Minggu, 20 November 2016

Sumber :https://fanficskpopindo.wordpress.com/2015/05/28/cold-at-night-one-shoot/#more-7831


Cold at Night (One Shoot)

Cold at Night
29MEGUMI
Presented
Cold at Night
Oneshoot


Starring :

Jung Taek Woon (Vixx), Gong Seung Yeon, Park Jiyeon (T-ara),

Supported :

Lee Donghae (SJ), Ken (Vixx)

Oneshoot | Romance, Sad, Angst, AU |  +16

Sound Recommended : Vixx – Cold at Night


Disclaimer : Cerita ini dibuat semata-mata hanya untuk menghibur, Alur ceritanya tidak begitu banyak sama dengan lagu Vixx – Clod at Night, makanya author gak menyebut fanfict ini SongFict. Karena ada beberapa cerita yang berbeda dari arti lagu itu sendiri, namun secara garis besar author banyak memakai ide cerita lagu itu.
RCL

Summary :


Aku tak pernah tau
Kalau waktu begitu menakutkan
Aku tak pernah tau
Kalau kata dapat membuat celaka
Aku bahkan tidak pernah tau
Kalau perasaan dapat membunuh


Malam ini, ketika kamu mengatakan sebuah kata yang tak pernah aku bayangkan
Aku hanya mampu terdiam
Kupikir ini adalah hari yang akan menjadi menyenangkan
Tapi waktu berkata sebaliknya
Ia tak memperbolehkanku senang malam ini

Malam ini aku rasa aku akan mati karena perasaan yang menyakitkan yang kurasakan
Aku merasa terkhianati oleh perkataanmu
Aku merasa terbodohi oleh perasaanmu
Aku merasa semakin benci jika mengingat itu
Kau tahu? Bahkan aku selalu menghapus kata “perpisahan” dalam setiap kebersamaan kita

Tapi kau, malam ini datang dengan membawa kata itu.
*** Cold at Night ***
Arggggghhhhhhh
Suara teriakan itu mengakhiri suara hati yang sedari tadi terus terpendam. Jung Taek Woon, pria bertubuh tegap dan mempesona itu nampak terlihat buruk dan mengenaskan malam ini.
Raganya terus berjalan menyusuri tepi jalan kota seoul tanpa tentu arah. Sudah lebih dari dua jam ia terus berjalan luntang lantung sejak ia memutuskan meninggalkan cafe favoritnya bersama kekasihnya.
Mungkin sekarang itu tidak dapat disebut tempat terfavorit lagi. Justru ia akan membacklist tempat itu dari list tempat favorite dan di kenalnya. Ia ingin menghapusnya, menghapus memori dua jam yang lalu. Dimana ia dihancurkan seperti sekarang oleh sebuah kata “perpisahan”
Keinginan kuat melupakan semuanya berbanding amat jauh dengan rasa sakit yang ia derita, rasa sakit itu lebih mendominasi tubuh dan pikirannya.
Melihat bagaimana ia berjalan tanpa jiwa benar-benar dapat menunjukkan semua kekacauan yang ia rasakan.
Berlebihan? Taek Woon tak peduli soal itu. Yang ia bayangkan dan pikirkan adalah ketika Jiyeon sudah tidak lagi disisinya. Jiyeonnya meninggalkannya dengan kata perpisahan malam ini.
Mata sipit namun tajam milik Taek Woon membidik pemandangan yang membuatnya semakin marah dan sakit.
Sepasang kekasih yang tengah asyik memandangi langit malam lewat jembatan layang, saling merangkul dan tertawa. Persis seperti dirinya beberapa bulan lalu saat masih bersama Jiyeon.
***
#flashback
“Yaaaa… Kenapa kita berhenti disini?? Bukankah mobil tidak boleh parkir diatas jembatan layang seperti ini”
Jiyeon terus mengomel pada Taek Woon yang tiba-tiba saja memberhentikan mobilnya diatas jembatan layang.
Tersenyum tipis, Taek Woon memandang Jiyeon penuh cinta
“diamlah dan turun, aku akan perlihatkan sesuatu yang menakjubkan”
Menaikkan alisnya sebelah, Jiyeon masih tak paham maksud Taek Woon apa. Namun belum sempat bertanya lebih lanjut Taek Woon sudah membuka pintu mobil untuk Jiyeon, mau tak mau pun akhirnya gadis bertubuh ramping dan cantik itu menuruti kemauan sang kekasih.
Taek Woon dengan penuh semangat menggandeng erat tangan Jiyeon dan membawanya ke tepi penyangga jembatan. Saat sampai, laki laki itu menarik napas dalam lalu membuangnya perlahan.
Jiyeon hanya memandang Taek Woon penuh tanya dan sedikit tanpa minat. Ia heran, Kenapa kekasihnya ini suka sekali bertindak aneh.
“Segar bukan udaranya .. aku merasa seperti baru saja mengisi paru-paruku dengan oksigen penuh”
ungkap Taek Woon masih dengan senyum nya yang khas
Jiyeon memicingkan mata heran
“Apanya yang segar.. Taek Woon-ahh.. ini sudah malam dan udara disini sangat dingin.. tidak baik, kita bisa masuk angin”
Jiyeon baru saja hendak kembali kedalam mobil, namun Taek Woon segera menarik lengan Jiyeon kembali kesampingnya seperti semula.
“Tidak sayang, disini sangat menyenangkan, kau harus merasakannya. Lagi pula kita hanya sebentar saja disini”
Jiyeon hanya diam ketika Taek Woon sudah berbicara selembut itu padanya. Ia pun menurut dan mencoba memandang hamparan kota seoul yang terlihat cukup jelas dari atas jembatan ini.
Lampu lampu yang nampak biasa dari dekat, terlihat sangat indah dan saling mengisi jika melihatnya dari ketinggian. Semuanya nampak indah bak sebuah panggung drama musikal yang memiliki dekorasi luar biasa.
Jiyeon baru menyadari ada sepasang lengan kekar melingkari pinggangnya, pundaknya pun mulai merasakan beban saat Taek Woon menyenderkan dagunya disana.
Bergelayut manja dengan Jiyeon adalah kegiatan favorit laki-laki itu.
“Kau bisa lihat bagaimana gedung gedung tegap itu begitu terlihat indah dimalam hari?” Bisik Taek Woon
“Bukan gedungnya yang indah, tapi lampu lampu itu yang membuatnya indah” ujar Jiyeon juga ikut berbisik menikmati ketenangan pelukan Taek Woon.
“Kau tahu apa artinya itu?”
“Apa?”
“Itu berarti mereka saling melengkapi, lampu itu juga tidak akan nampak indah jika ia tidak berada di gedung gedung itu”
Mengerutkan Keningnya, Jiyeon menoleh pada Taek Woon. Kini jarak mereka hanya beberapa senti
“Aku tidak mengerti” ujar Jiyeon
Taek Woon tersenyum. Jiyeon sampai tidak berkedip melihat bagaimana senyum Taek Woon yang terlihat begitu meneduhkan.
“Itu artinya mereka saling membutuhkan satu sama lain, saling melengkapi, dan selalu saja bersama.. aku selalu berharap. Kita bisa sepeti itu, aku mencintaimu Jiyeon-ah”
Jiyeon semakin merasa tubuhnya seperti melayang ke surga mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Taek Woon.
“Kau baru saja menggombaliku?” Ujar Jiyeon mencoba membuat jantungnya berhenti berdetak cepat
“Kau fikir aku bisa menggombal?”
Jiyeon memajukan bibirnya nampak seperti berpikir.. beberapa detik kemudian ia tersenyum manis
“Tidak, Ken jauh lebih hebat soal menggombal”
Mendengar itu Taek Woon tertawa, dengan gemas ia merengkuh kepala Jiyeon dan mencium Kening kekasihnya itu penuh dengan perasaan cinta. Ia mencoba menyalurkan setiap rasa sayang dan cinta yang ia miliki sekarang. Ia ingin Jiyeon tahu betapa lebih besar cintanya dibanding gombalan gombalan Ken temannya.
#flashback off
***
“Yaaa kalian tidak tahu berhenti ditengah jembatan layang itu dilarang ?????” Teriak Taek Woon amat menyeramkan pada sepasang kekasih itu.
Pasangan itu hendak melajukan protes, namun melihat bagaimana kacau dan mengenaskannya keadaan Taek Woon mereka mengurungkan niat dan memilih menuruti Taek Woon.
Ketika sepasang kekasih itu pergi, Taek Woon memandang sendu kehamparan kota seoul dari atas jembatan ini.
Sebulir air mata jatuh bertepatan dengan hembusan angin. Selanjutnya tangisannya semakin Kencang. Tak perduli dengan tatapan aneh orang-orang yang lewat, Taek Woon menumpah ruahkan semua perasaan sakitnya.
“Jiyeon-aaaaaaaaaahhhhh”
Erangnya frustasi.
Air mata yang tak pernah ia keluarkan selama lebih dari 10 tahun kini tumpah dengan mudahnya.
Kilasan kilasan balik Kenangannya dengan Jiyeon membuat hatinya semakin sakit. Kenangan adalah hal yang sulit untuk dilupakan untuk manusia dimanapun. Termasuk Taek Woon.
Ia tak jauh berbeda dengan gelandangan sekarang, images dingin dan wibawa CEO nya sudah nampak tak terlihat lagi.
Kini, disini,
Hanya ada Taek Woon yang penuh dengan luka di hatinya.
***



#flashback
“Sajangnimm”
Sekertaris Taek Woon baru saja memasuki ruangan Taek Woon. Ruangan terbesar berlebel CEO dalam perusahaan advertising terbesar dikorea, Jung Advs.
Taek Woon yang sebelumnya tengah asik memandangi cincin yang baru dibelinya untuk Jiyeon terpaksa mengalihkan pandangannya.
“Wae?” Tanya Taek Woon dingin
“Aniaa,, ehmm sebenarnya aku.. aku…” sekertaris yang baru bekerja kurang lebih satu bulan itu nampak ketakutan.
“Cepat katakan, aku tidak punya banyak waktu”
Dengan segenap dorongan, sang sekertaris itu pun berjalan lebih mendekat.
“Sajangnim, sebenarnya saya baru saja bertemu dengan Jiyeon-shi di mall”
Mendengar nama Jiyeon, Taek Woon cepat sekali bereaksi, wajahnya meneduh.
“Lalu?”
“Tapi dia tidak sendiri”
Tertawa renyah Taek Woon memandang sekertarisnya yang sebenarnya adalah hobae nya semasa kuliah
“Sudahlah Seung Yeon-ssii.. aku tidak mempekerjakan mu untuk membuntuti kekasihku, kau hanya bertugas seperti sekertaris pada umumnya,walau sebenarnya kita sudah saling mengenal sejak sekolah”
Seung Yeon nampak gusar, dengan cepat ia menyergah perkataan yang akan keluar kembali dari mulut Taek Woon
“Bukan begitu sunbae”
Seung Yeon mengatupkan mulutnya saat ia kelepasan memanggil Taek Woon dengan kata sunbae bukan sajangnim seperi karyawan pada umumnya.
Namun Taek Woon tak mempermasalahkan itu, dia tetap diam dan menunggu seun yeon melanjutkan kata katanya.
“Aku, aku melihat Jiyeon bersama Donghae sunbae di butik baju pengantin”
Taek Woon mendelik tidak suka dengan ucapan Seung Yeon barusan.
“Apa maksudmu?”
“Aku tidka bermaksud apapun sunbae sungguh, aku hanya ingin kau berhati-hati.. aku, aku takut Jiyeon akan berpaling pada Donghae oppa, aku sangat tahu bagaimana Donghae oppa sangat menaruh dendam padamu, aku takut dia mencoba membalas dendamnya” seon yeoun semakin bergetar, ia takut Taek Woon akan marah padanya.
Taek Woon mengingat itu. Donghae adalah sahabatnya yang terKenal player dulu saat sekolah. Taek Woon pernah mempermalukan Donghae habis-habisan saat donghar hendak memutuskan seun yeon didepan umum.
Ya, Seung Yeon adalah salah satu mantan Donghae, kala itu Seung Yeon amat sangat menyukai Donghae, gadis itu rela melakukan apapun demi Donghae, namun sebenarnya Donghae hanya mempermainkannya sama seperti yang lainnya.
Saat Donghae memutuskannya didepan umum, Seung Yeon sampai berlutut dan menangis dihadapan Donghae, melihat gadis polos sepeti Seung Yeon diperlakukan sepeti itu, Taek Woon pun geram, laki laki itu berdiri membela seung yeon.
Ia mengatakan kalau Seung Yeon tidak benar benar mencintai Donghae.ia merangkai cerita bahwa Seung Yeon dan dirinya hanya mengetes kemampuan Donghae, dan soal tangisan itu Seung Yeon juga hanya berpura pura.
Pria itu pun juga dengan spontan mengatakan kalau ia menyukai Seung Yeon saat itu dan mencium bibir seung yeon.. semua orang kala itu nampak terkejut terlebih Donghae, bahkan ia tak pernah sekalipun mencium Seung Yeon karena gadis itu menolak. Tapi sahabatnya justru dengan mudah melakukan itu dan menpermalukannya.
Sejak saat itu hubungan mereka tak seakrab dulu lagi, tanpa semua orang sadari Donghae cemburu saat Taek Woon dan Seung Yeon berciuman. Dan ia berniat akan membalas itu semua
Taek Woon menepis segala pikiran buruk dikepalanya, tidak tidak mungkin Jiyeonnya akan berpaling darinya itu tidak mungkin. Ia percaya pada kekasihnya.
“Kemas barang barangmu, mulai sekarang kau ku pecat”
tukas Taek Woon dingin dan mengambil langkah cepat keluar ruangan meninggalkan Seung Yeon yang termenung.
Ia baru saja dipecat
#flashback off
***
Hembusan angin malam yang begitu menusuk tak sedikitpun menghentikan pergerakan Taek Woon.
Ia terus berjalan tak menentu arah, ia tak tau kapan ia akan kelelahan dan akan terjatuh di jalanan seperti ini. Yang ia tahu, ia hanya ingin melarikan diri.
Malam ini sangat dingin, Taek Woon merasakan iti bahkan sampai ke ulu hatinya, perpisahan. Ohh siapa yang tidak merasa sakit akan kata itu.
Ketika kesadarannya sudah jauh lebih baik setelah meraung menangis diatas jembatan tadi, sebersit perasaan bersalah kepada Seung Yeon menggerayangi pikirannya.
Laki laki itu pun menghentikan langkahnya, kemudian ia berbelok arah. Kini kakinya memiliki tujuan.
#flashback


“Opppaaa”
suara Jiyeon membuat Taek Woon menoleh.
Ini sudah hampir setengah jam Taek Woon menunggu Jiyeon di cafe ini. Tempat dimana ia merencanakan untuk melamar Jiyeon.
“Kau datang” ujar Taek Woon berdiri dan meraih kursi terdekat untuk Jiyeon duduki
“Gomawo, apa oppa menunggu lama?” Tanya Jiyeon
“Seberapa lama pun itu tidak masalah”
Ya begitulah Taek Woon, ia tak pernah sekalipun marah pada Jiyeon. Rasa cintanya jauh lebih besar ketimbang emosi yang dirasakan.
Jiyeon menghela napas “kau selalu begitu”
Taek Woon tersenyum hangat
“Kau tidak ingin memesan?”
Jiyeon duduk dalam keadaan gelisah, pikirannya semraut. Ia tidak tahu harus bicara apa pada Taek Woon. Jemari tangannya terus saling meremas. Ohh bahkan ia tahu Taek Woon terlalu baik untuknya.
Taek Woon yang sudah sangat hapal dengana sikap dan tingkah Jiyeon pun bisa menyadari keganjalan ini.
“Kau ingin mengatakan sesuatu?” Tanya Taek Woon
“Ne?” Jiyeon meneguk air liurnya kuat kuat.
“Opp..aaa”
Taek Woon dengan setia diam memandang Jiyeon menunggu Jiyeon melanjutkan kalimatnya
“Kurasa sebaiknya hubungan kita cukup sampai disini” ujar Jiyeon kemudian yang cukup membuat Taek Woon membeku tak percaya. Hei apa kau bercanda? Sungguh bercanda mu tidak lucu park Jiyeon. Ungkap Taek Woon dalam hati
“Kau pasti kelelahan, bicaramu aneh. Aku akan pesankan teh hangat untukmu, malam ini terlalu dingin”
Taek Woon mencoba menyangkal pembicaraan yang tak mengenakkan ini.
“Anniyeo oppaa.. aku serius , aku.. aku tidak bisa bersamamu lagi”
Tepat saat itu juga Taek Woon melemas
“Wae?” Lirih Taek Woon
“Aku menyukaimu, tapi kau terlalu sempurna untukmu. Untuk itu sebaiknya kita sudahi saja semuanya”
“Alasan konyol”
“Oppa mianhe”
Taek Woon memandang getir meja cafe saat itu. Apakah ini yang dimaksud Seung Yeon tadi siang?
“Donghae? Karena dia?”
Pertanyaan Taek Woon membuat bulu kuduk Jiyeon merinding. Bagaimana Taek Woon mengetahui nya, bahkan ia sudah sangat menutup rapat rahasia ini. Bukan ia ingin bermain lebih jauh dengan Donghae, tapi sebuah alasan yang sangat ia kutuk ia tetap harus bersama Donghae. Karena tidak mungkin ia membiarkan Taek Woon yang sangat ia cintai menanggung semua perbuatannya dengan Donghae.
“Ne” Jiyeon pun akhirnya membenarkan.
Taek Woon terdiam. Ia mencoba menahan emosi yang membuncah pada Donghae, ia akan membunuh pria itu sehabis ini kalau bisa.
“Kau harus mengerti oppa, dan.. aku dan Donghae oppa akan menikah satu minggu lagi, undangan akan diantar kerumahmu”
Jiyeon tidal tahu setan apa yang merasukinya sehingga ia mampu mengucap kata itu dengan mudah. Padahal ia tahu setiap kata yang ia keluarkan itu begitu menyakitkan untuk Taek Woon.
“Aku tak pernah tau, kau seperti ini Jiyeon”
“Maafkan aku oppa”
Dengan satu gerakan Jiyeon langsung berdiri dan meninggalkan Taek Woon sendiri dalam diam dan penuh kehancuran.
Bagaimana bisa, bagaimana bisa kau melakukan ini padaku park Jiyeon?
Erangnya penuh tangis dalam hati.
Malam ini semakin dingin untuk Taek Woon yang sudah kehilangan jiwanya.
#flashback off
***
Taek Woon berdiri lemas menghadap sebuah rumah yang tidak terlalu besar, kakinya lemas semua. Tangannya terulur menekan tombol interkom. Tapi baru saja ia ingin menekannya suara seseorang menginterupsi
“Sunbae?”
Taek Woon menoleh, benar saja. Gadis yang membawa kantung belanjaan itu adalah pemilik rumah yang Taek Woon datangi. Ia pun menatap bingung ke arah Taek Woon.
Taek Woon tergopoh dan hampir saja terjatuh. Namun gadis sekaligus sekertaris yang baru saja dipecatnya itu dengan sigap menahan tubuh Taek Woon yang sebenarnya jauh lebih besar dibanding dirinya.
“Sunbae? Kau Kenapa?”
Taek Woon menatap perih kepada seung yeon.
Seolah olah tatapan itu mampu menceritakan bagaimana kepahitan dan kepedihan yang ia rasakan.
“Seung yeon-ahh” lirih Taek Woon. Namun tenaganya sudah habis. Sesaat setelah itu Taek Woon tak sadarkan diri dalam pelukan seung yeon.
***
Seung Yeon dengan telaten manaruh handuk kecil yang sudah ia basahkan dengan air dingin ke dahi Taek Woon yang masih tidur tak sadarkan diri.
Gadis itu mencoba menurunkan demam Taek Woon, ia sangat kaget saat ia memeriksa keadaan Taek Woon yang panas dan menggigil.
Tangan mungilnya menyusuri tiap lekuk wajah Taek Woon. Wajah laki laki yang ia sukai sejak dulu.
“Kau, apa begitu menyakitkan oppa?” Lirih Seung Yeon .
Seung Yeon tahu apa yang terjadi dengan Taek Woon, beberapa menit yang lalu ia menghubungi Ken salah satu sahabat Taek Woon. Ken membiarkan Taek Woon berada dirumahnya. Ken bilang Taek Woon mampu menyembuhkan perasaannya dengan sendiri. Yang tak Seung Yeon habis pikir, Ken bilang Jiyeon hamila diluar nikah oleh Donghae. Dan mereka akan segera menikah.
Seung Yeon sangat menyesali semua kejadian ini, iya sangat amat sakit melihat Taek Woon hidup tanpa jiwa seperti malam ini.
Tangan gadis itu meraih tangan Taek Woon dan menggengamnya penuh kehangatan.
“Bisakah aku membuatmu kembali sepeti dulu jika kau sadar sunbae? Bisakah aku?”
Lirih Seung Yeon.
Fin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar