[Vignette] The Lovelorn
Starring by Krystal Jung and Oh Sehun
“Tan bermimpi bahwa Eunsang adalah dunianya. Tapi kau memimpikan tempat tertinggi. Dan aku tidak akan menghalangimu,”—The Heirs
Inspired by The Heirs Quotes, a fanfic by Yuna Lazuardi Lockhart
The Lovelorn
Kadang Sehun ingat, bahwa ia tidak memiliki apa yang teramat sangat di dibutuhkannya. Seperti sebuah mobil yang olinya mulai kering, atau laksana pisau dapur yang mulai tumpul. Meskipun tak jarang pula ia lupa –atau mungkin sengaja melenyapkan ingatannya melebur ditiup angin, entahlah. Sebenarnya ia sendiri juga ambigu dengan bermacam rasa di dadanya.
Pikirannya suka sekali memutar bayangan seseorang yang selalu terpatri di hatinya, tapi selalu ingin dilenyapkannya, entahlah. Rasanya mulai aneh ketika ia memikirkan bagaimana surai pekatnya melayang tertiup angin. Juga ketika ia menatap kedua mata besar dengan manik caramel yang menghipnotis, rona merah muda yang mewarnai pipinya, atau lengkungan indah yang tersungging di bibirnya.
“Hun, kau memikirkan sesuatu ?”
Suara itu memecah pikiran Sehun, membuat pemuda yang masih duduk di bed-sofanya itu menoleh, menatap pada bayangan seseorang yang baru saja memenuhi kepalanya. Perlahan senyumnya merekah, menampilkan sepasang lesung pipi yang manis.
“Krys, bagaimana kalau kita menikah ?” Sehun menatap sepasang caramel di depannya.
Gadis itu bergeming, mencoba untuk meresapi kata-kata yang baru saja keluar dari Sehun. Mata bulatnya terpaku polos pada pemuda itu, membuat mereka saling menatap satu sama lain. Krys menelusuri manik pekat yang tengah menatapnya, mencari sesuatu yang benar-benar bisa meyakinkannya.
Hening.
Kesunyian yang tiba-tiba itu menyergap mereka, seolah membiarkan keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing, pun pada kenyataannya kebekuan diantara mereka tengah memojokan, membuat satu sama lain makin larut dalam diam.
Sehun menarik nafas, membuat Krystal menatap lelaki itu dengan intens. “Aku akan mengakhiri semuanya. Jadi—” ia menggantungkan ucapannya,
“Jadi—” Krys juga menggantungkan kata-katanya. Kemudian gadis itu maju beberapa langkah, menyingkirkan jarak diantara mereka. Membuat Sehun bergeser dan memberikan ruang bagi gadis itu di sisinya.
Akhir-akhir ini Krystal sering lupa, bahwa ia tidak bisa memiliki apa yang teramat sangat di inginkannya. Seperti tunawisma dan sebuah rumah, atau rengekan bayi yang lapar. Meskipun tak jarang rasa nyeri yang berkepanjangan hinggap di dadanya, taat kala ia ingat kalau keinginannya hanya fantasi belaka.
Otaknya suka sekali memikirkan hal-hal yang tidak dapat dijangkaunya, misal saat Sehun mulai membicarakan mimpinya, mengabaikan setiap kata yang terucap tentang berbagai kemungkinan yang timbul pada hubungan mereka. Atau seperti ketika prianya menatap intens, mempertanyakan bagaimana nasib hubungan mereka. Padahal pikirannya sangat sulit mencerna, bagaimana bisa Sehun berhenti dari mimpinya ?
“Bagaimana dengan pernikahan ?” Sehun membuka suara.
“Mengapa kau suka sekali membuatku bingung, Hun ?” Krys menghela nafas, “Ini soal mimpimu—”
“Haruskah aku menyerah ?”
Krystal memejamkan matanya, menenggelamkan dirinya dalam kegelapan sejenak. “Lihat ? Kau tidak yakin dengan solusi yang kau tawarkan…”
Sehun bangkit, melangkahkan kakinya ke arah balkon. Melihat setiap pemandangan yang bisa di jangkaunya. Pikirannya kembali melayang, saat dulu pertama kali mereka bertemu rasanya tidak sesulit ini. Memang tak sering Sehun memikirkan keputusannya untuk mengakhiri hubungan mereka, tapi bukan berarti mereka tak pernah terlibat pertengkaran. Setidaknya satu atau dua kali pemuda itu pernah memikirkan rasa sakitnya.
“Kau atau aku yang menyerah ?” Krystal menatapnya lagi, mata elang yang menusuk itu.
Menelisik seberapa jauh keseriusan Sehun atas ucapannya tadi, soal pernikahan. Mereka bukan sepasang insan yang baru memulai hubungan, tapi kenapa perasaan bahagia yang dulu hadir rasanya pelan-pelan menghilang ?
“Kenapa aku sangat ingin melupakan ini ?” tanya Sehun,
Lagi, Krystal hanya bisa menatap tanpa memberikan jawaban apapun. Sebenarnya, jawabannya sudah jelas bagi mereka berdua. Keduanya sama-sama memperjuangkan mimpi mereka, entahlah. Tak ada kepastian mimpi siapa yang menjadi juaranya.
“Aku bermimpi bahwa kau adalah duniaku. Tapi kau memimpikan tempat tertinggimu. Lakukan saja, aku tidak akan menghalangi mimpi besarmu itu…” Krystal tersenyum, “Yang terbaik untukku adalah dirimu. Tapi kau harus memilih, aku atau mimpimu yang terbaik bagimu ?”
Sehun berbalik, membalas sepasang caramel yang menatapnya intens. Sebenarnya agak tidak nyaman mendengar hal itu dari wanitanya, tapi dia benar. Bahkan dalam hatinya Sehun hanya bisa melihat Krystal, tidak yang lain. Walaupun ia tak sanggup kalau harus kehilangan cintanya
“Kalau begitu, ayo kita akhiri saja.”
Lengkungan indah itu masih bertahan disana, “Well, jadi mimpimu yang terbaik bagimu. Kalau begitu aku harus menyerah pada mimpiku.”
Krystal menarik nafas panjang, tenggorokannya tercekat. Ia menghirup sebanyak mungkin oksigen yang dibutuhkannya. Dalam hatinya sayatan luka yang menganga itu terasa perih, menyakitkan. Pada akhirnya ia tetap kalah.
“Aku pernah membayangkan hal ini berikut rasa sakitnya. Tapi kenapa perasaan nyeri itu lebih menyakitkan dari yang aku bayangkan ?”
Dan bulir bening itu jatuh mengalir melalui pelupuk yang sayu, menenggelamkan manik caramel yang hangat. Oh—sial, mengapa rasa sakit yang sama juga menghinggapinya ?
“Kau tahu hal apa yang paling romantis dari hujan ?” pemuda itu menangkup Krys, merengkuhnya dalam pelukan hangat. “Ia masih kembali walaupun tahu rasanya jatuh berkali-kali…”
Pikirannya kembali melayang, sorotan lampu di panggung dan teriakan jutaan penggemarnya. Mimpinya adalah untuk menjadi nomor satu, yang tidak mungkin di capai apabila ia memilih cintanya. Akan tetapi bayangan itu juga hadir. Bayangan yang selalu ingin dilupakan namun tak sanggup.
“Apa kau mau kembali, Krys ?” tanya Sehun.
Membuat sepasang manik caramel yang sembab itu menatapnya, menampilkan kebingunan yang jelas, “Kenapa kau suka sekali membuatku bingung, Hun ?”
“Ti—tidak. Bukan maksudku untuk membuatmu bingung,” ia terhenti, “Hanya saja aku terlalu sering mencoba melupakan hal yang sebenarnya sangat kubutuhkan, jadi—”
“Jadi ?”
Sehun tersenyum, menatap intens wanitanya yang masih terheran-heran. Mungkin keduanya masih memikirkan, apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka. Namun Sehun menampik semua hal itu.
“Ayo kita menikah.” tegasnya kemudian.
Pemuda itu kemudian menangkup wajah mungil Krys, membuat mata mereka bertemu. Perlahan Sehun mendekatkan wajahnya, menempelkan bibirnya intens pada Krys. Membuat gadis itu terbelalak.
“Bagaimana dengan mimpimu ?” tanya Krys,
Sehun terkekeh, “Aku baru saja belajar, bahwa mimpi sebesar apapun tidak akan tercapai kalau sesuatu yang kubutuhkan belum bisa kumiliki.”
“Apa itu ?”
“Kau.”
Mereka tertawa, diliputi perasaan menyenangkan yang jelas.
“Cinta bukan soal mimpi siapa yang paling berarti, tapi bagaimana mereka meraih mimpi tanpa saling menyakiti…”
♥♥♥
Dua keeping hati melebur Satu
Sebuncah perasaan tak terkatakan itu terselip disana
Bukankah itu cinta ?
♥-END-♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar