tapi karena aku mulai sadar bahwa aku harus bersikap adil. Taehyung sabar menungguku maka aku harus dan berkewajiban membuka hatiku. Aku ingin menjadi istri yang baik dan berbakti pada suami, tak lama setelahnya aku mengandung anak Taehyung. Rasanya bagaikan terhantam batu karang, pernah mempunyai niatan untuk menggugurkan anakku. Tapi setelah dipikir-pikir janin ini tidak bersalah, akulah yang bersalah karena aku tidak bisa mencintai suamiku. Ada yang salah denganku, jika aku wanita lain pasti Taehyung tidak akan aku sia-siakan, pasti aku akan mencintainya dengan sepenuh hati. Mendapatkan lelaki itu sama halnya dengan menemukan berpuluh-puluh gunung yang berisikan emas. Aku tidak pernah melihat Taehyung marah, tidak sekalipun.
Di malam-malam tahun baru, keluargaku selalu melakukan piknik, membuat api unggun kecil-kecilan di halaman rumah. Taemi sangat suka dengan kembang api, kakeknya akan membawakan beberapa kembang api dan flare. Suami dan putriku menyalakannya sedangkan aku memasak yang jaraknya tak jauh dari mereka. Aku mengamati Taehyung sampai aku tak sadar jika tanganku menyentuh penggorengan yang panas. Aku berteriak membuat Taehyung berlari ke arahku. Aku menangis di depannya, ini pertama kalinya aku menangis setelah bertahun-tahun aku selalu menunjukan senyum terpaksaku. Kau bodoh Jaemi, kenapa kau tidak bisa mencintai suamimu? aku menangis di pelukan suamiku. Cinta datanglah! Buat aku mencintai suamiku, aku mohon Tuhan!!! Taehyung mengira jika aku menangis karena terkena penggorengan, padahal sejujurnya aku menangis karena aku tidak bisa mencintamu Taehyung. Rasanya sakit ketika Taehyung menyentuhku, bukan karena dia menyakitiku dengan sentuhannya. Tapi karena kelembutannya, kelembutannya yang selalu membuatku merasa bersalah. Taehyung menggenggam tanganku dengan erat, ia menanyakan apa aku mencintainya? Aku tidak menjawab setiap kali suamiku menanyakan hal itu, aku hanya tersenyum. Cukup hatiku yang berbohong dan aku tidak ingin organ tubuh lainku juga ikut berbohong mengenai perasaanku. Mungkin jika kau tahu kenyataannya suamiku, aku harap kau tidak membenciku! Delapan belas tahun, sudah delapan belas tahun aku menikah denganmu, aku akan berusaha lebih keras lagi untuk mencintaimu. Meskipun terasa sangat menyakitkan dan rasanya mustahil, aku tidak ingin menyerah. Seberapa besar aku ingin menyerah, aku tidak akan menyerah suamiku. Aku tidak membencimu hanya saja aku tidak mencintaimu. Selama aku belum bisa mencintaimu selama itulah aku akan meminta maaf padamu, buat aku mencintaimu Kim Tae Hyung! Buat aku… buat aku merasakan bahagia yang sesungguhnya, bukan kepura-puraan dengan selalu menancapkan senyum termanis di wajahku. Buat jantungku berdegup dengan kencang, seperti yang diceritakan teman-temanku padaku, ketika berpelukan, berciuman dan bersentuhan dengan suami mereka.
Besok suamiku dan putriku akan pergi ke suatu tempat untuk merayakan malam pergantian tahun. Aku mengatakan jika aku tidak enak badan, maksudku aku berbohong. Aku tidak ingin menganggu suasana hanya dengan diam, duduk sembari mengamati suami dan putriku. Taehyung selalu merasa bersalah, ia juga mengatakan “Apa kau tidak menyukai malam pergantian tahun?” tentu saja aku suka, aku diam karena aku ingin mengamatimu sehingga aku bisa mencintaimu. Aku mengatakan “Jangan khawatir suamiku! Aku baik-baik saja.” Yang tentunya dengan menancapkan senyum termanisku yang kupaksakan.
~~~~
“Jika saja aku tahu Jaemi, jika saja aku tahu dari awal, jika kau…” tidak ada lanjutan dari kalimatnya. Lembar demi lembar hampir selesai di bacanya, ketebalannya juga mulai berkurang. Air mata Taehyung merebak di kedua kelopak matanya. Kini ia tahu kenapa dengan istrinya, kenapa istrinya selalu berbuat sedemikian rupa. ‘Kau tidak mencintaiku, tapi kau berusaha mencintaiku.’ Taehyung menutup buku diary milik istrinya. Ia menjatuhkan diri di lantai yang penuh dengan reruntuhan dinding. Dua hari yang lalu ketika Taehyung dan Taemi pergi merayakan malam tahun baru di luar negeri terjadi gempa bumi di Korea. Jaemi memang tidak ingin ikut, ia mengatakan jika dirinya ingin berada di rumah. Wanita itu memaksa agar putrinya dan suaminya tetap pergi meskipun tanpa dirinya. Jaemi sedang tidur pulas setelah menangis berjam-jam lamanya, ia tidak tahu jika ada gempa bumi yang merobohkan rumah dan menimpanya saat terlelap. Taehyung mendekap buku diary istrinya dengan menangis, ‘Buat aku mencintaimu Kim Tae Hyung!’ Tulisan-tulisan tangan Jaemi berputar-putar di benaknya, ia kira Jaemi bahagia tapi ternyata wanita yang sangat dicintainya itu sama sekali tidak bahagia.
Taemi sedang menunggu ibunya di rumah sakit, kejadian yang menimpa Jaemi membuat wanita itu koma. Seluruh tubuhnya memar, ada beberapa luka di wajahnya. Ia menggunakan alat bantu pernapasan serta alat bantu lainnya. Taemi tak kuasa melihat ibunya terdiam tak berdaya di atas ranjang rawat dengan dilengkapi beberapa alat di tubuh ibunya. Ia menangis, gadis itu menangis dalam diam, ayahnya masih berada di perjalanan. Hampir sehari penuh Taehyung menghabiskan waktu dengan membaca buku diary Jaemi. Sesampainya Taehyung di rumah sakit, ia langsung memeluk anaknya yang menangis tersedu-sedu di samping Jaemi. “Appa eomma, eomma appa.”
“Tenang sayang!” Taehyung memeluk Taemi, ia menenangkan putrinya. Hatinya sendiri tidak kalah sedih dan kalutnya, ia mengetahui kenyataan yang membuatnya sulit untuk bernapas. Wanita yang selama ini dianggapnya mencintainya tidak bisa mencintainya dikarenakan alasan yang tidak tahu penyebabnya. Jaemi aku akan membuatmu mencintaiku. Kau harus sadar kembali! Aku tidak peduli jika selama ini kau tidak mencintaiku, aku tidak akan menyerah meskipun aku sudah tahu semuanya. Love is not over Jaemi. Cinta bukanlah sebuah permainan dimana ada kalah dan menang. Kau cintaku kau istriku.
~The End~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar