Senin, 21 November 2016

sumber : https://fanficskpopindo.wordpress.com/2015/02/03/freelance-oneshot-mistletoe/#more-7425


[Freelance-oneshot] Mistletoe

PARKMYTitle : Mistletoe
Length : Oneshot
Rating : PG 16
Genre : Romance
Author : ParkMY
Main cast :
– Nam Taehyun 
– Wendy Son
Supporting cast :
– Bae Irene
– Song Min Ho
Author’s Note :
Annyeong! Author ParkMY disini. Kali ini aku datang dengan ff baru. Kalian pasti bingung kan kenapa aku bisa nge pair taehyun sama wendy? Jadi, waktu gayo daejun 2014, mereka dance bareng. So, I make this fanfic. Semoga puas yah. Jangan lupa tinggalkan jejak ^.^
 ***
“Menemuimu adalah hal paling indah selama hidupku. Momen di saat kita berdua, aku berharap waktu berjalan lambat agar semakin lama aku dengan mu. Di saat aku bersamamu serasa seperti di alam yang sejuk. Dan tahukah kamu, aku sangat ingin berdiri menatap langit bersamamu di bawah Mistletoe.”
 ***




Taehyun POV
Bulan Desember 2014. Entah kenapa tahun ini, aku merasakan sesuatu keanehan. Tak seperti bulan Desember yang kemarin. Aku berharap akan terjadi sesuatu keajaiban yang terjadi. Aku harap. 
“Taehyun-ah. Minho ingin bertemu denganmu. Turunlah segera!” teriak noona.

“Arraseo!”jawabku. 
Segeralah aku memakai kaos putihku polos dan segera turun ke ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu, aku melihat Minho tengah asik bermain hape-nya. Ketika dia melihatku, dia memasukkan hape-nya ke kantong celananya.
“Taehyun-ah. Kali ini aku ingin memperkenalkanmu kepada chingu ku. Mungkin kau akan tertarik.” Ajak Minho

“Sudah ku bilang beberapa kali. Aku tidak suka kau jodoh jodohkan. Aku paling benci kalau dijodohkan.’

“Aku tidak menjodohkanmu. Aku hanya memperkenalkannya kepadamu. Jika kamu tidak suka, tak apa. Sudah cepatlah ganti bajumu!”
Dengan sangat terpaksa, aku segera ganti baju dan berangkat bersama Minho. Aku sangat penasaran, cewe aneh apa lagi yang dia perkenalkan padaku. Sebelumnya, dia memperkenalkanku pada cewe psycho. Wajah saja sudah tidak cantik, apalagi perilakunya. Minho itu sangat aneh. Tetapi, aku bingung. Kenapa aku bisa berteman dengannya? Mungkin aku lagi agak tidak sadarkan diri mungkin. 15 menit kemudian, kami sampai pada café Audrey Hepburn. Minho menarik tanganku agar segera masuk. Dia menyapa seorang wanita dari kejauhan, tetapi aku males melihat wajahnya. Aku melihat kearah keluar. Sesampainya, di depan tempat cewe itu makan. Aku terkaget melihatnya. Kenapa? Karna dia sangat cantik. Tetapi aku tetap saja memasang wajah dinginku.
“Annyeong! Namaku Wendy Son. Aku berasal dari Canada. Baru beberapa hari aku tiba disini.” Sapa dia ceria kepadaku dan Minho.

“Wendy, long time no see! Kenalkan nama dia Taehyun. Dia temanku sejak kecil.”sapa Minho kepadanya.

“Annyeong Haseyo!” kata Wendy kepadaku sambil menjulurkan tangan kepadaku, aku membalasnya.

“Kalau begitu, aku tinggalkan kalian berdua disini. Selamat berkenalan lebih dalam.” Ucap Minho sambil menghilang dari hadapanku.
Hanya kami di dalam café itu, tidak ada pengunjung selain kami. Tetapi masih ada pelayan sih. Tapi aku merasakan gugup. Matanya indah sekali. Tetapi aku harus memasang wajah dinginku. Harus!. Hanyalah keheningan yang kami rasakan. Dia hanya menyeruput Caramel Macchiato sedikit demi sedikit. Sedangkan aku meminum Green Tea Latte yang ku pesan tadi. Setelah beberapa menit, Wendy memecahkan keheningan itu.
“Uhm.. Aku.. Aku suka gaya rambutmu.”

“Uhm.. Gomawo.”

“Sebentar, sepertinya hape ku ada sms.” dia mengecek hapenya. “Sepertinya, aku harus pulang. Temanku menungguku di rumah. Semoga bisa bertemu di lain waktu. Annyeong, Taehyun-ah!” Dia pun menghilang dari penglihatanku.
Dia memanggilku ‘Taehyun-ah’. Unyu sekali saat dia menyapaku seperti itu. Tetapi, aku sendiri di café ini. Aku segera menelepon Minho untuk menjemputku. Tak lama setelah aku meneleponnya, dia datang menghampiriku.
“Bagaimana? Apa saja yang kau bicarakan dengan dia?” tanya Minho

“Tak ada. Dia hanya bilang bahwa gaya rambutku bagus.”

“Taehyun. Gimana sih kamu! Masa cewe duluan yang ajak ngomong.Kalau gitu, aku kasih nomor telepon Wendy. Kamu harus mengajaknya bermain di Amusement Park. Arraseo?”

“Apa? Tidak! Apaan sih! Aku tidak mau!”

“Harus mau. Nih, nomor telefonnya. Ayo sekarang telefon dia!”
Dengan hati berat, aku memencet nomor sesuai dengan tulisan Minho dan menekan tombol hijau. Dering telefon berbunyi. Dan suara cewe pun muncul.
“Yeoboseo?” tanyanya

“Ini.. aku.. Tae.. Taehyun.”

“Ah, Taehyun-ssi. Wae? “

“Maukah kamu.. besok.. pergi ke.. Amusement Park.. bersamaku?” hening sesaat yang kudengar. Tanpa ada suara darinya. Namun, beberapa detik kemudian..

“Oke. Kalau begitu, besok jam 3 sore yah. Ketemuan di café tadi. Mianhae, aku masih ada urusan. Annyeong!”
Setelah itu, telfon pun mati. Agar Minho tidak banyak tanya, aku segera menarik dia ke mobil. Tandanya, aku udah pingin pulang. Ketika di mobil, dia terus bertanya. Tetapi aku hanya diam sambil tersenyum seperti orang aneh. Tapi, kenapa aku merasa senang banget ketika Wendy menerima ajakkanku? Aneh. Sangat aneh. Sesampainya di rumah, aku mengistirahatkan badan dan mengingat kembali hari ini. Eh jangan deh. Aku hanya ingin benar-benar tidur tanpa memikirkan apapun. Apapun.

Wendy POV.
Aku melihat Irene sedang duduk di ruang tamu rumahku. Aku mengajaknya ke kamarku sambil aku membawakan camilan yang enak untuk kumakan bersama Irene. Sepertinya aku harus menceritakan ini semua kepada Irene. Setelah sampai di kamarku, kami menonton film sebentar. Setelah itu baru kami mengobrol. Itulah kebiasaan kami ketika mengunjungi rumah masing-masing. Aku dan Irene berteman sejak kecil. Orang tua kami pun juga berteman.
“Wendy! Bagaimana cowo yang tadi dikenalkan sama Minho. Ganteng gak?”

“Ganteng! Aku sangat suka model rambutnya. Tetapi, sayangnya dia sangat dingin. Dia jarang sekali ngomong.”

“Gak asik, cowo begitu. Asikkan Minho. Udah ganteng, asik pula.”

“Irene! Minho lagi kan. Tapi, dia ajak aku ke Taman Bermain loh. Ke Amusement Park. Cuman aku sama dia doang. Tanpa Minho!”

“Seriusan? Yaampun! Chukkha. Bentar lagi kamu gak jomblo deh. Kenalin aku dong sama Minho. Dia kan belom kenal aku.”

“Iya.. Iya.. Eh udah malem. Kamu pulang aja. Aku minta supir anterin kamu sampai pulang. Annyeong!”

“Annyeong! Gomawo!” Irene pun menghilang dari balik pintu.
Aku tak menyangka, secepat itu Taehyun ingin berkenalan lebih dekat sama aku. Aku sudah tak sabar untuk besok. Aku harus mempersiapkan segalanya untuk besok. Aku membuka lemariku. Aku mengambil kemeja putih tanpa lengan, crop sweater warna blue navy, dan celana pendek jeans. Aku mengambil sepatu keds dengan stud diluarnya. Kurasa itu cukup simple. Semua telah dipersiapkan. Kini saatnya tidur. Aku tidak sabar.

Esokknya, jam 3 sore..
Aku masuk ke dalam café. Dari kejauhan, aku bisa melihat Taehyun memainkan hape-nya. Aku pun menghampirinya secara diam-diam agar dia kaget melihat penampilanku. Aku dengan iseng ingin mengagetkannya, tetapi..
“WAAA!!” teriak Taehyun 

“AAHH! Taehyun, kau membuatku kaget saja. Wah hari ini warna baju kita sama. Navy Blue.”

“Kalau begitu, siap untuk pergi?”

“Siap! Let’s go!”
Di mobil, kami mendengarkan lagu EXO yang judulnya Peterpan. Aku menyanyinya secara pelan. Dalam hatiku, aku berbisik kenapa Taehyun bisa se-aktraktif ini? Tidak seperti kemarin yang dingin. Apa yang Minho katakan kepadanya? Ah! Aku tidak peduli. Yang penting aku bisa jalan bersamanya. 1 jam tepat, kita sampai di Amusement Park.

“Taehyun. Ayo kita naik rollercoaster!” dia pun mengiyakan. 
Ini sangat asik bisa bermain bersamanya. Aku bisa melupakan semua masalah yang masih belum bisa ku selesaikan. Bersama Taehyun aku merasa lebih ceria dari sebelumnya. Pada akhirnya, kami memutuskan untum beristirahat sambil memakan ice cream. Aku melihat dia memakan ice cream dengan pelan sedangkan aku tidak. Aku sangat suka ice cream. Ketika aku sedang asik menjilati es krim ku, Taehyun tertawa kecil. Aku bingung apa yang dia ketawain. Tanpa adanya basa basi, Taehyun dengan segera mengelap pipiku yang terkena ice cream. Dia juga mengelap bibirku. Aku merasakan tangan Taehyun yang lembut. Aku hanya diam hingga Taehyun selesai membersihkan pipi dan bibirku dari ice cream.
“Gomawo, Taehyun.”

“Okay! Apa sekarang kita pulang? Kurasa hari semakin gelap.” Ajak Taehyun

“Okay! Ayo kita pulang.”
Taehyun mengantarkanku pulang. Di perjalanan, aku menceritakan temanku, Irene kepada Taehyun. Kenapa? Karena aku ingin Taehyun menceritakannya pada Minho. Kan Irene bilang bahwa ia ingin mengenal Minho lebih dalam. Kami pun sampai di depan rumahku.
“Taehyun. Gomawo atas hari ini. Aku sangat puas.”

“Sama-sama. Cepatlah kamu masuk ke rumahmu. Ingat! Bersihkan badanmu setelah ini, okay?”

“Okay. Annyeong!” 
Aku keluar dari mobil dan Taehyun pergi dengan mobilnya. Aku segera masuk kerumah dan membersihkan diriku dari keringat. Setelah itu, aku mengakhiri hari ini dengan mengingat kembali apa saja yang pernah kulakukan bersama Taehyun dalam waktu 2 hari. Hanya dalam 2 hari Taehyun sudah dekat denganku. Mungkin dalam jangka waktu sepekan, Taehyun menembakku. Ah, tidak mungkin. Itu mustahil. Sangat mustahil.

Taehyun POV
Aku menemui Minho di café biasa. Aku menceritakan kejadian hari ini kepada dia. Dan juga aku akan menceritakan tentang Irene, teman Wendy. Apa reaksinya yah?
“Taehyun! Bagaimana hari ini? Sukses?”
“Sukses. Hari ini aku bisa lebih deket dengannya. Aku sudah bisa menyentuh pipi dan bibirnya.”

“Wah hebat! Keren! Dalam waktu dua hari, kamu bisa melakukan skinship! That’s a good achievement, bro! Berarti nasehat aku manjur.”

“Bukan gara-gara nasehatmu. Tetapi, saat dia menyapaku, aku merasa lebih ceria dan ingin mengenal dia lebih dekat.”

“Itu tandanya cinta. Pada akhirnya, aku berhasil membuatmu jatuh cinta pada seseorang.”

“Iya.. Iya. Oh, aku ada berita baik untukmu. Aku punya kenalan yang ingin berkenalan denganmu. Aku yakin kamu suka. Dia ingin bertemu-mu jam 4 sore di café kita biasa. Gimana, mau gak?”

“Pastilah, Taehyun. Aku kan gak mau jomblo terus.”

“Oke besok aku anterin deh. Sekalian bales budi atas jasamu mempertemukanku pada Wendy.”

Esokknya di café jam 4 sore…
“Udah siap, Minho? Cewenya yang di deket jendela itu. Inget! Jangan terlalu aktif!”

“Iya. Aku tau. Udah ya aku kesana dulu. Udah gak sabar.”
Minho pun segera berjalan menuju meja yang tadi ku tunjuk. Sesampainya di sana, ku lihat wajah Minho terlihat shock. Mungkin dia terpesona dengan wajah perempuan itu, Irene namanya. Ku lihat mereka asik mengobrol. Aku sudah sangka, Minho mudah akrab dengan orang apalagi perempuan. Walaupun dia baru kenal sekalipun. 2 jam aku menunggu Minho. Ketika aku memainkan hape ku, dia menghampiriku.
“Tae, dia sangat cantik. Ternyata dia temanya Wendy.”

“Iya, aku tahu. Berarti, aku sudah tidak ada utang lagi denganmu. Kamu sudah mempunyai seseorang yang kamu cintai.”

“Iya. Gomawo. Aku sangat suka pilihanmu.”

Kami memutuskan untuk bermain dirumahku. Aku yakin Minho akan menceritakan semua yang ditahu tentang Irene. Tetapi, tidak. Dia malah menanyai aku dan Wendy.
“Gimana kamu dengan Wendy? Langsung tembak aja. Aku saranin, kamu tembak dia di hari Natal.”

“Apaan sih! Baru kenal udah tembak aja.”

“Kan masih ada 4 hari lagi untuk kamu menembaknya. Berarti kamu sudah kenal dia, seminggu. Udah cukup lah. Aku lihat Wendy suka kamu kok. Aku bisa membaca raut wajahnya ketika bertemu-mu.”
Aku merenungkan kalimat-kalimat Minho tadi. Apa aku tembak saja dia? Iya. Aku harus. Sebelum dia milik yang lain. Semoga saja dia menyukaiku. Esokknya, aku mengajak dia ke taman. Entah untuk apa aku mengajaknya ke sini. Tapi aku sangat ingin mengajaknya kesini.
“Ada apa kita kesini?” tanyanya.

“Disinilah, aku terakhir bersama eomma. Eomma meninggal ketika aku berusia 7 tahun. Dia korban tabrak lari yang tidak bertanggung jawab. Sedangkan appa meninggalkanku dan noona karena dia tidak suka kepada kami. Aku tak tahu sebabnya apa. Aku sangat membenci appaku. Setelah eomma meninggal, aku berjanji akan mencari pasangan hidup yang sifatnya sama seperti eomma.”

Wendy hanya diam termenung. Aku lihat dia menatapku dengan matanya itu. Ketika aku melihat matanya, aku merasakan eomma disana bersamaku dan Wendy. Benar kata Minho, aku harus segera menembaknya, karena aku yakin eomma mengirimkan dia kepadaku karena dialah yang aku cari selama ini. Wendy.. Wendy adalah yang kucari. 
Tak terasa empat hari itu berlalu. 25 Desember telah tiba. Inilah saatnya aku menembak Wendy. Aku mengajaknya ke bawah tanaman Mistletoe.

“Wendy. Aku tahu ini gila. Aku baru mengenalmu seminggu. Tetapi, ketika aku bersamamu. Aku juga merasakan eomma disana. Jadi,.. maukah kamu menjadi pacarku?”

Wendy diam. Sepertinya dia shock. Dia mengambil kertas dan pensil, lalu menulis sesuatu. Kertas itupun dia lipat dan diberikan kepadaku. Aku tahu ini apa. Ini pasti jawabannya. Ku membuka secarik kertas itu dengan gugup. Pada lipatan terakhir, aku membukanya perlahan. Tetapi, tulisannya adalah ‘Lihatlah Kebelakangmu.’. Apa maksudnya ini. Dengan perasaan takut, aku melihat kebelakang. Aku hanya melihat Minho dan Irene disana. Mereka masing-masing membawa kertas karton besar berbentuk persegi. Hanya polos saja. Tetapi, sesaat setelah itu, mereka membalikkan karton itu dan tampaklah huruf ‘Y’ dan ‘A’ jika digabung menjadi ‘YA’. Berarti jawaban Wendy adalah ‘YA’. Dia mau menjadi pacarku.

“Aku telah mempersiapkan jawaban itu sehari sebelum ini. Minho memberitahuku bahwa kamu akan menembakmu. Awalnya aku kaget. Tetapi, aku yakin bahwa kamu tulus cinta sama aku. Jadi aku menerimanya.” Kata Wendy

Sial! Minho memberitahukannya! Tetapi, aku senang Wendy memberitahuku. Dan inilah saatnya, saat dimana aku berdiri dibawah Mistletoe bersamanya. Dan kini saatnya aku.. menciumnya. Aku mendekatkan wajahku padanya. Semakin dekat jarak bibirku dengan bibirnya hingga saatnya bibir kami saling bersentuhan. Aku melumatnya lembut, mengecupnya pelan, dan menjelajahi bibirnya. Dan aku teringat dibelakangku ada Minho dan Irene. Aku langsung memberhentikan ciuman itu
“So sweet!” teriak mereka bersamaan
Hari itu pun tak akan terlupakan. Setahun setelah itu, aku menikah dengan wanita impianku, Wendy. Aku melihat Irene dan Minho di gereja sambil bergandengan tangan. Mereka berpacaran. Minho terlebih dahulu menyelesaikan studinya baru dia menikah. Dua bulan kemudian, aku dan Wendy dikaruniai anak kembar cewo dan cewe. Anak pertama adalah laki-laki yang kami namai Nam Seung Hyun. Anak kedua adalah perempuan yang kami namai Nam Ga In. Di bulan kelahiran itu juga, Minho dan Irene menikah. Pada akhirnya, aku dan Minho hidup bahagia bersama pasangan kami masing-masing. Aku juga hidup bahagia bersama anak-anakku.



~ THE END ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar